Subetot Daily: Sunday

717 84 28
                                    

"Sepatu siapa gak dimasukin rak??!!" Buna tidak bisa kalem kali ini.

"Jaepuck, Bun!" kata Iqbal

"Apa sih, Bang? Gue juga engga yee." Jaemin yang tersebut namanya protes. "Itu sepatu Minhee, Bun!" Dilanjut berteriak.

"Yaampun Minhee terus yang disalahin." Minhee berkaca-kaca.

"Ngaku atau Buna bakar?"

"What?! Jangan Bun!" Si empunya sepatu akhirnya menyerah. Asik-asik rebahan sambil ngemil kacang akhirnya harus ditunda sebentar. Daripada sepatu dibakar istri.

"Kebiasaan pak Brian!" celetuk Minhee.

"Laper ga, Hee?" Anak tengah kembali bersuara.

"Iya, Mas." Minhee mengangguk antusias.

"Ya makanlah!" Jaemin ngakak gak inget dosa. Pasti si bungsu mengira Jaemin bakal berbaik hati mengajaknya makan seblak di Taman Remaja.

"Masss!" Minhee geram. Menyerang Jaemin dengan kacang milik Papa Brian.

"Biasanya kalo akhir pekan gini kita makan enak ya, ayok lah ajakin Papa keluar. Lumayan mumpung kita lagi libur semua. Makan-makan seblak kek." Iqbal yang dari tadi menyimak kedua adiknya akhirnya bersuara.

"Ide bagus tu, Bang." Jaemin menjentikkan jari. Sejurus kemudian dia sudah berlari ke arah Papanya.

"Noh mau modus noh si Jaepuck!" Iqbal mendecih. Minhee mengelus dada sabar. Tom Jerry Subetot memang tidak ada matinya.

Sore itu Subetot sekeluarga benar-benar makan di restoran. Papa setuju saja. Soalnya kalo urusan makan-memakan, papa tidak jauh beda dengan trio Subetot junior. Bisa dibilang papa Bri itu senior mereka dalam hal kulineran.

"Makan adalah kunci utama!" Selogan Papa Bri kalo sudah menghadap meja makan.

Makan ini, makan itu, makan semua yang ada di atas meja. Tidak butuh waktu lama. Toh Subetot sengaja mengosongkan perutnya demi makan di luar. Terutama Papa dan si anak tengah. Mereka punya banyak kesamaan. Termasuk selera makan yang super luar biasa.

"Makan mi ditaburi beberapa butir nasi," kata Jaemin diangguki Papa. Kenyataan nya, beberapa butir nasi yang dimaksud itu hampir memenuhi seluruh permukaan piringnya.

Buna menyuapi Minhee, kadang menyuapi Bang Iqbal juga. Padahal di tangan kedua anaknya itu sudah ada makanan. Dasar Buna, tidak bisa tidak memanjakan anaknya sekali-kali.

"Abis ini ke mall yuk, Bun!" ajak Jaemin.

"Biasanya juga ke Mall gak pernah ngajakin Buna," Iqbal yang menimpali.

"Ya beda lah bang, ini kan acara keluarga, kalo pas itu kan acara diri sendiri. Yakan, Hee?" Jaemin mencari pembelaan dari adiknya.

"Gatau!" Minhee sibuk dengan bobanya. Jaemin berdecih.

"Lagian mau apa sih, Nak?" Papa kalo sudah pake kata Nak waktu manggil anaknya tu auranya beda ya. Kebapakan banget.

"Jalan-jalan aja sih, Pa."

"Kapan-kapan lagi aja kenapa, Mas? Besok aku sekolah. Kalo aku kecapean gimana?" Minhee menolak.

"Ya gue juga kuliah keleeuss!" Jaemin galak.

"Jae, bener kata Minhee, abis ini kita pulang, istirahat. Besok pagi Papa kudu kerja, Minhee kudu sekolah, kan kamu juga kuliah," Papa lembut. Kalo lagi habis makan Papa suka normal gitu. Tapi kalo pas laper, kumat-kumatan juga sablengnya.

"Yaudah deh." Jaemin agak kecewa. "Tapi kalo Jaemin sendirian yang otewe gimana? Boleh kan, Pa?" tawarnya dengan senyum lebar.

"Jangan Pa, mau tebar pesona doang dia mah." Iqbal nyerobot.

KELUARGA SUBETOT(TAMAT) Onde histórias criam vida. Descubra agora