Chapter 05 | Calon Menantu?

813 57 27
                                    

Disclaimer : Karakter BoBoiBoy dan kawan-kawan milik Monsta Studio
Original Character and Story are Mine

.
.
.
.

***

Urusan jodoh itu sudah ada dicatat. Tapi, kalau ibu-ibu sudah bicara, mau kamu jungkir balik sampai gunung Tangkuban Parahu jadi perahu kembali bakalan tetap sama saja.

***

"Assalamu'alaikum! Yaya pulang!" salamnya saat memasuki rumah. Di belakangnya ada para pemuda yang sejak tadi mengekori.

"Wa'alaikumussalam," sahut suara perempuan yang mereka yakini adalah ibu dari Yahya dan Yaya. Sepertinya beliau baru saja selesai membuat kue dikarenakan banyak sekali tepung di tangannya. "Eh? Kenapa banyak sekali orang?" tanya beliau dengan muka kaget.

Pastilah.

Orang yang bertamu ke rumahnya itu ada delapan pemuda yang mana mereka dikaruniai wajah rupawan serta sedap dipandangan.

Serentak, para pemuda itu memberi salam pada beliau dengan sopan. Berusaha memberikan kesan sopan dan baik, berbanding terbalik ketika mereka berada di lapangan. Bahkan, Yahya dan Yaya membuat gerakan seolah muntah dengan aksi mereka.

Pencitraan, batin keduanya sebal.

"Halo, Tante. Kami temen Yahya dan Yaya," ucap Gempa lembut mewakili yang lainnya.

Wawa membulatkan matanya. "Maa Syaa Allah. Ternyata kalian semua teman Yahya dan Yaya? Kok nggak nyangka ya anak petakilan macaman dia punya teman setampan kalian," ucap beliau santai. Tak memedulikan dengan orang yang dimaksud menatap sebal padanya.

Gempa hanya dapat tersenyum meringis seraya mengusap tengkuknya.

"Ya sudah, dari pada kalian di luar, mari masuk. Kebetulan, ayahnya mereka ada di rumah," ajak Wawa sambil berlalu ke dalam rumah. Meninggalkan para pemuda yang memasang tampang bingung dengan perkataan barusan.

"Maksudnya apa?" Blaze mengerjapkan matanya beberapa kali dengan wajah polos.

Duri menggeleng. "Nggak tahu."

"Mungkin mau diajak kenalan," terka Solar.

"Entahlah." Taufan mengangkat bahu tanda tak tahu.

Fang yang ada di sebelahnya menggelengkan kepalanya miris. Ini bukan urusannya, karena ia malah merasa bahwa tujuh bersaudara itu yang kena.

"Masuk sajalah," suruh Yahya malas. Semakin malas karena anak kelima dari tujuh bersaudara itu ada di samping. Hampir tertidur. "Ais, bangun!"

"Eh? Eung?" Pemuda bermata aquamarine itu terperanjat dan segera menegakan tubuhnya. "Udah sampai ya?" Ia bertanya dengan muka datar.

Mereka merotasikan mata malas. Enggan menjawab pertanyaan tidak berbobot yang dilontarkan oleh Ais Samudra Aryawinata itu.

Yaya?

Gadis itu sudah berlalu sejak pertama kali dia mengucapkan salam. Sehingga tidak harus mendengarkan percakapan aneh barusan.

Segera mereka memasuki rumah dua tingkat itu dengan sedikit terburu. Otak mereka menyuruh untuk berbegas ke kamar milik Yahya sebelum bertemu dengan kepala keluarga Yah. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi.

Firasat mereka kecuali Fang tidak enak.

Dan saat berjalan melewati ruang keluarga, sebuah suara baritone menghentikan langkah mereka.

Bittersweet of LifeWhere stories live. Discover now