🍁🍁🍁🍁🍁
Jika ada lomba untuk berpura-pura,
barangkali gue adalah juaranya.Barangkali gue juga aktor ulung yang pandai sembunyikan perasaan sebenarnya.
Ah, sampai kapanpun gue harap dia gak akan pernah menyadarinya.
Jadi, biarlah kebenaran ini gue pendam sendirian saja.
...
Laksana Mingyu's POV
"Pagi ini nggak sarapan di rumah, hm?"
"Nggak, Ma," jawab gue sembari senyum. "Mau nimbrung di rumah Rassi aja. Kayaknya Tante Nana masak banyak."
"Haduh, kalian tuh ya. Nggak si Ayah, nggak kamu sama aja. Seneng banget kayaknya kalo nggak sarapan di rumah. Tapi ya udah deh, yang penting bawa bekal yang Mama siapin ya. Jangan jajan sembarangan di kampus. Sekarang lagi musim sakit, takut."
"Siap, kapten."
"Oke, Mama tunggu di bawah ya, Laksa sayang."
Pintu kamar yang ditutup menjadi akhir obrolan singkat kami di mana Mama kembali menuntaskan kegiatan rutin setiap pagi yakni siapkan bekal di dapur. Meninggalkan gue yang sekarang lagi mematut diri di depan cermin. Baru juga jam 6 lewat, tapi karena jadwal kuliah jam delapan gue udah siap-siap.
Selain karena jarak ke kampus lumayan jauh yakni sekitar 8 kilometer dari rumah, telat beberapa menit di tengah rush hour jelas hal fatal yang mana gue harus mengambil inisiatif berangkat lebih pagi karena dosen kali ini bener-bener gila urusan tepat waktu. Yang paling lucu nih, 5 menit sebelum kelas dimulai, beliau pasti udah stay di kursi menghadap laptop, bahkan materi ajar udah terpampang nyata di depan proyektor.
Mahasiswa lain sih bisa aja santai karena dosennya pun lumayan santai kalau emang kelas belum dimulai. Cuma gue gak bisa aja melihat kebiasaan beliau yang seolah menyindir melalui tindakan, seolah ingin mencontohkan jika menjadi manusia akademis harus bisa menghargai waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[⛔] SPASI
Fanfiction[𝘿𝙞𝙨𝙘𝙤𝙣𝙩𝙞𝙣𝙪𝙚𝙙] 𝘛𝘦𝘳𝘩𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘵𝘢𝘵𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘳𝘶𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘞𝘰𝘯𝘸𝘰𝘰 𝘙𝘢𝘴𝘴𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘓𝘢𝘬𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘔𝘪𝘯𝘨𝘺𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢. 𝘚𝘦𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢...