Rumah

111 18 5
                                    

Part ini tidak berhubungan dengan part sebelumnya, terimakasih sudah mampir, selamat membaca!

---

Netra itu memandangku lekat, kini pikiranku penuh dengan tanya. Mengapa dia berbicara tentang itu. Bukankah kami sepakat agar tidak mempunyai perasaan satu sama lain?

Dia mengingkari janjinya. Dan semua pasti tak akan sama lagi.

"Dek, apa kamu gak ada rasa sedikitpun buat mas?"

"Maaf mas."

Pemuda dihadapanku menjadi lebih lesu saat kujawab pertanyaannya. Kemana perginya wajah ceria yang selalu dia tampilkan?

"Mas kita sudah sepakat tak pernah menaruh rasa, kamu mengingkarinya. Lagi pula kamu tahu kalau aku suka orang lain."

Pemuda itu menghela napasnya, "Kamu tahu dek?, itu alasan kenapa Mas nyatain perasaan Mas, Mas takut kamu sudah milik orang lain,"

"Nyatanya, sebelum orang lain memilikimu pun, hatimu memang bukan untukku."

Netranya terus memandang kearahku, mataku berkaca-kaca, apa aku salah?, siapa sebenarnya yang salah?

Netranya terus memandang kearahku, mataku berkaca-kaca, apa aku salah?, siapa sebenarnya yang salah?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Maaf Mas, Adek gak bisa." Aku menundukkan kepala, tak sanggup menatap matanya yang seakan kecewa itu.

Dia mengangkat daguku, dan menatap mataku lagi, "Lihat Mas, kamu gak salah, yang salah perasaan Mas. Mas akan lupain kamu dan perasaan ini"

"Mas dapat beasiswa ke luar negeri, kamu bisa tenang tanpa harus pikirin Mas."

Senyum tipis nampak pada wajah pemuda itu lalu menangkup wajah gadis itu "Kamu harus bahagia Dek, Mas sekalian pamit sekarang ya, takut nanti gak ada waktu. Kamu juga pasti butuh waktu buat gak ketemu Mas."

"Ayo pulang, Mas anter."

"Mas duluan, aku masih mau disini."

"Jangan lama-lama, angin malam gak baik untuk tubuh apalagi kamu perempuan." Pemuda itu mengusap surai gadis itu.

"Mas pamit ya Dek, jangan lupa senyum setiap hari."

Kini hanya tampak punggung pemuda itu yang semakin jauh. Entah mengapa ada rasa sesak ketika pemuda itu pergi menjauh.

Luar negeri katanya?, dia saja tak menyebut negara mana yang akan dia datangi. Siapa yang harus kutanya?

----

Jumat, 05 Juli 2020.

Mas, apa kabarmu?,
Apa dinegeri orang lain itu menyenangkan?,
Mas, setelah kupikir, aku hanya sebatas menyukai laki-laki itu.
Saat kamu pergi, semua terasa berbeda. Hari-hariku hampa.

Aku malu pada diriku, itu alasan, mengapa, sampai sekarang aku tak pernah bertanya bagaimana kabarmu pada saudara ataupun keluargamu.

Mas, besok hari kelulusanku.
Dulu Mas janji mau bawa bunga kan?
Tapi mana mungkin Mas masih inget hehehe.

Sekian untuk malam ini, i still missing you.

Tertanda, gadis penyuka stroberi.

Huh, sudah berapa lama dia pergi? Hampir dua tahun atau?, ah entahlah, tapi gadis itu tetap menunggunya pulang. Benar-benar gadis keras kepala.

----

Kebaya dan riasan wajah itu tampak sangat pas untuk gadis itu, baju toga yang kebesaran tak menutup bagaimana manisnya senyum perempuan yang sedang berpose dengan teman-temannya.

"Che cantik banget."

"Kamu juga cantik kok, pasti dandan disalon kan?"

"Iya Che, nanti kalau mama ku yang dandanin bisa-bisa aku kayak ondel-ondel." Mereka pun tertawa dengan gurauan dan candaan yang mungkin akan mereka rindukan suatu saat nanti.

"Mba Che, ini ada bunga."

"Loh dari siapa Dek?"

"Hmm, gak tau aku kak, tadi udah ada dimeja depan terus ada post it nya, makanya aku tau itu buat Mba Che."

"Ah, iya ini ada post it, makasih ya."

Muncul tanya dibenak gadis itu, siapa yang mengirimi dia bunga?. Jangan-jangan?, ah mana mungkin, pasti bukan.

"Kepalamu nanti sakit kalau digeleng-gelengin terus."

Deg...

Suara itu...

Gadis itu menolehkan pandangannya, bukan ini bukan halusinasi, ini kenyataan.

Mata gadis itu kini berkaca-kaca. Pemudanya kini kembali, dan ada dihadapannya!

"Che, do you miss me like i miss you?"

"Che, do you miss me like i miss you?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HappinessWhere stories live. Discover now