Bagian 17

49K 4K 212
                                    

___________

Arga menceritakan semua tentang Ibu-nya yang kembali menghubungi Arga setelah sekian tahun lamanya pada Arnold. Cerita yang dijelaskan dengan nada suara yang sedikit lirih, sesekali Arga menahan ucapannya sambil memejamkan mata. Sebab Arga tidak sekuat itu untuk menceritakan hal tadi, sesuatu hal yang cukup sensitif bagi Arga.

Reaksi Arnold setelah mendengar itu semua mendadak kaget. Riana tidak menghubunginya, tetapi malah menghubungi Arga. Ditambah mendengar tujuan wanita itu menelfon Arga, membuat emosi Arnold memuncak.

"That bitch. I couldn't hold back my anger when I heard the woman's name being called," ucap Arnold dengan kepala menunduk.

"Does mom want to come back here?"

Dengan cepat Arnold menggeleng. "Tidak. Daddy pastikan wanita itu tidak akan pernah kembali lagi. Lebih baik kamu blokir nomor dia atau kalau perlu ganti nomor sekarang juga."

"Arga udah blokir nomor Mami—"

"Stop calling her Mami!"

Arnold membenci mendengar Putranya memanggil Riana dengan sebutan Mami, bukan karena Arnold tidak ingin mengakui bahwa Riana Ibu kandung Arga, melainkan dia merasa bersalah karena Putranya harus memiliki Ibu seperti Riana. Ibu yang tidak bertanggung jawab dan tidak pernah bisa menjadi yang terbaik untuk sang anak. Arnold tidak menyalahkan takdir, akan tetapi dia menyalahkan dirinya sendiri karena harus jatuh hati pada wanita itu.

Sedangkan Arga hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun lagi, kepalanya menunduk sambil mengepalkan kedua tangannya. Hatinya terasa sakit.

"Jangan pikirkan apapun lagi, lupakan semua yang wanita itu ucapkan malam ini," kata Arnold berusaha menenangkan.

"Nggak semudah itu, Dad."

"Arga...,"

"I am sorry. Maybe, if I wasn't born in this world, your life would definitely be much happier."

"Tidak, kamu tidak boleh bicara seperti itu. Daddy senang kamu lahir, karena akhirnya Daddy bisa mendapatkan anak laki-laki untuk penerus Daddy nanti. Jangan pernah menyalahkan apapun yang sudah terjadi sama dirimu sendiri, Daddy nggak suka."

Arga membalas dengan senyuman yang begitu tipis, kemudian bangkit dari duduknya. Tanpa mengatakan apapun lagi, Arga berjalan keluar dari rumah. Arnold sama sekali tidak melarang anak itu, sebab Arnold tahu kalau Arga saat ini sedang butuh waktu untuk sendiri demi menyembuhkan lukanya di masa lalu itu.

_______

Selama diperjalanan, Arga membawa mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi, kini matanya sudah memerah, rasanya Arga ingin menjerit dengan kencang. Bahkan selama diperjalanan pun, dia selalu menerobos lampu merah, untungnya jalanan hari ini cukup sepi dan tidak ada polisi yang menjaga.

Jika kalian ingin tahu kemana Arga pergi malam ini, jawabannya adalah ke apartemen Ara. Entah apa yang dipikirkan oleh Arga sehingga ingin datang ke rumah gadis itu. Mungkin ini terdengar cukup gila.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai ke apartemen Ara, tidak perduli jika ada seseorang yang melihat kedatangannya. Persetan dengan semua itu. Arga butuh ketenangan saat ini.

Gadis itu nampak terkejut dengan kedatangan Arga, belum saja Ara melontarkan pertanyaan, Arga sudah terlebih dahulu masuk kedalam dan duduk bersandar di sofa. Sedangkan Ara masih terdiam di depan pintu, merasa heran dengan kedatangan Arga yang begitu tiba-tiba. Dan tidak lama kemudian, Ara kembali menutup pintunya, lalu berjalan menghampiri Arga.

"Lo ngapain kesini?" tanya Ara sedikit agak bingung, ia melihat wajah Arga yang begitu sendu, seperti ada sesuatu masalah yang tidak sepele. "Ada masalah?"

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang