3. Sahabat Raga

380 42 8
                                    

Brukh.

Seseorang berambut Klimis melemparkan tas nya ke sembarang arah. Berhasil membuat ketiga pria yang tengah terduduk di atas rooftop sekolah sontak tersentak.

"Setan!"

"Eh, si kampret! Kaget gua."

Cowok berambut klimis itu hanya cengengesan. Berbeda dengan Raga, lelaki itu hanya terdiam dengan wajah tenang dan pandangan lurus kedepan.

"Lu betiga gua cariin ternyata ada disini." ucap cowok berambut klimis itu. yang tak lain adalah Arkan.

"Kenapa emang?" sahut seorang lelaki yang terduduk di samping Raga. Galih.

"Gua ada informasi penting, lu betiga pasti kaget."

"Apaan?" sambar lelaki yang tengah menselonjorkan kakinya. Karel.

"Wess, kalem bos ku."

"Lama lo ah,"

"Ya elah rel kereta, lu kaya kaga tau dia aja. palingan juga tentang cewek. dia kan playboy akut tingkat dewa." sahut lelaki bernama Galih itu.

Pletak!

Galih meringis saat keningnya di getok oleh si kampret Arkan. "Eh, kampret. Sakit bego."

"Ya makanya, ngomong tuh di saring. Teh ae di saring masa mulut lu kaga. "

"Yang Galih bilang itu fakta! Lo kan emang playboy stadium akhir."

"Eh, busyet congormu! nyambar ae kaya petir." sungguh, Arkan benar-benar di buat kesal oleh dua manusia kutu kupret ini.

Raga hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku ketiga sahabatnya.

"Dengerin kek, gua belum selesai ngomong. Emang kalian gak kepo? Berita yang gua bawa ini super hot dan super super super men...."

"Tos,"

Arkan tertawa renyah, begitu pula dengan Galih membuat Karel memutar malas kedua bola matanya. Jika di pikir-pikir Arkan dan Galih ini adalah dua spesies yang sama.

"Yaudah apaan?"

"Kepo juga kan lu, rel kereta."

Karel menggeleng pelan seraya mengembuskan nafasnya pelan. "Ah kelamaan, minta di ruqyah nih anak. "

"Mulut lu kaga ada palang pintu nya apa?"

"Palang pintu - palang pintu segala. Emang gua apaan?"

"Rel kereta." sahut Arkan di akhiri dengan tawanya. Lagi lagi Raga hanya menggeleng.

"Nyebelin lu sarang lebah, udah ah cepetan. Beritanya apaan?" Karel gemas, ia menjambak rambut klimis milik Arkan.

"Ah..ah..ah..sakit. sakit mas, mas tolong aku. Mas Raga tolong aku ah."

"Najong tralala, gua cuma Jambak rambut lo tapi kenapa lo bersikap seolah kesucian lo lagi di renggut?" Karel menghempaskan rambut Arkan, membuat Arkam tertawa keras karena nya.

"Ck, bercanda mulu lo berdua. Jadi, lo mau cerita apa?" Galih kesal, segera ia memiting leher Arkan.

"Anj...sesek bego." Arkan tidak terima, ia menepuk dada bidang Galih dengan keras.

"Sialan!" Galih geram, wajahnya memerah bak kepiting rebus. Membuat Karel tertawa melihatnya.

"Dahlah, emang gak ada benernya ngobrol sama lo." Galih bangkit dari duduknya.

"Mau kemana lo?" tanya Arkan.

"Cuci tiang listrik." sahut Galih seraya melangkah. Suara tawa lagi-lagi menguar. Membuat Raga kembali menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya ia berteman dengan spesies-spesies seperti mereka yang minim akhlakes.

Bad Boy (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang