Chapter 101 Halo kebenaran

506 217 22
                                    

Ketika sebuah berita tersebar entah baik atau buruk, banyak orang yang akan menanggapi nya dengan cara pikir nya sendiri, berita itu akan terus menyebar dan terus berubah. Hanya orang yang pertama kali menyebarkan nya mengetahui kebenaran nya.

Sunyi, senyap, aman, nyaman dan tentram. Keadaan yang sangat dinantikan oleh sebagian besar penduduk. Terkadang kita diingatkan untuk tidak banyak bicara alias basa basi. Namun kalau kelewatan gawat! Unit gawat darurat selalu setia hadir.

Hanya deritan kursi dan dentingan peralatan makan yang terdengar menggema di meja makan. Tidak ada satu pun yan angkat bicara. "Astaga! sudah 15 tahun mama sengsara!" 

"Kendalikan emosi mu!" 

"Buat apa kita punya anak kembar tiga kalo semua nya diem-diemman?"

"Sudah lah! Anak kita memang sifat nya seperti itu."

Bibir yang semula siap beradu kini menutup rapat dan mengerucut.

"Permisi numpang nanya golongan darah kita beda semua jadi yakin Papa dan Mama ngak mungut kita dari selokan depan rumah?" Tanya Zekiel memecahkan keheningan yang ada.

Para orangtua terdiam cepat-cepat menghabiskan makanan mereka dan kembali ke kamar. "Zekiel lo ngapain disekolah?" Tanya Kairav tajam segera menghabiskan makanan nya menaruh peralatan makan nya ke belakang. 

"Ga tau tuh kerjaan nya cuman bisa nya bengong merhatiin daun lewat." Timpal Athalia yang termuda diantara kedua kembaran nya. Zekiel membelak tak tahu harus membalas apa hanya saja ia tidak suka ditusuk dari belakang, menurut filosofi nya sendiri tangan nya tak cukup mampu untuk mencabut apa yang sudah tusukan para haters  nya dari belakang.

Segera setelah perdebatan kecil keluarga itu rumah kembali senyap. "Semua yang merasa anak Papa dan Mama kumpul di kebun belakang!" Teriak Papa trio kembar menuju taman belakang, sibuk menyiapkan kenyamanan anak-anak nya. Sudah setengah jam berlalu belum ada gerak gerik dari para peserta yang harus hadir. "BRAK!" 

"Wah gila anak-anak gua!" Teriak Papa trio kembar melihat anak nya yang sibuk dengan urusan mereka sendiri. "Anak-anak Papa yang paling Papa benci di alam semesta cepat keluar dari kandang kalian." Ucap Papa trio kembar keluar dari kamar dibuntuti tiga bocah gila.

Tiga bocah gila tersebut langsung kembali ke kandang mereka begitu menginjakan kaki keluar kamar mereka. "Buset duah tua masih pake guna-guna." Gumam Zekiel. "Apaan?!" Tanya Papa trio kembar sewot. "Ga ada ga jadi ntar yang disana keganggu." 

"Pa cepetan bawa anak-anak! Dingin nih!" Teriak Mama dari arah kebun belakang sebelum suami satu-satu nya mengoceh lebih banyak lagi. "Iy-iya sebentar!"

Zekiel segera berlari menuruni tangga menjauhi Papa nya. "Gubrak!" Athalia dan Papa nya segera menahan tawa mereka sebisa mungkin, bukan berarti mereka keluarga yang terdiam didesa itu namun mereka juga manusia yang memiliki naluri untuk mengunakan bibir mereka.

Kairav yang memandang jijik Zekiel yang tersungkur ditengah tangga menuruni tangga tanpa mau menyentuh bagian yang sudah Zekiel sentuh sebelumnya. "Ih jahat banget jadi sodara!" Sewot Zekiel segera berdiri kembali menatap benci Kairav yang sengaja menunjukan ekspresi menjijikan.

"Sewot lo! Gua ga mau ketuluran ke begoan lo! Gua berharap kepala lo pecah juga biar gua bisa ngumpat di depan mayat lo!" Ucap Kairav pedas bergabung dengan ibunya. "Tu bocah napa ya?"

Segera setelah drama kecil itu mereka sudah lengkap berkumpul. Giandra selaku kepala keluarga akhir nya bisa berbicara serius menopang dagu nya. "Jadi kalian sudah Papa daftarin ke SMA dulu Papa dan Mama sekolah tidak ada bantahan ada ditengah kota dan kalian berangkat besok!" Tegas Giandra dan tanpa basa basi ketiga anak nya menurut dan berkemas.

"Kenapa g ada reaksi ya mereka?!" Tanya Giandra heran, "Lagian harus berekspresi gimana lagi?" Tanya ibu trio kembar datar, menyiram sayuran mereka di kebun. "Lagian kalo mereka sampe ga tau mereka akan daftar si SMA yang ada di seberang sungai."

.

.

.

Our Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang