9. The Reason Why

421 36 0
                                    

Hari pertama mereka hanya dihabiskan dengan istirahat dan rapat penyesuaian. Beberapa kali ada perdebatan untuk penyempurnaan katalog. Jelas saja vokal Nat dan Davis yang kuat. Mereka sama-sama keras kepala.

Arka hari ini ikut rapat dan terkagum dengan bagaimana Nat selalu mengindahkan ucapan Davis. Ia terkekeh kecil karena ternyata ada juga yang membantah Davis si keras kepala. Davis memang sedikit malu karena wibawanya jadi menurun total karena Nat yang juga kuat dan keras kepala.

"Okey Bu Natasha dan Pak Davis sepertinya kita perlu istirahat 30 menit. Sepertinya kalian perlu mendinginkan kepala dulu. Jadi mari bubar sejenak." Ujar Arka sesukanya. Davis hendak menolak namun malah ditarik Arka untuk keluar.

Nat keluar ruangan terlebih dahulu disusul Davis dan Arka. Sungguh Arka tak menyangka bahwa Nat akan sangat sensitif seperti ini. Setahu Arka Nat ini akan sangat profesional dan menghargai setiap perbedaan pendapat. Bisa-bisanya dia mempertahankan pendapatnya. Mungkin faktor bekerja sama dengan mantan lagi. Nat yang sekarang benar-benar berubah dari Nat yang dulu.

"Lo keras amat sih ke Nat." Kata Arka pada Davis.

"Dia juga keras kali. Dia yang mulai duluan bantah mulu. Lagian dari awal pertemuan pertama sampai rapat hari ini dia membantah terus." Kata Davis menggebu.

"Yaelah baperan lo. Wajar dia bantah biar lo kesel apalagikan dia benci sama lo. Gitukan kata lo?" Arka terkekeh.

"Sialan."

Hening melanda keduanya setelahnya. Hanya ada asap rokok dari keduanya.

"Lo tahu kalau Nat kuliah di Kanada dulu?" Tanya Davis tiba-tiba.

Wajah Arka mengeras, ia menoleh pada Davis.

"Bukannya jawab malah pelototin gue si kampret." Kesal Davis.

Arka hanya tertawa renyah, "Lo tahu?" Ulang Davis.

"Menurut lo?" Davis menyerngit.

Arka mematikan rokoknya yang telah habis. Ia berjalan keluar dari smoking area. Davis buru-buru mematikan rokoknya juga.

"Udah 30 menit. Ayok balik." Ucapnya seraya berjalan. Davis tak mendapatkan jawaban.

Awalnya Arka agak kewalahan menghadapi kedua sikap Nat dan Davis yang bertentangan. Namun lama kelamaan ia malah menikmatinya. Asik jika bisa menggoda Nat ataupun Davis. Mereka berdua masih saja egois kalau menurut Arka. Keduanya masih saling mencintai namun terhalang egois.

...

Malamnya mereka semua dinner di rooftop hotel. Tentu saja restoran yang dipilih adalah restoran kelas satu. Dinner malam ini hanya ada Arka, Davis, Nat, dan papanya Davis. Tim mereka akan dinner besok malam. Papa Davis menyapa Nat di sana selaku ketua tim. Ia tersenyum dan sepertinya sudah mendengar tentang hubungan Nat.

"Terima kasih ya Nat sudah memenuhi undangan om."

"Sama-sama om. Malah Nat yang harusnya berterima kasih pada om karena sudah mengundang Nat. Nat pikir om sudah lupa sama Nat. Apalagi sudah 10 tahun kita gak ketemu."

Tanu hanya tersenyum lalu melanjutkan makan sebentar.

"Jadi kapan kalian akan menikah?"

Pertanyaan itu sukses membuat Arka terkejut. Mengherankan, harusnya Nat atau Davis yang terkejut. Wajar saja karena Arka tak tahu masalah perjanjian Nat dan Davis.

"Kalian mau nikah?" Arka bertanya pada keduanya.

"Arka belum tahu ya?" Tanya Tanu.

"Belum om."

[2] Asing | ✔️ [UNDER REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang