6.

562 170 189
                                    

Kaki Rachel berhenti di depan gerbang sebuah rumah yang sudah dikenalnya. Ia menghirup dalam nafasnya dengan menutup mata, lalu menghembuskannya perlahan.

Setelah tiga hari mencari pinjaman ke semua orang yang dikenalnya, pilihan terakhir jatuh pada tawaran yang diberikan Hoseok beberapa hari yang lalu.

Yah, mau bagaimana lagi. Rachel sedang membutuhkan biaya yang banyak untuk pengobatan ayahnya.

Rachel berjalan memasuki rumah itu. Seorang wanita yang tampak berumur tengah berdiri di depan pintu, terlihat menunggunya. Sama seperti sebelumnya, ketika Rachel pertama kali berkunjung.

"Kau yang bernama Rachel itu kan?" tebak wanita itu. Ia takut penglihatannya salah.

Rachel mengangguk. "Iya benar."

"Kau kembali ke rumah ini lagi ternyata." Wanita itu tersenyum ramah menyambut Rachel untuk kedua kalinya. "Mari silakan masuk."

Rachel mengikuti langkah dari wanita itu. Sekali lagi, mata Rachel dimanjakkan oleh kemewahan yang ada. Selain luas, terdapat pula barang-barang disana yang memiliki harga melebihi uang bulanan Rachel selama satu tahun.

Badan Rachel membungkuk saat matanya menangkap sosok Hoseok sedang duduk di sofa menghadap dirinya. Hoseok yang menyadari Rachel, langsung menutup koran yang sedang dibacanya. Ia mempersilakan Rachel untuk duduk.

Rachel mendudukkan dirinya di sofa. Sedangkan wanita yang telah mengantarkan Rachel, pergi ke arah dapur, melakukan pekerjaan yang semestinya dilakukan.

"Jadi, Rachel." Hoseok memulai pembicaraan. "Bagaimana kabarmu?"

Rachel menelan ludahnya perlahan. Meskipun ini kedatangan yang kedua kalinya, ia masih merasa canggung. "Saya baik-baik saja."

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Kaki kiri Hoseok menumpu di atas kaki kanan punggungnya dihempaskan dan kedua tangannya merentang santai di sepanjang sandaran sofa.

"Saya... saya menerima tawaran pekerjaan yang anda berikan." Lidah Rachel sedikit kelu ketika menjawabnya.

Hoseok tersenyum. Ada perasaan lega dalam dirinya, karena akhirnya bisa memberikan imbalan kepada Rachel. Dan juga, Jimin tidak perlu menanyakan tentang gadis ini lagi padanya.

"Baiklah, aku senang kau bisa menerima tawaranku. Kebetulan sekali, aku memang sedang membutuhkan seseorang untuk merawat Jimin."

"Jadi, bagaimana tepatnya pekerjaan saya disini?" Rachel bertanya.

"Pertama-tama mari aku akan perkenalkan dulu." Hoseok sedikit menegakkan tubuhnya.

"Tentunya kau sudah tahu namaku bukan?" Rachel mengangguk menanggapi pertanyaan Hoseok.

"Lalu bibi ini bernama Jung Jaerim." Hoseok menunjuk wanita paruh baya yang sudah berada di hadapan Rachel, meletakkan cangkir berisi teh.

Rachel sedikit membungkuk pada Bibi Jung.

"Kau bisa memanggilnya dengan Bibi Jung, dia adalah satu-satunya pelayan di rumah ini."

Rachel tergelak. Bagaimana bisa rumah semewah ini hanya memiliki satu pelayan?

"Paman di depan sana, apabila kau bertemu, dia bernama Shin Kil Hwan. Kau bisa memanggilnya dengan Paman Shin, dia adalah supir pribadi Jimin." Rachel mengangguk setelah mendengar penjelasn Hoseok.

"Yang terakhir." Hoseok bangkit dari duduknya. "Mari ikuti aku." Rachel berjalan mengikuti Hoseok di belakang.

Mereka berhenti di salah satu pintu yang terletak berhadapan dengan dapur. Hoseok membuka pintu itu perlahan.

Serendipity - [Park Jimin] ✔Where stories live. Discover now