Terimakasih

83 40 30
                                    

"Kau adalah malam yang gelap. Dan aku ingin sekali menjadi bintangmu.
Namun, takdir  dan waktu membatasi
kita. Tapi aku yakin, akan ada bintang
lain yang akan mengubah malam yang mencekam menjadi malam yang indah penuh makna."
--(Sari Fitriani)--

•••

"Buka matamu pelan-pelan, Tuan Pasha," kata dokter.

Aku menuruti perintah dokter, dan ya ... aku bisa melihat kembali dunia yang indah ini. "Dok, siapa yang mendonorkan mata untukku? Dimana dia? Aku ingin berterima kasih kepadanya."

"Mari ikut saya!"

Aku mengikuti dokter dan berakhir di kamar dengan tulisan 'Kamar Mayat'. "Dok, kenapa kita kesini?"

Dokter menunjukkan jasad yang ditutupi kain putih. "Bukalah!" titah dokter.

Setelah dibuka, ternyata ... "Sari! Apa maksud ... Di-dia yang mendonorkan matanya untukku?" tanyaku dengan suara parau.

Dokter hanya mengangguk lemah.

"Enggak, enggak mungkin! Arrghhh!!!" Aku berteriak penuh frustasi sambil mengacak-ngacak rambut.

"Bodoh! Kenapa kau melakukan ini?!" bentakku sambil menarik kerah baju dokter itu.

"Maaf Tuan, jadi begini ...

🍂
"Dok, bagaimana keadaan suamiku? Uhuk uhuk," ucap Sari lemah.

"Maaf nona Sari, suami anda mengalami kebutaan akibat serpihan kaca yang menancap di matanya saat kecelakaan," ucap dokter dengan raut wajah sedih.

"APA? Dok, tolong jangan buat dia buta ... Hiks," kata Sari dan mulai menangis.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa kecuali, ada yang bersedia mendonorkan matanya."

"Aku bersedia," sergah Sari, mantap.

"Tapi nona--"

"Ku mohon dok ... aku sangat menyayanginya, aku tak tega melihatnya menderita."
🍂
 

dan setelah operasi selesai, istri anda meninggal dunia, maafkan kami," ucap dokter dengan lirih.

"Innalillahi ...." Tak terasa, buliran bening mengalir deras di pipiku. Entah kenapa, setelah mendengar penuturan dari dokter, tubuhku lemas, ambruk seketika.

"Ini, ada surat untuk Tuan," kata dokter sembari memberikan sepucuk surat.
 

Isi surat :

Assalamu'alaikum ... Suamiku.
Oh my husband Pasha, aku sangat mencintaimu. Kau tau? Setiap pagi aku selalu ke kamarmu, mencium keningmu sekilas. Licik bukan? Hehe iya aku memang wanita licik, maafkan aku.
Pasha, jaga dirimu baik-baik, jangan lupa shalat lima waktu dan menikahlah dengan orang yang akan membahagiakanmu.
Jangan khawatirkan aku! Aku bahagia di sisiNya dan semoga kita bisa bersama di jannahNya kelak, aamiin ....
Maaf Pasha, aku harus pergi memenuhi panggilan sang illahi. Tapi meskipun begitu, aku akan selalu ada untukmu, bersamamu.
Ingatlah!          Mataku, Matamu ...
                                                    I love you

                                                        Sari

Aku tak tahan lagi, aku mendekap tubuh Sari yang membujur kaku di atas matras. Dan air mata semakin deras mengalir di pipiku.

"Maafkan aku Sari, aku telah membuat kesalahan yang besar. Tapi akan aku perbaiki semuanya jika kau bangun. Kumohon bangunlah! Ya, aku tak pantas menjadi suamimu, aku lelaki berengsek, aku bejad. Tapi, ayolah bangun Sari! Aku janji akan membahagiakanmu, bangun sayang! Bangun!!" lirihku sambil menangis sesegukan. Aku tak pernah menangis seperti ini semasa hidup. Aku sangat jarang sekali bersedih apalagi menangis, bahkan tak jarang orang menyebutku 'lelaki tak kenal sedih'.

"Sayang ... maafin aku, selama ini aku tak bisa menjadi suami yang baik untukmu. Ayo cium keningku lagi! Bangunlah! Kau mau apa, hm? Akan aku kabulkan semua yang kau mau, aku akan berubah seratus persen sayang, aku janji! Tapi ayolah bangun sayang! Ayo bangun!! Ku mohon ... hiks sayang ...." Aku menangis sejadi-jadinya, dan kali ini pelukanku semakin erat.

"Tuan, jika anda menangis seperti itu, pasti Sari sedih di sana. Berbahagialah! Karena insya Allah, istrimu wanita shalihah dan masuk syurganya Allah."

"Aamiin ... Kau benar dok, baiklah," ucapku pasrah. Benar juga kata dokter, tidak ada gunanya aku menangis sejadi-jadinya seperti ini.

Aku melepas pelukan, menyeka air mata, lalu mengecup singkat bibir Sari. "I love you too my wife," ucapku pasrah dengan wajah sendu.

"Nah ... jagoan," ujar dokter seraya mengacungkan jempol dan mengelus kepalaku.

"Aku bukan anak kecil, namaku Pasha, panggil aku Pasha!"
  

"Hahaha," kami tertawa berbarengan.

==========

Sejak saat itu, aku selalu shalat, mendo'akan Sari dan menunaikan ibadah lainnya.

"Terima kasih Sari, sampai sekarang kau selalu ada untukku," kataku ketika melihat mata di cermin. Ku ambil poto Sari dan mendekapnya dengan sangat erat.

"Aku menyayangimu, Istriku ...."
               

Tamat🔥

Terimakasih telah membaca cerita gaje saya, mohon ambil sisi positifnya saja bahwa "Kebencian bisa dimusnahkan dengan cinta. Dan jaga cinta kita! Jangan sampai, cinta menghancurkan semuanya."

Insya Allah Pasha akan kembali pada cerita dan judul yang baru. Sekian, terima gajih. See you next again^^

MATAKU MATAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang