03| An, Jangan Menghindar

67.9K 6K 336
                                    

Kini Mobil hitam yang di kendarai Arsel sudah kembali berbaur di jalan raya untuk memulangkan gadis yang sedari tadi hanya terdiam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kini Mobil hitam yang di kendarai Arsel sudah kembali berbaur di jalan raya untuk memulangkan gadis yang sedari tadi hanya terdiam. Pertanyaan yang tadi di lontarkannya pun sama sekali tidak mendapatkan jawaban. Padahal, dia benar-benar penasaran tentang alasan kenapa Ana tidak mau menikah dengannya.

"Oke, kalau kamu masih butuh waktu, gapapa," suara Arsel memecahkan keheningan. "Mas bakal kasih waktu lagi. Tapi kamu jangan menghindar, ya? Mas kepikiran terus, An."

Ana menghela napas, waktu hampir tiga bulan menghindar ini dia habiskan untuk meyakinkan diri agar bisa menolak dan berhenti memikirkan sosok Arsel yang terus berkelana di kepalanya. Akan tetapi, usahanya itu tidak berarti apa-apa karena semakin dia berusaha untuk menolak, semakin juga dia merasakan sesuatu yang janggal di hatinya. Sosok Arsel pun seakan tidak mau berhenti menghantui kepalanya.

Ana bimbang, apalagi saat tadi menatap Arsel yang penuh kesungguhan. Itu juga yang menjadi salah satu alasan kenapa dia memilih menghindari laki-laki yang sekarang sedang menyetir di sebelahnya ini.

Kesungguhan Arsel yang sekarang membuat hatinya tak karuan.

4 tahun dia bisa menyangkal dan terus menolak, tetapi kenapa sekarang rasanya begitu sulit? Kenapa saat hendak menolak, dia malah bimbang dan terus kembali mempertimbangkan tentang Arsel yang amat mencintainya. Kalau dia menolak, apa nanti dia akan mendapatkan yang lebih baik? Atau mungkin Ana akan mendapatkan sebuah karma karena menyia-nyiakan sesuatu yang berharga?

"Mas," panggil Ana.

Arsel menoleh, tersenyum senang karena akhirnya Ana buka suara. "Iya, ada apa, An?"

"Anterin gue ke rumah lo ya?"

Arsel mengernyit. "Ke rumah, Mas? Mau ngapain."

"Ke rumah bunda maksudnya, bukan ke rumah lo yang sendiri." Ana memperjelas. "Gue kangen, mau ketemu bunda."

"Oh, kirain mau ke rumah, Mas." Arsel terkekeh. "Mau langsung sekarang atau pulang dulu ke rumah?"

"Sekarang aja Mas, biar sekalian."

"Oke, deh." Dia mengangguk, "Enak ya jadi Bunda, bisa di kangenin sama kamu. Mau juga dong," ucapnya dengan nada menyebalkan sambil mencebikan bibirnya. Ya, ini Arsel. Mengeluarkan sifat menyebalkan adalah caranya mencairkan suasana dengan Ana.

"Jangan mulai, ya, Mas." Ana melayangkan peringatan. Dia tahu betul, kalau Arsel sudah seperti ini, sisi menyebalkan yang membuat Ana jengah akan keluar.

"Lho? Kok nyebelin, sih? Emang bener 'kan jadi bunda enak, bisa di kangenin sama bidadari berbentuk manusia ini. Coba kamu kangen sama Mas juga, pasti Mas gak bakal iri sama bunda. Padahal, 3 bulan ini Mas uring-uringan banget lho kangenin kamu."

Arranged Marriage  [TAMAT]Where stories live. Discover now