16. More

6.2K 979 113
                                    

Jaemin dan Jeno mengikuti kedua orang tuanya berjalan sepanjang koridor sekolah mereka.

Mereka berdua tak bisa menebak apa yg akan terjadi, karena sejak mereka keluar dari ruang kantor Kepala Sekolah, kedua orang tua mereka sama sekali tak mengucapkan sepatah kata pun.

Jaemin dan Jeno masih fokus berjalan mengekori kedua orang tuanya ketika kedua telinga mereka meruncing sekilas dan hidung mereka tercium aroma familiar. Mereka menoleh dan melihat Renjun serta Donghyuck berlari menyusul mereka.

"Kalian tidak apa-apa?" Donghyuck berbisik, lalu Donghyuck dan Renjun serentak membungkuk kepada Jaehyun serta Doyoung.

"Hei, kids," Jaehyun menyapa dengan senyum lesung pipi, dan Doyoung tersenyum. Lalu berbalik kembali berjalan bersama Doyoung menuju parkiran. "Kami akan menunggu di parkiran," ujar Jaehyun yg dijawab dengan anggukan oleh si kembar Jung.

"Kami baik-baik saja, tapi sesuatu terjadi," bisik Jaemin. Lalu ia berpandangan dengan Jeno dan si kembar menggiring kedua omega tersebut ke sudut koridor yg agak sepi.

"Ada apa?" tanya Renjun, ia sedikit cemas karena menatap ekspresi Jaemin.

"Pembunuhan Jeon Somi berkaitan dengan pembunuhan Mina," bisik Jeno setelah ia mengedarkan pandangannya, dan memastikan tak ada yg menguping pembicaraan mereka.

"Benarkah? Mawarnya juga?" bisik Donghyuck tak percaya.

Si kembar Jung mengangguk pasti. "Aku sudah memberitahu Jungwoo dan Hansol, dan mengambil beberapa foto," Jaemin mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya kepada Renjun dan Donghyuck.

"Astaga, ini sangat persis dengan Mina," gumam Renjun, yg lain mengangguk setuju. "Lalu bagaimana? Kita temui Jungwoo dan Hansol?" tanya Donghyuck.

"Ya, tapi kurasa kalian lebih dulu menemui mereka. Aku dan Jaemin nampaknya akan mendapat ceramah selama beberapa jam, lalu kami akan menemui kalian," jawab Jeno.

Jaemin mengerang. "Appa bisa menghabiskan waktu hingga seharian dengan mengomel," ia kemudian menempelkan pipinya pada pucuk kepala Renjun. Renjun terkikik geli. "Siapa yg suruh kalian berkeliaran?"

"Well, no one. Tapi sekarang kita tahu tersangka dalam pembunuhan adalah memang warlock. Yg kita tak tahu hanyalah tujuannya saja," balas Jaemin. "Kami akan mencari tahu tentang warlock nanti," ujar Renjun.

"Aku sedikit curiga bahwa korban memang sengaja dipilih oleh warlock tersebut," gumam Donghyuck. "Aku juga berfikir seperti itu. Karena entah bagaimana kedua korban semuanya keturunan Asia?" sahut Jeno.

Mereka berempat terdiam.

"Alex Jung! Axel Jung!"

Si kembar mengerang bersamaan saat Doyoung memanggil nama inggris mereka. "Well, duty calls now," Jaemin bergumam sarkastis.

"Kami pergi sekarang, sampai ketemu nanti, oke?" Jeno menepuk atas kepala Donghyuck.

"Don't miss me too much, baby," Jaemin mengecup pipi Renjun dan berlari kabur sebelum Renjun dapat memukulnya.

Si kembar melambai dan meninggalkan gedung sekolah. Jaemin berjalan sedikit lebih cepat dari Jeno namun ia berhenti mendadak saat ia melihat beberapa orang di parkiran, membuat Jeno menabrak punggungnya.

"Axel, what the fuck—"

"Alex, look," Jaemin memotong perkataan Jeno lalu menunjuk dibalik sebatang pohon eik terdapat beberapa siswa freshmen year disana, dan ia nampaknya mengenali salah satunya. "Bukannya itu temannya Chenle?" Jeno menyuarakan fikiran Jaemin. "Who is he again?" tambah Jeno.

CANINESWhere stories live. Discover now