Chapter 42

62 17 86
                                    

"Xu Long!" panggil Xiao Meng seolah untuk menyadarkannya.

***

Xu Long terus melihat ketiga temannya, dirinya sadar bahwa mustahil bagi dirinya sendiri merawat serta mengobati semua orang. Namun, dia tidak ingin melibatkan teman terdekatnya melakukan hal berbahaya. Belum lagi, dirinya sendiri masih belum tahu cara apa yang harus digunakan untuk mengatasi masalah ini.

"Kami percaya padamu. Kau pasti bisa menemukan caranya," tambah Fu Rong.

"Hufff ...!" Xu Long memejamkan mata sesaat.

"Baiklah, tapi ingat untuk selalu berhati-hati."

Sebelum membiarkan beberapa orang masuk menemui penderita, Xu Long meminta semua orang mengikuti arahannya. Hal pertama, mereka yang sehat harus menggunakan kain untuk menutupi hidung dan wajah. Kedua, benda apa pun yang terkena cairan muntahan, feses atau bekas yang sudah tersentuh atau tergunakan oleh penderita tidak boleh digunakan oleh orang sehat. Ketiga, jangan memaksa diri dan utamakan kesehatan sendiri. Meskipun Xu Long tidak yakin caranya akan berhasil atau tidak, tapi paling tidak bisa memperlambat proses penularan.

Malam itu, akan menjadi malam yang panjang bagi semua orang. Tidak terkecuali mereka yang sehat juga. Namun, Xu Long menjadi orang yang paling melelahkan di antara yang melelahkan. Dirinya harus berkutat memikirkan dan mencari tanaman obat untuk penyakit yang belum pernah terjadi. Tanpa tahu hal apa yang akan menanti hingga alam kembali mendapat cahaya.

"AAAHHHHH!!"

PRANG!

"AAHHH ...!"

"Apa yang terjadi?" tanya Yi Wen yang baru tiba.

"It-itu ...?"

Yi Wen melihat ke arah yang ditunjuk, mendekat untuk memastikan apa sebenarnya yang terjadi. Namun, semakin dekat dirinya dengan orang yang ditunjuk, semakin pula jantungnya berdetak. Tampak pria yang berbaring membelakangi tidak tampak sedang tertidur melainkan tidak bernapas.

"Tuan!"

Mata Yi Wen semakin bergetar, sekali lagi dirinya memanggil dan tidak ada reaksi. Akhirnya, Yi Wen memberanikan diri menyentuh dan matanya seketika terbelalak.

"Huff ... hufff!"

"Apa yang terjadi?"

"Yi Wen!" panggil Fu Rong.

Perlahan, Yi Wen berbalik dengan raut terkejut dan tangan gemetar. Melihat sikapnya, Fu Rong hanya memejamkan mata seolah paham akan situasi.

Brukk!

"Ap-apa mungkin ... di-dia ...?" tanya Xiao Meng tak percaya.

"AAAHHH! Di-di sana juga," ujar salah satu wanita dengan gemetarnya.

Fu Rong segera melihat, kali ini seorang wanita berusia 30an awal. Tidak seperti Yi Wen yang gemetar, Fu Rong dengan cepat melihat dan memeriksa napasnya yang berakhir dengan gelengan.

Sementara Xu Long masih berkutat dalam hutan, mencari berbagai jenis tanaman yang menurutnya bisa menghentikan muntah dan diare. Namun, tampak dirinya tidak yakin tanaman yang didapat akan ampuh. Mengingat ramuan terakhir yang diberi kepada penderita kemarin tidak ada reaksi. Padahal, ramuan itu lebih kuat ketimbang tanaman yang didapat sekarang. Hal itu yang membuat dirinya termenung dan terus meneruskan pencarian tanpa mempedulikan tubuhnya yang lelah.

"Huff ...!"

"Apa yang harus kulakukan?"

Penyakit ini menular dengan cepat dan masalah bersumber pada sungai. Tidak! Itu ada pada ikan. Tapi, kenapa? Bukankah dari dulu kami selalu makan ikan dari sungai ini ... lalu kenapa sekarang bermasalah ...? Lantas ... apa karena ikan sudah tercemar?

"Sebelum itu mari pikirkan dulu obatnya, Xu Long," gumamnya.

BUK!

Xu Long sedikit terkesiap akan suara barusan, mengalihkan pandangan ke arah suara dan melihat kelapa yang jatuh tak jauh darinya. Tak lama, kembali fokus dan tenggelam dalam pikiran hingga mata keyakinan seorang Xu Long saat menemukan jawaban kembali. Dirinya melihat kembali kelapa jatuh yang pecah mengeluarkan air.

"Kenapa aku tidak terpikirkan?" gumamnya sambil sedikit tersenyum.

Tampak ada semacam secercah harapan, layaknya menemukan air di padang gurun. Saat itu dirinya bergegas kembali menemui lainnya yang sekarang disibukkan dengan urusan lain yaitu memilah mayat di antara penderita.

Suara tangis dan rasa takut memenuhi diri masing-masing orang. Terlihat sekitar 10 nyawa menghilang, mayat mereka dibawa keluar dan ditutup tikar jerami, tergeletak begitu saja. Bahkan, matahari berduka dan bersembunyi di balik awan, tak kuasa menahan kesedihan yang berakhir memanggil tangisan.

"Bagaimana jika Xu Long melihat ini? Apa yang harus kita lakukan?" tanya Xiao Meng.

Yi Wen dan Fu Rong hanya diam, memandang prihatin semua mayat. Merasa bersalah dan terlihat pula cairan bening mengalir keluar berpadu dengan air hujan. Saat itu, tak jauh dari posisi mereka, Xu Long kembali.

"Apa yang mereka lakukan?" gumamnya.

Dirinya hendak ingin melangkah mendekat. Namun, terhenti setelah menyadari situasi. Suara tangis yang terdengar keras, bahkan saat hujan turun. Hal itu sudah membuat dirinya yakin akan hal buruk sedang terjadi. Padahal, Xu Long belum melihat banyaknya mayat yang meninggal dalam semalam.

Dengan langkah berat dan tatapan kosong ke depan. Perlahan, Xu Long mendekat, menerobos masuk dalam kerumunan yang melihat dirinya.

"Xu Long ...!" panggil Yi Wen dan Fu Rong bersamaan.

Mata Xu Long terpaku pada apa yang tertutup pada tikar jerami. Dirinya berjongkok, dengan tangan gemetar meraih tikar dan membukanya.

"Xu Long!" panggil Xiao Meng.

Xu Long hanya memejamkan mata dan mengepal erat tangannya, mengeluarkan napas untuk meringankan berat di dadanya. Tepat saat itu, hujan mereda dan sinar matahari keluar dari persembunyiannya seolah selesai menangis.

"Bakar semua mayat ini segera," kata Xu Long datar sambil membuka matanya.

"Bagaimana dengan ritual? Siapa yang akan melakukan?" tanya salah satu orang.

"Bakar mereka bersamaan ... tanpa ritual atau apa pun," jawab Xu Long.

Alohomora : The Secret (End)Where stories live. Discover now