Bagian 10 Kegelisahan

8.1K 452 11
                                    

Zahra berjalan bolak-balik di depan teras rumah menunggu suaminya. Seharian di dalam rumah ia memiliki perasaan yang tidak enak, entah mengapa Zahra merasa ada sesuatu hal yang akan terjadi.

Ttin

Bunyi klakson mobil menghentikan Zahra bergerak. Melihat mobil suaminya masuk setelah dibuka lebar pagar oleh satpam rumah mereka.

Azzam turun dari mobil dan berjalan cepat mendekati Zahra saat melihatnya di depan teras.

"Kenapa kamu diluar sayang?" Tanya Azzam.

"Aku tungguin kamu Mas, kok lama kali? Pasiennya banyak ya? Sampai pesan ku gak dibaca?"

Azzam menegang. Azzam merasa berdosa karena seperti bermain di belakang Zahra. Zahra mengetahui Azzam ke rumah sakit karena ada pasien,tapi sebenarnya Azzam bertemu dengan cinta masa lalunya.

"Maaf sayang, Pasiennya banyak, jadi hp mas tinggal di dalam ruangan Mas" bohong Azzam karena tidak sanggup jujur kepada Zahra yang akan tersakiti.

"Oalaha mas,, aku dari tadi gelisah terus, perasaan ku gak enak, karena tiba-tiba kamu ke rumah sakit terus gak baca pesanku"

"Maaf yaa,, yuk kita masuk"

"Ya mas, mas mandi dulu atau makan dulu?" Tanya Zahra sambil berjalan beriringan masuk kedalam rumah.

"Mas mandi dulu deh"

"Yaudah, mas duduk dulu, aku siapin air untuk mas mandi dulu ya"

Azzam mengangguk sambil mengelus kepala Zahra. Zahra berlari menuju kamar.

Diruang makan, Zahra sekali-kali menggoda Azzam.

"Ihh mas kok makin gemuk yaa"

"Apa?? Mas gemuk?"

"Iyaa, liat ni pipinya endut-endut" ucap Zahra sambil menoel-noel pipi Azzam.

Azzam terkekeh.

"Kamu ini kok gemesin banget sih, istri siapa sih ini?"

"Istrinya Mas Azzam dongg"

Mereka tertawa.

"Oh ya mas, sebenarnya aku udah mau kasih tau kamu pagi tadi,tapi aku takut kamu kecewa" lirih Zahra.

"Kenapa sayang?"

"Tadi pagi aku udah tes ,hasilnya negatif lagi mas"

Azzam yang langsung mengerti menggenggam tangan Zahra.

"Gak papa sayang, mungkin belum saatnya"

"Tapi ibu sudah nanya-nanya mas, ibu pengen aku hamil, tapi semua hasilnya negatif" suara Zahra bergetar.

"Sayang, biar mas kasih pengertian ke ibu ya, lagian kitakan udah usaha dan doa, mungkin Allah belum bisa kasih amanah itu sama kita sekarang" ucap Azzam.

Zahra menatap suaminya sedih. Azzam melihat airmata Zahra yang sudah tergenang memeluk istrinya.

"Jangan menangis sayang, mas gak suka ada airmata dari mata indah kamu ini"

Zahra tersenyum. Dia bersyukur memiliki suami yang perhatian dan sayang padanya. Apakah ini hasil penantian dia selama ini, memiliki keluarga yang baik, suami yang penyayang. Dia berharap pernikahannya selalu damai dan tentram hingga akhir hayat.

"Biar kamu gak sedih, gimana kalau kita usaha lagii? Yukk, biar bisa ada debay di perut kamu inii"  goda Azzam

"Ihh mass udah deh jangan goda aku"

"Mas gak goda kok, tapi menggoda kamu"

Azzam langsung menggendong Zahra,
"Kita harus banyak usaha biar hasilnya memuaskan sayang"

Zahra memukul lembut dada Azzam dengan wajah malu. Azzam kemudian membawa Zahra menuju kamar. Malam yang panjang sepasang makhluk insan memadu kasih.

Pukul 03.25

Zahra dan Azzam masih berada di dalam selimut menutup tubuh mereka.

Dahi Zahra mengeluarkan keringat dingin begitu banyak. Tubuhnya bergerak gelisah  dan tidak nyaman. Terdengar suara isak kecil. Karena merasa terganggu Azzam melihat istrinya yang gelisah. Istrinya mimpi buruk.

"Zahra? Sayang bangun"

"Zahraa, bangun sayang"

Zahra terbangun dengan airmata mengalir di pipinya. Ia menatap suaminya sendu. Kemudian memeluk suaminya erat.

"Zahra?"
"Mas, jangan tinggalkan Zahra ya. Jangan pernah pergi dari Zahra ya. Zahra gak kuat mas"

"Gak sayang, mas gak akan pergi, mas selalu sama Kamu Sayang"

"Mas janji?"
"Janji"

Azzam melepaskan pelukannya menatap istrinya dalam

"Jangan nangis ya, kamu cuma mimpi buruk. Sudah jam setengah 4, kita shalat tahajud berjamaah yaa" ajak Azzam menenangkan istrinya.

"Iya mas, aku dulu ya yang mandi"

"Sama-sama aja dong" goda Azzam bermaksud membuat istrinya kembali ceria.

"Ihh mas mesum, gak mau,aku duluan" ucap Zahra kemudian berlari menuju Kamar mandi dengan selimut menutupi tubuhnya.

Azzam tertawa. Kemudian dia teringat perkataan istrinya tadi. Meninggalkan Zahra? Dia tidak akan pernah bisa pergi jauh dari Zahra.

Saat shalat, Zahra selalu terharu mendengar suara bacaan suaminya yang begitu merdu.

Setelah mereka shalat, mereka membaca Alquran bersama-sama. Sekali-kali Azzam akan mengoreksi bacaan Zahra, begitupun sebaliknya, Zahra mengoreksi Bacaan Azzam yang menurutnya kurang pas. Hingga terdengar suara Adzan subuh berkumandang.

"Shadakallahul'adzim"

"Mas,  cepat ke masjid, udah adzan tuh"

"Iya sayang, mas pergi ya, Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Zahra selesai shalat, berjalan menuju dapur   untuk menyiapkan sarapan dirinya dan suaminya.

Selesai memasak dia menyajikan diatas meja makan dan menunggu suaminya pulang dari Masjid. Seperti itulah aktivitas setiap harinya.

"Assalamualaikum"

Zahra yang mendengar salam dari suaminya langsung terlonjak lalu berlari menuju suaminya. Kemudian mencium tangan suaminya.

"Wa'alaikumsalam,Mas. Yuk mas kita sarapan" ajak Zahra sambil memegang sajadah Azzam dan merangkul lengan Azzam.

"Yukk" balas Azzam sambil mencium kening Zahra.

Mereka pun makan sambil berbicara dengan bahagia.

"Mas, air untuk mandi sudah aku siapkan, sana mandi mas, bentar lagi mas pergi kerja kan? Oh ya baju sama jas putih udah aku siapkan di atas kasur. Aku cuci piring dulu yaa" ucap Zahra sambil mengangkat piring sarapannya dan Azzam.

"Makasih sayang, sayang banget deh mas sama istri mas ini"

"Hehhe,, Zahra juga sayang sama mas"

'ANA BISIDQ ZAWJIIN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang