35

3.1K 343 84
                                    


"Kenapa dia menciumku?"

Taehyung melangkah ke sana kemari dengan bingung. Sangat-sangat bingung. Langkah kakinya cepat. Gigitan kecil pada kukunya mengiringi setiap langkah kakinya.

"Areum-ah, menurutmu bagaimana?" Tanya Taehyung pada Areum yang kebetulan tengah grooming di atas kasur.

"Ha... Mungkin aku cuma pelampiasan ya," ujar Taehyung mengelus Areum sayang.

Namun Taehyung terkejut karena Jeongguk membuka pintunya. Menyembulkan kepalanya. Melihat Taehyung yang tengah berjongkok di lantai kamar.

"Taehyung, bisa bicara sebentar?" Tanya Jeongguk.

"Oh? Eung," Taehyung mengangguk. Kemudian berdiri dan menghampiri Jeongguk keluar.

"B-Bayi-"

"Ah, sialan temanku itu dia mau kencan dengan istrinya dan akan ke sini lagi besok, bisa bantu aku ya, Taehyung?" Jeongguk berkacak pinggang. Sementara bayi yang di depan mereka tengah duduk dan menepukkan kedua tangannya

"Dengan senang hati Hyung!" Seru Taehyung. Mencoba berkenalan dengan si Bayi. "Namanya siapa? Eungg, imutnyaa,"

"Taejung, hyuung," Jeongguk menjawab.

"Aku Taehyung, kenalan yaa," Taehyung menjabat tangan kecil Taejung.

Taejung terkikik pelan. Begitu pula Taehyung. Taejung merentangkan tangannya meraih pundak Taehyung.

Maka Taehyung dengan sigap dan lihai menggendong Taejung. Membawa Taejung bermain di gendongannya. Jeongguk melihat Taehyung yang enjoy bermain dengan Taehyung, tersenyum.

"TaeTae hyung, TaeTae juung," Taehyung menunjuk dirinya sendiri. Kemudian menunjuk Taejung.

"Siapa ini? Siapa? TaeTae hyung yaa," Taehyung mengecup pipi Taejung gemas.

.

.

.

"Aa, Taejung," Jeongguk tengah menyuapi Taejung sementara Taehyung memegangi punggung Taejung agar tidak jatuh.

Namun ponsel Jeongguk berdering. Taehyung dan Jeongguk sama-sama menoleh ke arah ponsel Jeongguk.

"Taehyung, pindah posisi ya," ajak Jeongguk.

"Okay," Taehyung berdiri. Berganti posisi dengan Jeongguk.

Jeongguk menjawab telepon sembari menyediakan tangannya menjadi sandaran Taejung. Taehyung menyuapi Taejung.

Tak lama Jeongguk bertelepon, ada satu yang membuat Taehyung sedikit terkejut.

"Ha? Nggak mau dipanggil noona? Kalau begitu-

"Chagi?"

Taehyung sedikit membulatkan matanya.
Dalam hati merasa sakit. Merasa sedih. Dia yang awalnya menyuapi Taejung berhenti. Menatap ke arah kedua kakinya.

"Uh-uh, Taa,"

Taehyung mendongak. Kemudian kembali menyuapi Taejung. "Maaf Taejung-ah,"

"Ini suapan terakhirmu ya," Taehyung tersenyum. "Aa-"

Taejung pun berhasil memakan suapan Taehyung. Taehyung tersenyum. "Pintarnyaa,"

Taehyung beranjak dan mencuci mangkuk. Kemudian makan malam sembari menggendong Taejung di pangkuannya. Tak lama, Taehyung selesai makan.

"Taejung akan tidur di kamarku, jangan khawatir," ujar Jeongguk.

"Oh-oke," Taehyung mengangguk paham. Kemudian pergi ke kamar tamu.

Menutup pintunya rapat-rapat. Ia bersandar pada pintunya. Perlahan terduduk. Menekuk lututnya.

Taehyung menutup kedua matanya. Mencoba mencegah dirinya untuk menangis. Taehyung sadar.

Ia, tidak akan pernah mendapatkan panggilan 'Chagi' lagi.

Ia sadar. Kalau panggilan itu sudah tidak akan diperuntukkan pada dia.

Ia tahu. Ia-bukanlah orang yang layak untuk dipanggil 'Chagi' lagi. Oleh Jeongguk.

.

.

.

Taehyung menatap ke luar mobil. Memperhatikan motor dan mobil yang juga lalu lalang. Dengan suasana hati yang buruk.

Setelah Taejung dijemput orang tuanya, Jeongguk mengajak Taehyung untuk makan di luar.

Taehyung bersandar pada pintu mobil Jeongguk. Jeongguk tengah menepi karena mencari jalan menuju tempat makan yang ia tuju. Busan juga tengah hujan hari itu.

"Hyung. Lama sekali. Aku bosan." Taehyung bersedekap.

"Demi kamu inii aku mau nunjukin tempat makan yang bagus," jawab Jeongguk.

"Aku nggak minta!" Taehyung mengerutkan keningnya. Tidak sengaja menaikkan nadanya.

"Aku cuma mau nunjukin tempat makan ini, nggak bisakah kamu menerima sedikit?! Eo?!" Jeongguk ikut menaikkan nadanya.

"Tapi aku keluar aja aslinya nggak mau! Bisakah kamu nggak memperburuk moodku?!" Taehyung memijat pelipisnya sebentar.

"OOH, Kamu tidak mau?! Oke keluar sekarang."

Taehyung membulatkan matanya. Walau alisnya masih menukik tajam tidak percaya.

"Tidak dengar?! Keluar!" Titah Jeongguk sekali lagi.

Taehyung dengan amarah akhirnya keluar tanpa membawa payung ataupun jas hujan. Taehyung bersedekap. Sementara Jeongguk memilih pergi mengendarai mobilnya. Menjauh dari tempat.

Setelah Jeongguk pergi, Taehyung menangis. Seolah-olah ia patah hati. Sakit hati untuk kedua kalinya.

Mencintai seseorang selalu saja tidak mudah.



<>

a/n : chagi chagi muluuu hwkwkwkkw

Radar • kv • [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang