SAKIT

21 4 0
                                    

Setelah hampir seminggu ayana tidak menginjakkan kaki lagi kerumahnya membuat papanya menyadari ayana yang tidak pulang kerumah.

"ayana ga pulang pulang?" tanya papanya

"belum bisa pulangkatanya" jawab mamanya

Setiap harinya papanya selalu naik kekamar ayana dan mendapati kamar yang kosong. papanya mulai merasa ayana yang terus menghindar darinya.

"ngapai dia diluaran sana?" tanya lagi papanya

"dia dirumah temennya kok" jawab mamanya

"terus kamu percaya gitu aja?" jawab papanya

perkataan papanya membuat mamanya merasa ragu karena ayana yang tidak pulang kerumah.

"emang kamu fikir ayana ngapai kalau gadirumah coba?" sambung mamanya

"ya mana aku tau, jaman sekarang orang - orang menghalalkan segala cara" jawab papanya

"maksud kamu apa mas?" tanya mamanya

papanya tidak merespon apapun dan langsung meninggalkan rumah begitu saja, ini membuat mamanya menjadi ragu dan langsung menghubungi ayana.

"kamu ga lagi nyari alasan supaya gapulang kan?" tanya mamanya ditelfon

"alasan apasih maa?" jawab ayana

ayana merasakan kalau mamanya sedang tidak percaya dengannya, tetapi walaupun begitu bukan berarti bisa membuatnya untuk pulang kerumah

***

Saat kelas berlangsung tiba - tiba ayana menerima telfon lagi. ia langsung berfikir telfon ini jelas bukan dari mamanya dan pasti dari papanya.

Feelingnya ternyata benar saat dia melihat hpnya ternyata yang menelfonnya Richard, semua panggilan tak terjawab berasal dari nomornya.

"mau apa dia nelfon kamu?" tanya tian

Ayana mencoba mengatur nafasnya karena panik, ia juga melihat sekelilingnya. Ayana merasa ia bisa saja berada tepat dibelakangnya.

"dia ga disini ay" sahuut tian mengenggam tangan ayana

Ayana pergi kekamar mandi, dan tian membuka hp ayana untuk melihat pesannya. Dan ternyata benar karena telfon yang tidak diangkat ia mengirim pesan keayana.

"betah ya kamu diluaran"

"kumpul kebo sama tian?"

"atau udah jadi wanita jalang?"

"mama kamu dirumah bareng akuloh"

"jangan pernah main main sama perjanjian kita ya"

"aku tunggu dirumah"

Tian langsung menghapus semua pesannya dan memilih mengabaikannya. Saat membacanya emosi tian berada dipuncak tetapi tidak bisa melakukan apapun.

"kamu kenapa?"

Tanya ayana karena melihat wajah tian yang sangat ketat seperti menahan emosi, tetapi tian tetap tidak ingin membahasnya sedikitpun.

DiaWhere stories live. Discover now