Metamorphosis 1

266 17 6
                                    

Hari pertama

Sebelum menjadi Harry Edward Styles, dia adalah Harleen Edward Styles.

Semua bermula ketika pada suatu pagi yang cerah dia bangun dengan sesuatu yang mengganjal keras di selangkangannya.

Harry melonjak kaget karena benda keras itu seperti menggesek perutnya. Dia segera bangun sambil menyibak selimut putihnya ke samping. Matanya terbelalak saat dilihatnya gunungan besar tepat di area selangkangannya, mencuat dari balik gaun tidurnya yang tipis. Dia tidak memakai celana dalam, sudah jadi kebiasaan sejak menginjak remaja.

Tidak mungkin, pikirnya, karena benda yang mencuat ini seperti....penis? Tapi mana mungkin? Dengan hati-hati dia menyentuh benda itu. Terasa keras, hangat, dan besar. Tidak, pikirnya lagi. Barangkali dia sedang bermimpi. Untuk meyakinkan diri, dia mengangkat gaun tidur berwarna dusty pink itu sampai ke pinggang. Kedua pahanya merenggang lebar supaya dia bisa dengan jelas melihat benda apa gerangan yang tiba-tiba tumbuh di sana.

Tidak salah lagi. Memang sebatang penis. Ukurannya tidak main-main, berwarna coklat muda di ujungnya. Cukup bersih (walaupun tidak sebersih vaginanya. Dia sangat menjaga area pribadinya dan memastikan tidak ada bulu-bulu di situ), gemuk, dan tegak berdiri dengan songongnya seperti siap pergi bertempur di pagi hari yang dingin. Entah berapa inci panjangnya, dia tak bisa memastikan. Dia bahkan belum pernah melihat penis semasif ini dari cowok-cowok yang pernah dipacari sebelumnya. Entah kalau Zayn, pacar barunya, karena mereka belum pernah berhubungan badan.

Dia merabai penis itu beberapa kali, memastikan kalau yang dia pegang betul-betul daging, bukan boneka plastik. Ya siapa tahu semalam dia lupa memasukkan dildo ke dalam gaunnya dan sekarang dildo tersebut menempel di tubuhnya seperti penis asli.

Tapi penis itu asli. Terbuat dari daging, lembut di permukaannya, dan keras bukan main. Morning wood, begitu orang-orang menyebutnya. Para pemilik penis sering bangun dengan ereksi saat bangun di pagi hari.

Harry menurunkan kembali gaunnya. Dia tercenung sejenak. Mungkin kalau dia tidur lagi sebentar, mimpi buruknya akan berakhir dan penis ini akan lenyap. Vaginanya yang cantik akan kembali. Karena kalau dia tidak sedang bermimpi, terus apa lagi? Dia tidak dilahirkan dengan sebatang penis besar, tapi vagina yang selalu cantik, terawat dan harum.

Ya, sepertinya aku harus tidur lagi, pikir Harry kemudian.

**

Beberapa menit kemudian, Harry bangun dengan frustasi. Dia tidak bisa tidur karena bayangan penis itu tetap menghantuinya. Dia meraba selangkangannya dan memang si penis aneh masih ada. Dia mengerang sambil meraba-laba lebih bawah, mencari-cari, barangkali vaginanya masih ada dan berpindah sedikit dari posisinya semula.

Tapi tidak ada. Tidak ada vagina yang selama ini dicintainya, yang membuat kaum lelaki tunduk di bawah kendalinya. Yang ada hanyalah pantat sekal yang digilai para lelaki dan lubang anus perawan di tengahnya. Dan tentu saja, si batang keras itu, yang makin keras hingga kulit di sekitar pahanya terasa seperti ditarik-tarik. Sakit sekali. Dia harus melakukan sesuatu agar si penis tidur kembali.

Tiba-tiba alarm berbunyi keras sekali dari atas lemari tempat tidur. Dia melihat kalau jam sudah menunjuk angka 6. Tadi malam dia menyetel alarm dengan sengaja supaya tidak kesiangan lagi. Jam 8.30 dia harus sudah ada di kantor.

Harry loncat dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi.

Berdiri di dalam kamar mandi, di depan cermin besar yang menampakkan sekujur tubuh telanjangnya, Harry seperti menatap orang asing. Tubuh yang memantul di cermin seperti bukan dirinya. Tubuh itu bukan miliknya.

Tubuh dengan penis menjulang.

Bagian-bagian tubuhnya yang lain masih utuh, untunglah. Jemarinya lentik dan halus. Buah dadanya, terpujilah semesta raya, masih ada. Menonjol masih dengan ukuran yang sama, dalam balutan kulit seputih susu. Leher yang jenjang tanpa jakun, bahu sempit dan lembut, pinggang ramping, paha dan betis yang panjang nan lembut -secara keseluruhan tubuhnya amat indah. Semuanya masih feminine dengan ciri khas lekuk wanita pada umumnya.

Kecuali kehadiran si penis yang membuat tubuh indahnya jadi menjijikkan, sampai dia tak sanggup melihat lebih lama. Padahal itu tubuhnya sendiri. Dia sangat mencintai dan menjaga tubuhnya sejak remaja. Dia tahu betapa berharganya tubuh itu. Bentuk tubuh yang terawat dan menawan membuatnya sangat percaya diri. Tubuhnya adalah tubuh idaman kaum wanita. Para lelaki memujanya, kaum wanita iri padanya.

Semua nyaris sempurna. Cantik, tubuh indah, jadi rebutan para lelaki di sekolah, dia punya segudang standar tinggi. Dia mengencani semua cowok idaman di kampus. Teman-temannya menyenangkan. Orang-orang yang iri menyebutnya sebagai playgirl dan pelacur. Para musuh mengatainya tukang bikin patah hati karena dia dengan mudah membuang cowok-cowoknya jika sudah bosan. Ada lagi yang bilang dia selalu menggunakan tubuh indahnya untuk mendapatkan banyak hal, misalnya nilai yang bagus.

Harry tak peduli omongan orang. Mereka ingin sesuatu yang tak mereka punya, dan itu semua ada padaku, pikirnya.

Dan sekarang lihatlah tubuhnya.

Tubuh macam apa ini, pikirnya, bukan wanita juga bukan pria.

Maka untuk pertama kali dalam hidupnya, Harry merasa tidak puas, dia jijik, dia tidak menginginkan tubuh seperti ini. Lebih tepatnya, dia tak menginginkan batang penis ini menumpang di tubuhnya. Karena benda itu tak seharusnya di situ. Karena selama hidupnya, yang ada di selangkangannya adalah vagina.

Apa yang sebenarnya telah terjadi pada tubuhnya? Kutukan macam apa ini?

1D & Zarry Anthology (Oneshots)Onde histórias criam vida. Descubra agora