End.

21K 867 64
                                    

Happy Reading.

*

Aliya tidak mau ambil pusing dengan kata-kata Bibi Oh, Aliya tidak mau terlalu berharap banyak. Pekerjaannya hanya mengurus Jiya dan tidak lebih. Hampir 2 bukan berlalu dan Aliya masih bekerja dengan biasa. Tapi ada yang aneh dengan Jimin, entah ini perasaan Aliya atau memang benar. Beberapa kali Aliya tidak sengaja melihat Jimin memandangnya saat menyuapi Jiya. Yah hampir setiap hari Jiya mau disuapi oleh dirinya.

Mungkin itu hanya perasaan Aliya saja. Jangan terlalu percaya diri Aliya.

"Kau pergi saja. Biarkan Mama yang masak untukku dan Daddy. Sana ih" Aliya menggeleng kala Jiya mengusir Han Yumi yang akan masak. Memang Jiya agak sewot jika Yumi ikut-ikutan masak. Katanya masalah Yumi tidak enak.

"Sayang tidak boleh seperti itu, Bibi Yumi juga ingin masak. Biarkan saja ya, Jiya makan masakan Mama dan Bibi Yumi masak untuk Daddy. Yumi-shi masak saja. Jangan pedulikan Jiya" jelas Jiya langsung merengut hanya saja tidak membantah Aliya, Masih saja berdiri disamping Aliya. Memang semua makanan Jiya, Aliya yang masak. Dan untuk Jimin, Aliya tidak mau ikut campur. Dikira serakah dan mau menang sendiri jadi Aliya membiarkan yang lain masak untuk Jimin. Memang Aliya siapa Jimin hingga melarang-larang.

Sementara Jimin hanya memperhatikan mereka dari meja makan, jelas terdengar katakan meja makan dan dapur hanya terbatas pada sebuah tembok.

"Mama?"

"Ya nak?"

"Mau susu" Aliya mematikan kompornya dan menatap Jiya, memang benar sih dari tadi Jiya belum minum susu. "Ayo Mama buatkan. Sekarang duduk disini" Aliya mendudukkan Jiya pada kursi yang ada disana, biarkan Jiya disini.

"Yang coklat Jiya tidak suka Vanila" Aliya jelas menurut, malas juga memaksa Jiya minum yanh Vanila. Mual katanya. Anak ini memang.

Hari ini Jiya libur sekolah dan Jimin ada dirumah Juga. Tumben sekali sih, Aliya juga bingung. Jimin itu jarang absen jika bekerja, yah type teladan juga.

"Tunggu dimeja makan, nanti Mama kesana dengan membawa susu dan sarapan Jiya" terbiasa mendengar panggilan Jiya dengan sebutan Mama, Aliya jadi ikut-ikutan. Tapi Aliya tetap formal jika didepan Jimin. Memang Aliya siapa?

"EEhem"Jiya benar-benar menurut akan semua kata-katanya, anak ini jadi super penurut dan tidak pernah bertengkar lagi dengan Aliya. Aliya sebenarnya agak rindu dengan Jiya yang dulu, memang masih berisik hanya saja tidak ada adu mulut lagi seperti biasanya.

"Jangan senang dulu karena Nona Muda membelamu Aliya"

Dan lagi sipenganggu hadir. Han Yumi memang menyebalkan, tau seperti itu tidak usah Aliya bela tadi. Dasar ular.

"Aku tidak menganggu kau Yumi-shi dan kenapa kau sewot. Tenang saja aku tidak berniat mendekati tuan. Kau bisa mendekati dia sepenuhnya. Aku tidak peduli" ketus Aliya dan membawa semua makanan untuk Jiya, bisa tua dulu Aliya jika mengurus Han Yumi.

*

Mereka liburan bertiga. Jimin, Aliya dan Jiya. Di lotte word. Jiya yang mau. Awalnya Aliya menolak ikut tapi Jiya memaksa bahkan gadis kecil itu merengek tadi, Aliya terlalu menyerah akan keras kepalanya Jiya, akhirnya ikut. Jelas canggung karena ini pertama kalinya mereka pergi bertiga. Biasanya Jimin menggunakan supir dan hari ini tidak.

Duduk disebelah Jimin sambil memangku Jiya yang sibuk dengan PSP. Bocah ini tidak tau jika Aliya benar-benar gugup. Berada dalam satu lingkup dengan Jimin dalam jarak sedekat ini? Cari mati.

"Daddy?"

"Ya Baby"

"Jiya mau adik" Aliya luar biasa melotot tidak percaya mendengar suara Jiya, apalagi dengan keinginan anak ini.

My Daddy! 18+ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang