O2. Dear, Rassi....

2K 302 318
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁🍁🍁

Jika ada lomba untuk berpura-pura,
barangkali gue adalah juaranya.

Barangkali gue juga aktor ulung yang pandai sembunyikan perasaan sebenarnya.

Ah, sampai kapanpun gue harap dia gak akan pernah menyadarinya.

Jadi, biarlah kebenaran ini gue pendam sendirian saja.

...

Laksana Mingyu's POV

"Pagi ini nggak sarapan di rumah, hm?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi ini nggak sarapan di rumah, hm?"

"Nggak, Ma," jawab gue sembari senyum. "Mau nimbrung di rumah Rassi aja. Kayaknya Tante Nana masak banyak."

"Haduh, kalian tuh ya. Nggak si Ayah, nggak kamu sama aja. Seneng banget kayaknya kalo nggak sarapan di rumah. Tapi ya udah deh, yang penting bawa bekal yang Mama siapin ya. Jangan jajan sembarangan di kampus. Sekarang lagi musim sakit, takut."

"Siap, kapten."

"Oke, Mama tunggu di bawah ya, Laksa sayang."

Pintu kamar yang ditutup menjadi akhir obrolan singkat kami di mana Mama kembali menuntaskan kegiatan rutin setiap pagi yakni siapkan bekal di dapur. Meninggalkan gue yang sekarang lagi mematut diri di depan cermin. Baru juga jam 6 lewat, tapi karena jadwal kuliah jam delapan gue udah siap-siap.

Selain karena jarak ke kampus lumayan jauh yakni sekitar 8 kilometer dari rumah, telat beberapa menit di tengah rush hour jelas hal fatal yang mana gue harus mengambil inisiatif berangkat lebih pagi karena dosen kali ini bener-bener gila urusan tepat waktu. Yang paling lucu nih, 5 menit sebelum kelas dimulai, beliau pasti udah stay di kursi menghadap laptop, bahkan materi ajar udah terpampang nyata di depan proyektor.

Mahasiswa lain sih bisa aja santai karena dosennya pun lumayan santai kalau emang kelas belum dimulai. Cuma gue gak bisa aja melihat kebiasaan beliau yang seolah menyindir melalui tindakan, seolah ingin mencontohkan jika menjadi manusia akademis harus bisa menghargai waktu.

[⛔] SPASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang