PROLOG

3K 304 33
                                    

[HAPPY READING] ❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[HAPPY READING]

***

Seorang gadis mungil dengan gaun putihnya menatap jauh ke depan, memandangi pegunungan di kejauhan dengan sungai jernih sebagai pembatasnya. Gadis itu tidak berkedip, terlalu terpesona dengan pemandangan di depan matanya. Rambutnya yang tebal dan hitam itu diterpa angin. Semakin terlihat cantik ketika senyumnya mengembang di antara bunga-bunga.

Senyum gadis itu hilang ketika ia teringat sesuatu.

Ia menoleh kesana-kemari, mencari orang yang bisa ia tanyai. Tapi, tidak ada siapapun di sana. Matanya yang semula berbinar kini mulai berkaca-kaca, hampir menangis, ia tersesat. Gadis itu berjongkok di atas rerumputan, membenamkan wajahnya yang cantik di antara kedua lututnya.

"Terjebak?"

Sebuah suara membuat gadis itu mendongak. Ia menatap sosok laki-laki di bawah sinar matahari. Gadis itu mengernyit, mencoba untuk menilik wajahnya yang sama sekali tidak terlihat karena sinar matahari terlalu tajam menusuk kedua matanya.

"Terjebak?" Tanya laki-laki itu sekali lagi.

Gadis itu mengangguk, matanya masih berkaca-kaca.

"Mau ikut denganku?"

"Ke mana?"

Laki-laki itu mengedarkan pandangannya kemudian kembali pada mata sang gadis yang sedari tadi masih saja menatapnya penuh harapan. "Mencari jalan pulang ..."

Gadis itu tidak menjawab. Ia takut pada laki-laki asing itu, tidak sepenuhnya percaya. Wajahnya masih terhalang oleh sinar matahari. Tidak lama, laki-laki itu bertekuk lutut di hadapan sang gadis, mengenyahkan sinar matahari dengan wajah tampannya kemudian tersenyum hangat.

"Aku juga sering terjebak," Katanya. "Berdiam di sini bukan keputusan yang baik. Jangan khawatir, aku bukan orang jahat." Laki-laki itu meraih tangan sang gadis, "Ayo, kita harus pergi dari sini sebelum rasa sakit itu membunuh kita ..."

Suaranya mengambang di antara udara yang berembus di sekitar mereka, terbawa angin dan tertutup suara gemercik air di kejauhan.
Belum sempat gadis itu menjawab, tangannya sudah terlanjur ditarik dengan lembut. Entah dari mana datangnya keinginan itu, tapi gadis itu terus mengikuti langkah sang laki-laki asing. Tangannya yang dingin terus menggenggam seolah tidak ingin melepaskan. Mereka berlari memasuki sebuah hutan dengan pepohonan yang semakin dalam semakin rapat, semakin dingin. Ia membawa gadis itu masuk ke dalam sebuah kabut tebal.

Ketika itu sang gadis merasakan genggaman tangan laki-laki itu mulai merenggang, penglihatannya kabur tertutup kabut tebal. Kepala sang gadis mulai terasa sakit, amat sakit seperti ditusuk-tusuk jarum yang tak terhingga jumlahnya.

Gadis itu memegangi kepalanya yang sakit, tidak sadar kalau ia telah sepenuhnya melepaskan genggaman sang laki-laki. Matanya yang kini berbayang hanya bisa melihat dirinya terjebak di antara gumpalan kabut, sendirian.

Laki-laki itu telah menghilang bersama kabut. Meninggalkan gadis itu sendirian dalam sebuah kesunyian. Tapi, suara laki-laki itu kembali meski tak beraga.

"Ayo, kamu harus bangun," Katanya, "Nanti kita bertemu dan aku ceritakan cara aku bertahan."

Tak lama semesta gadis itu seolah berputar dan terhenti seketika, tubuhnya terhentak sekaligus, membuat ia membuka kedua matanya dengan lebar.

Gadis itu adalah Dandelion Mekar Dikala Senja. Namanya aneh, tapi sosoknya memang seindah itu. Orang-orang biasa memanggilnya Dande. Ia baru saja terbangun dari tidur panjangnya.

Dande menatap langit-langit putih di tempat ia berbaring dengan bantuan alat pernapasan. Ia merasakan sesuatu tengah mengaliri tubuhnya dengan cairan seperti infus, menusuk nadi yang perihnya semakin terasa nyata. Mulutnya terasa pahit dan kering seolah sudah berhari-hari tidak bertemu air. Persendiannya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan. Ia hanya bisa mendengar percakapan di balik tirai cokelat muda, seperti suara mama dan papa.

"Bagaimana perkembangan kondisi anak saya, dok?" Suara papa terdengar lemah, pun sebuah suara sesegukan seorang wanita.

"Perkiraan saya Dandelion akan sadar hari ini. Kita harus menunggu, pak," Jawab sebuah suara yang disebut dok oleh papa, sepertinya ia adalah dokter, "Setelah Dandelion sadar, saya menyarankan bapak dan ibu bicara baik-baik pada Dandelion dan segera mengambil tindakan." Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Kanker otak bukan penyakit main-main yang bisa disembuhkan seperti flu atau demam, ia akan menggerogoti Dandelion secara perlahan sebelum sebuah kematian menjemputnya ..."

Kanker otak?

Dande belum sadar sepenuhnya . Ia masih merasakan sakit yang amat sangat di kepala bagian belakangnya, penglihatannya pun masih kabur. Tapi, ia sudah cukup sadar untuk mencerna percakapan itu. Ia sudah cukup paham untuk ukuran remaja yang baru saja mengenakan seragam putih-abu. Terdengar suara isakan mama di balik tirai yang semakin menjadi ketika dokter memberi penjelasan.

Dande menangis, air matanya mengalir begitu saja. Tepat ketika tirai cokelat itu terbuka Dande menatap kedua orangtuanya.

"Kamu sudah sadar, sayang?" Tanya papa yang mulai mendekat.

"Kenapa kamu diam saja, Dande?" Tanya mama, "Kenapa tidak memanggil mama?"

Dande menggeleng, airmatanya semakin jatuh membanjiri wajah mungilnya yang pucat pasi. Papa hendak menyentuh Dandelion, tapi ia menyingkirkan tangan papa dan berteriak.

"Pergi!" Tangisannya terdengar menyakitkan, "Aku sakit. Pergi .. jangan dekat-dekat dengan aku! Aku sakit."

Mama yang melihat itu berniat menenangkan Dande, memeluknya. Dande semakin meronta-ronta, meneriaki papa dan mama. Tentu saja, dokter yang ada di sana tidak tinggal diam. Ia meminta suster masuk dan menyuntikkan obat penenang. Seketika Dande terdiam. Ia berhenti meneriaki mama dan papa tapi tetap menangis.

Sebelum tubuhnya kembali tertidur, Dande bicara dengan suara lirih, "Dande takut ..."

Kemudian ia terlelap.

***

Hai hai..
Ini gak ada adegan vulgar kayak PARAPHILIA, tapi kamu akan dimanjakan dengan kisah romansa yang tidak kalah seru bersama pasangan romansa

.GERALDI & DANDELION.

Sambil menunggu vote yang berminat sama cerita ini, aku lanjut PARAPHILIA dulu yaa..

Tinggalkan komentar : next, lanjut, continue, dll kalau kamu berminat. Kalau udah banyak akan aku mulai part 1 nya :)

Makasih sayang ❤

SIRNA [TERBIT] ✔Where stories live. Discover now