10. New morning

5.7K 651 80
                                    

3 jam berlalu, dan Vashtee masih setia mondar-mandir ditengah ruangan kamar tidur yang ia tempati sekarang. Kamar nya cukup luas dan indah, dengan nuansa kuno yang menyelimuti setengah perabotan di sana. Tak lupa akan ranjang dengan tiang kokoh yang menjuntaikan kelambu bewarna biru senada dengan ruangan itu.

Hari semakin gelap, matahari mulai tenggelam membuat keadaan kamar itu hanya ditemani dengan cahaya lampu yang cukup redup. Warna biru— warna kesukaan Vashtee, mendominasi seluruh penjuru ruangan.
Semuanya di tata benar-benar baik. Namun tidak dengan keadaan hati nya saat ini.

Gadis itu masih menerka-nerka apa yang terjadi berberapa jam yang lalu. Bagaimana dirinya ditarik paksa oleh 5 pengawal Pack, pemberontakannya seolah tak didengar mereka. Lalu ia diserahkan pada seorang wanita paruh baya yang merupakan maid dan ia dibawa ke ruangan ini, ke kamar yang sanagat mewah ini.

Ia sudah berganti menjadi pakaian santai ala kerajaan setelah maid bernama Elise mempersiapkan ia untuk membersihkan diri berberapa jam yang lalu. Ia melirik sekilas nampan berisikan makanan yang terletak diujung nakas. Ia tak berselera makan. Tidak dengan keadaan ingatannya akan tatapan Raul yang berbeda siang tadi.

Ditambah dengan kebodohannya yang lupa membawa ponsel untuk mengabari kedua orangtua nya.

Knop pintu dibuka, membuat Vashtee menoleh dan mendapati Raul yang memasukki kamar itu. Vashtee segera menghampiri nya. Raul melirik sekilas nakas dimana tersedia makanan yang belum tersentuh sama sekali.

Segera Vashtee membuka suara, "Ruru, apakah semuanya baik-baik saja ? Mengapa mereka membawaku paksa-"

Raul memotong, "Mengapa tak kau makan ?" tanya nya cepat membuat Vashtee menaikkan kedua alisnya. "Haruskah aku menyuapi mu seperti bocah kecil ?" remeh Raul terkesan dingin.

Vashtee menampilkan raut bingung. Feli pun merasakan hal yang sama. Serigala nya itu hanya diam melihat sikap dingin sang mate yang bahkan baru ia temui siang tadi.

Vashtee terdiam dan menelisik kedua mata hijau terang Raul, namun ia bahkan tak melihat setitik kehangatan disana.

Raul menajamkan pandangannya, "Beraninya kau menatapku seperti itu, Darice" ia mencengkram dagu Vashtee dan menariknya kasar.

Vashtee meringis dan mengusap dagu nya, "Ruru ! Kau ini kenapa ?" tanya nya terdengar sangat larut dalam kebingungan.

Raul menggeleng, "Aku benci panggilan sialan itu. Apa kau tak bisa bersikap hormat pada sosok yang kau hadapi sekarang ?"

Vashtee terlihat sedih mendengar penuturan Raul, "Aku selalu memanggilmu Ruru sejak dulu. Bukankah kau terbiasa ?"

"Ubahlah itu mulai sekarang. Aku membencinya" Raul menampilkan raut tak suka.

Vashtee menaikkan tangan mungilnya untuk meraih lengan kanan Raul, "Aku tak mengerti apa yang sedang terjadi. Mengapa kau seperti ini ? Aku mencium aroma memabukkan itu darimu dan sosok serigalaku berkata kau mate ku-"

Raul menepis kasar genggaman Vashtee, sudut matanya berkerut seolah tak ingin mendengar apapun, "Bisakah kau diam ? Habiskan saja makanan itu" sergahnya sambil melirik makanan di atas nakas. Ia memutar badan dan berjalan untuk keluar dari kamar tersebut.

Vashtee mengerjap terkejut, "Tidak, sebelum kau menjelaskan segalanya !"

Raul menghentikan langkahnya, tanpa berbalik badan ia berkata, "Tak ada yang perlu dijelaskan." dan setelahnya, ia menghilang ketika pintu itu tertutup.

ALPHA KING [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now