AWAL

130 8 45
                                    

Bismillahhirahmanirahim

🍁🍁🍁

"Manusia diciptakan oleh-Nya, lalu dikembalikan lagi pada-Nya"

~ Romantic Note

🍁🍁🍁


Romantic Note 00 : awal

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Salah satu kamar inap di rumah sakit mendadak hening. Di brankar kasur putih seorang lelaki paruh baya dengan alat medis lengkap yang menempel di tubuhnya tampak sangat lemah. Sunyi, hanya ada suara mesin pendeteksi jantung penanda bahwa masih ada raga yang bernyawa.

Usapan lembut di kepalanya membuat si empunya mengerjapkan indra penglihatannya.

"Loh, abi udah sadar?" pekik gadis itu dengan raut bahagia. Akhirnya setelah dua hari tidak sadarkan diri, abinya kembali membuka mata.

Amar, tersenyum melihat putri semata wayangnya."Iya, ummi kemana nak?"

"Ummi pulang buat ngambil baju ganti yah,"

Amar mengambil kedua tangan Syifa untuk digenggam. Syifa yang diperlakukan seperti itu mendadak bingung.

"Abi butuh sesuatu?"

Amar menggeleng, perlahan rasa sakit itu kembali muncul membuatnya sulit untuk berbicara."Syifa, tolong turuti permintaan abi. Setelah kamu lulus nanti kamu lanjutkan pendidikan kamu ke pesantren ya,"

"Tapi abi, kemarin kan Syifa udah bilang kalau Syifa akan lanjut ke SMA. Abi lupa ya?"

"Syifa, abi hanya menginginkan yang terbaik untuk kamu kedepannya. Ini permintaan terakhir dari abi. Abi sudah tidak kuat lagi," ucap Amar memohon.

Syifa menggelengkan kepala cepat,"Hidup abi masih panjang, Please, abi jangan bicara kaya gitu, Syifa takut,"

"Abi sudah cukup lama hidup di dunia, sekarang sudah saatnya abi harus berpulang,"

Syifa memeluk tubuh ringkih Amar, menangis di dalam dekapan abinya yang sedang ada di perbatasan kehidupan dunia dan akhirat.

"Tolong turuti permintaan abi, Syifa," nafas Amar mulai lemah. Sebelum menutup kedua matanya kalimat syahadat terucap dibibir pucatnya.

Bertepatan dengan itu mesin pendeteksi jantung itu mulai menunjukkan garis lurus. Pertanda bahwa nyawa di dalam raga itu sudah hilang. Ummi yang baru saja keluar dari lift untuk menuju ke ruangan suaminya datang tergopoh gopoh kala mendengar teriakan Syifa.

"Inalilahi wa inailahi roji'un," Syifa memeluk abinya untuk terakhir kali.

Tubuh Ummi Syifa merosot ke lantai, terduduk dengan pandangan buram lalu bayangan hitam menjemputnya.

🍁

Nisan dengan tulisan Amar Surya Firdaus bin Abdul Firdaus terpampang nyata dihadapan Syifa. Air matanya kembali menetes bersamaan dengan rintik hujan yang mulai menghujani bumi, seperti ikut merasakan duka lara Syifa yang kehilangan seorang ayah.

Semua itu menyadarkan Syifa, bahwa manusia pasti akan mengalami kematian. Manusia di ciptakan oleh-Nya lalu di kembalikan lagi untuk pertanggungan amal.

Kini Syifa harus bangkit dari kesedihan dan memulai sesuatu hal yang baru.

🍁🍁🍁

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


TBC.

hai!
ini sebenernya cerita kedua lan, tapi yang pertama lan unpublish karena mempertimbangkan sesuatu.

semoga suka, kalau gak suka gak usah dibaca hehe

cerita ini murni pemikiran aku sendiri. semisal ada kesamaan nama, tempat atau pun alur itu murni ketidaksengajaan. jangan lupa cerita ini cuma fiksi ya. hal yang berkaitan dengan tempat cuma sebagai latar aja. begitu pula dengan tokoh dan karakternya. karena ini cuma fiksi.

salam dari sipaa

TERIMAKASIH BUAT YANG UDAH VOTE, KOMEN ATAU CUMA SEKEDAR MAMPIR KE SINI º

ig : sseapchln

Romantic Note [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang