8

14.7K 315 7
                                    


[Maaf ya pertemuan pertama kita sedikit ada kesalahan teknis.]

Aku merasa bersalah dengan Alendra. Gegara ada insiden tak terduga, kencan kami jadi gagal. Apalagi buku pesanan dia belum sempat aku kasih juga. Masih di mobil.

[Nggak papa. Lain kali masih bisa kita atur ulang.]

[Aku beneran nggak enak. Trus buku kamu gimana aku kasihnya? Mau aku paketin aja?]

[Gampang deh. Ehmm, Minggu ini kamu ada acara?]

Aku melirik kalender yang tergantung. Memastikan jadwalku free atau tidak. Ehmm, ternyata ada.

[Minggu ini aku harus ke luar kota. Ada pertemuan dengan klien.]

Aku masih memikirkan Denisa kalau aku ke luar kota. Siapa yang mengurusnya ketika malam. Kalau aku bawa siapa yang jaga. Mau minta tolong Mas Rama, rasanya tidak mungkin. Kalau Denisa rewel nanti bagaimana. Apa lelaki itu bisa merawatnya? Melirik aja dia tidak mau. Apalagi dengan kondisinya yang sekarang. Makin saja jadi punya alasan.

Sepertinya aku memang harus membawanya. Sekalian bisa ngajak Denisa jalan-jalan selesai meeting.

Ide bagus.

[Ke luar kota kemana? Kalau boleh tau.]

[Bali.]

[Okay. Hati-hati di sana. Jangan genit ya.]

Aku hanya tersenyum mendengar titahnya.

[Siap, bos!]

[Good girl.]

Bibirku tak henti tersenyum. Lelaki ini selalu manis. Membuatku kadang tak percaya, ada lelaki yang benar-benar tulus menyayangiku.

[Oiya, tadi aku cek rekening ada tambahan uang. Ehmm, bukan dari kamu kan?].

Aku terkaget saat membuka mobile bangking. Tadinya aku mau bayar baju Denisa yang beli online. Ternyata malah ada uang yang masuk dengan jumlah yang lumayan.

Entah mengapa aku langsung berpikir itu kelakuan Alendra. Kalau Mas Rama rasanya tidak mungkin. Untuk beli air galon seharga dua puluh ribu saja bilangnya tidak ada. Apalagi uang sebesar ini.

[Buat tambahan jajan Denisa dan buat kamu belanja. Kali aja mau shoping. :D ]

[Ya ampun! Kok jadi ngerepotin.]

[Jangan ditolak ya. Apalagi dibalikin. Aku bakal marah kalau sampai kamu tolak. Kamu seorang wanita yang kuat. Tulang punggung. Aku hanya ingin membahagiakan kamu. Setidaknya membantu meringankan beban kamu.]

Aku sungguh tak bisa berkata apapun. Bagaimana bisa Alendra bisa sebaik ini?

[Aku nggak tau harus ngomong apa.]

[Nggak perlu ngomong apapun. Cukup dinikmati aja. :) ]

Tanpa terasa ada air bening yang menitik. Sudah lama sekali aku tidak merasa diperhatikan oleh seseorang. Aku terbiasa mandiri dan mencari uang dengan keringat sendiri. Lalu kini ada seseorang yang hadir memberikanku kenyamanan, kebahagiaan, bahkan memberikanku perlindungan dan kecukupan?

Nikmat Tuhan mana lagi yang aku dustakan? Inikah jawaban dari doaku?

Aku menutup chat tanpa membalas. Aku bingung harus membalas apalagi. Lelaki ini membuatku tak bisa berkata apa-apa.

Mendadak aku teringat Mas Rama yang meringis kesakitan membuatku jadi kasihan. Aku pun mengambil salep untuk meredakan sakitnya.

Aku berhenti di depan pintu dengan sedikit ragu. Apa dia akan menolak pertolonganku? Dibawa ke rumah sakit dia tidak mau. Padahal kan aku hanya khawatir.

Aku (Berubah) Seksi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang