2. Old Book

2.7K 276 28
                                    

Lucass berbaring di atas sofa di dalam salah satu ruangan menara hitam. Ruangan ini penuh dengan buku-buku sebagai dindingnya, dan beberapa buku berhamburan di lantai. Di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah meja dengan sebuah sofa tempat Lucass berada.

Tangannya terkulas disisi tubuhnya, sedangkan yang satunya menutupi matanya yang terpejam. Sudah berapa lama dia tidak tidur? Dia sendiri tidak tahu jawabannya.

Jam pasir di atas meja sebentar lagi akan habis menjatuhkan pasirnya, sebentar lagi waktu akan berlalu.

Lucass membuka tangan yang menutupi matanya, Lalu merubah posisi menjadi duduk. Hampir semua buku di perpustakaan sudah dia baca, tetapi dia tetap tidak menemukan titik terang.

Lucass perlahan bangkit dari duduknya, Lalu berjalan meninggalkann ruangan. Lucass berjalan ke sisi paling kiri ruangan, lalu menaiki anak tangga yang melingkar menuju ruangan lain di atasnya.

Langkah kakinya yang terbalut sepatu hitam bergema di dalam bangunan sepi. Sudah tidak terhitung lagi waktu yang dia lewati, yang dia tahu, Hanya dia seorang yang menempati menara ini sejak penyihir menara pertama meninggal.

Lucass berhenti di salah satu pintu. Itu bukan kamarnya, itu adalah kamar milik penyihir menara terdahulu. Kamar terlarang yang tidak pernah Lucass masuki sejak awal menginjakkan kaki ke menara ini.

Dari sekian banyak ruangan di dalam menara, hanya ruangan ini yang terkunci dengan sihir. Lucass pikir itu percuma, karena dia dengan mudah membukanya.

Dia menggunakan sihir ke ujung jarinya, Lalu mengayunkannya ke pintu dihadapannya. Perlahan, pintu itu hitam dengan ukiran sulit itu terbuka dengan sendirinya.

Sama seperti kamar kebanyakan, ruangan ini luas dengan satu tempat tidur, sebuah lemari dan meja tempat bereksperimen. Lucass masuk ke dalamnya, lalu menuju jendela yang memperlihatkan pemandangan yang sama dengan ruangannya.

Lucass menatap sebuah meja di samping tempat tidur, disana terdapat sebuah batu sihir rekaman dan sebuah buku usang bersampul coklat. Sepertinya itu dibuat sudah sangat lama, sampulnya terbuat dari kulit lembu.

Penasaran dengan batu rekaman itu, Lucass menggunakan sihirnya untuk melihatnya. Dari pantulan batu, gambar demi gambar terlintar di depan matanya. Semua itu adalah kepingan ingatan dari penyihir menara bersama keluarga kecilnya.

Lucass mendengus. Orang-orang itulah yang membuatnya mati.

Walaupun begitu, Lucass tetap memperhatikan setiap gambar yang diperlihatkan batu rekaman hingga berakhir. Irisnya kosong kala menatap penyihir menara tersenyum dengan istri dan seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur tujuh tahun.

Lucass dapat melihat senyuman yang tidak pernah diperlihatkan penyihir menara padanya.

"Apa kau bahagia?" Ucapnya sangau.

Lucass masih menatap pantulan gambar keluarga kecil itu kosong.

"Kau bilang, kau menganggapku putramu sendiri... Tapi bahkan diingatanmu, tidak pernah ada aku di dalamnya."

Lucass mengerjabkan matanya, lalu melangkah kaki mendekati meja. Dia meraih sebuah buku tua tanpa judul yang menarik atensinya. Dia mengibaskan buku itu, menghilangkan debu yang menumpuk karena lama tidak tersentuh.

Lucass membuka halaman demi halaman, membaca setiap rangkaian kalimat dengan tulisan acak-acakkan dan catatan kecil di setiap sudut halaman.

Oh, ini catatan mantra milik penyihir manara terdahulu. Lucass tidak pernah melihat ini sebelumnya.

Cara melenyapkan kecoa terbang

Lucass mengerutkan alisnya. Untuk apa penyihir manara menulis sesuatu hal tidak berguna seperti ini? Melenyapkan kecoa semudah mengedipkan mata. Untuk apa dia mencatatnya seperti ini? 

Center Of Gravity (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang