7. Pengakuan.

7.9K 779 65
                                    

^^^
07.46 WIB.

Mobil milik Satria melaju, meninggalkan lingkungan batalyon. Keluar menuju gerbang, lalu membela kerumunan kendaraan bermotor lainnya. Dari dalam mobil hanya terdengar suara deru mesin kendaraan yang saling bersahutan dan suara dari tablet Kenzo yang sedang memutar video film Upin Ipin.

Lompat si katak, lompat..🎵

Lompat lah tinggi tinggi..🎵

Cepatlah Adek cepat, kita bangun pagi-pagi..🎵

Mairah melirik Satria di sebelahnya yang sedang pokus menyetir. Sampai akhirnya ia berani bersuara.

"Aku minta maaf, Mas. Kalo lancang." Ucap Mairah, sesekali ia melirik Satria.

Beruntung Kenzo yang sedang duduk di kursi belakang terlalu asik dengan tablet di pangkuannya jadi bocah laki-laki itu tidak akan ikut nimbrung percakapan kedua orang dewasa itu.

"Maaf untuk apa?" Tanya Satria cuek, tidak sedikitpun menoleh kearah Mairah membuat gadis itu semakin merasa tidak enak hati.

"Karena Kenzo manggil saya bunda." Mairah menunduk menautkan kedua jari-jarinya.

Pikirnya melayang ke beberapa menit sebelumnya.

Flashback saat Mairah, Gavin dan Gita sedang bercengkraman di teras rumah. 07.00 wib.

Kenzo turun dari mobil dengan Satria yang membuntuti di belakangnya.

"Bunda.." panggilannya penuh semangat.

Gita, Gavin bahkan Mairah yang sedang duduk di teras rumah terkejut mendengar panggilan Kenzo. Sangking kagetnya tanpa sadar Gavin sampai menyemburkan kopi dari mulutnya kearah Gita yang di balas makian dan teriakan medok istrinya.

"Bangke. Kuntilanak gang pituuu, dasare uaasuuuu!! Iki raiku yo mas, ora sempak e mimi periii."

Gita mencak-mencak memisu dengan bahasa Jawa andalannya. Gavin kelabakan mencoba meredam makian bininya yang tidak patut di dengar telinga, apalagi saat ini Gita sedang hamil yang banyak pantangannya.

"Bunda kok diam aja sih?" Kenzo menarik-narik ujung baju Mairah.

Mairah bingung harus bersikap bagaimana, bukannya ia minta Kenzo untuk memanggilnya Mama bukan bunda. Mau membantah ia takut menyakiti hati kecil bocah laki-laki tembem di hadapannya yang sudah menaruh banyak harapan padanya.

"I-iya, kenapa sayang?" Mairah terbata, bingung.

Gita dan Gavin menatap tajam penuh selidik kearahnya, seolah mengatakan.

"Mairah, Kau hutang penjelasan."

Mengabaikan semua reaksi orang-orang, Mairah lebih tertarik menatap ekspresi yang ditunjukkan Satria. Bapak satu itu diam tidak berbicara sepatah katapun, tatapannya dingin dengan rahang mengeras. Mairah tidak tahu apa yang sedang pria tampan itu pikirkan, karena Satria tidak sedikitpun menunjukkan reaksi menolak atau mensetujui.

Sampai mobil melaju meninggalkan batalyon bapak satu anak itu tidak mengatakan sepatah katapun, ia hanya berpamitan meminta ijin pada Gita dan Gavin untuk mengajak Mairah menemaninya membeli perlengkapan sekolah Kenzo.

Flashback off.

Kelamaan melamun Mairah sampai tidak sadar kalo mobil yang mereka tumpangi sudah berada di parkiran mall, Mobil berhenti. Mairah melihat Satria disebelahnya.

Satria menghela nafas, kepalanya menoleh kearahnya "kamu nggak perlu minta maaf, Mairah. Kamu nggak salah.."

Mairah hanya diam menunggu kelanjutan ucapan Satria.

TENTANG JODOH : Gue Mah Santai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang