Rena tidak pernah menyangka kalau ia akan menikah dengan Taeyong, yang ternyata laki-laki itu adalah guru olahraganya saat di SMA. Terlebih dulu saat SMA, Rena pernah menyukai Taeyong.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Semenjak kejadian tak terduga kemarin siang saat di sasaungan, gue dan Pak Taeyong jadi merasa canggung satu sama lain. Tapi pas semalam mau tidur, kita masih tetap tidur sambil pelukan, walaupun lebih banyak diam sih.
Sekarang kami berdua lagi beres-beres pakaian lagi, karena siang ini kita mau pulang lagi ke Jakarta. Padahal gue masih betah di sini, tapi karena besok Pak Taeyong mau kerja, mau gak mau, minggu siang kita harus pulang. Karena udah pasti hari ini bakal macet banget, mengingat sekarang adalah hari minggu.
"Pak,"
"Hm?"
"Ini minyak angin saya taruh di dompet saya ya?"
"Ya."
Kemudian kami berdua terdiam lagi. Rasanya gak nyaman. Gue pun berjalan menghampiri Pak Taeyong yang lagi duduk disudut ranjang sambil memainkan hape nya.
"Pak Taeyong,"
"Hm?"
Dengan segenap keberanian, gue mencium cepat pipi kanan Pak Taeyong, membuat orang yang gue cium itu membeku dan kemudian menoleh ke gue.
"Jangan diem terus dong, Pak. Saya gak nyaman." Kata gue sambil ngusap lengan dia.
"Kalau Bapak masih merasa canggung sama kejadian kemarin di sasaungan, mendingan sekarang lupain aja. Lagipula, kan Bapak yang mulai." Lanjut gue.
Sudut bibir dia terangkat, dan kemudian tertawa pelan. "Maaf, saya pikir kamu yang berusaha mendiamkan saya, ternyata kamu juga malah berpikir sebaliknya. Maaf ya.." Dia mengusap punggung tangan gue.
"Makasih."
Kening gue berkerut. "Buat?"
Dia menunjuk pipi kanannya yang bekas gue cium tadi, gue pun tertawa.
"Saya kagum sama Pak Taeyong, saya suka sama Pak Taeyong, saya sayang sama Pak Taeyong, sayaㅡ"
"Saya cinta sama kamu, Rena."
Kedua mata gue membulat sempurna. "Pak-Pak-Pak Taeyongㅡ"
Kejadian sebelumnya sama sekali gak gue duga, dia menarik tengkuk gue, kemudian dia mencium bibir gue. Tidak hanya menempel, tapi sekarang bibir dia tergerak; melumat bibir gue. Di sela-sela ciuman, dia menatap gue sambil tersenyum.
Kedua tangan gue meremas ujung kaus hitam yang dipakai oleh Pak Taeyong. Ciuman Pak Taeyong seakan menuntut gue untuk membalas ciumannya, ciumannya membuat gue candu, dan gue pun membalas ciumannya.