Prolog : Ayo, Main!

410 51 25
                                    

Sepagi ini, Eren Jaeger sudah tersenyum-senyum.

Pasalnya, ia akan bermain di game center bersama teman-teman dan senpainya.

"Mikasa, ayo, cepatlah!" kata Eren yang sudah di depan pintu.

"Eren, kau melupakan sesuatu," ucap Mikasa Ackerman sambil menenteng dua buah tas.

"Eh? Iya, maaf, aku lupa."

Dua manusia itu keluar rumah dan menutup pintu. Tentu saja, setelah berpamitan pada orangtua. Mereka ini sudah seperti saudara. Mikasa tinggal bersama Eren karena kedua orangtuanya telah tiada.

"Kenapa kau begitu bersemangat, Eren?" Mikasa melihat Eren yang berjalan sedikit melompat-lompat.

"Karena aku ingin mengalahkan Levi-senpai di game center!"

Mikasa mengangguk-angguk. Dia mengerti bahwa Eren ini sangat ingin menantang Levi Ackerman di suatu bidang. Hanya saja, hal itu belum pernah terwujud. Levi itu bisa melakukan segalanya.

"Memangnya kau ingin mengajak kami main game apa? 14 orang itu tidak sedikit untuk sebuah game," tanya Mikasa.

"Werewolf game simulator!" jawab Eren yakin.

Mikasa membelalakkan mata, "Hah? Bagaimana kau bisa menantang senpai cebol itu di game werewolf?"

"Jika aku masuk tim jahat, maka aku akan benar-benar jahat. Dan jika aku masuk tim baik, maka aku akan berusaha untuk tidak mati," jelas Eren.

"Dan bagaimana jika kalian satu tim?"

Eren menepuk kepalanya, "Oh! Aku tidak memikirkan itu!"

"Dasar, Eren selalu saja begitu."

Tak lama kemudian, mereka sampai di game center. Beberapa orang yang mereka kenal sudah berdiri di samping pintu masuk.

"Kalian lama sekali, aku sudah menghabiskan 3 cup mi instan," ucap pecinta mi instan cup, Sasha Blause.

"Jadi, dari mana saja kalian?" sang senpai, Erwin Smith bertanya.

"Maafkan kami, senpai. Tadi Eren bangun kesiangan," jawab Mikasa.

Eren menghampiri Armin Arlert yang sedang membaca buku berjudul 'Teori Konspirasi Bumi Datar'.

"Hanji-san, dimana yang lainnya?" tanya Mikasa pada si kacamata yang pintar namun agak gila, Hanji Zoe.

"Tadi mereka membeli kopi. Itu karena mereka mengantuk menunggu kalian," jawab Hanji sambil membetulkan kacamatanya.

"Nah, itu mereka!"

Teman-teman mereka yang lain datang dari tiga arah yang berbeda. Ymir dan Historia Reiss datang dari arah kanan, Bertolt Hoover, Reiner Braun, dan Annie Leonhart datang dari arah kiri, sementara Levi, Connie Springer dan Jean Kristein berjalan dari arah depan.

"Kalian sudah siap?" tanya Erwin sambil memandang satu persatu orang di sekelilingnya.

"Tentu!/Ya!" jawab mereka.

"Sebentar!" teriakan Sasha menahan teman-temannya untuk sekejap.

"Aku mau beli mi instan cup dulu!"

»●«

Suasana di dalam game center cukup ramai. Rombongan Eren terus berjalan melewati beratus-ratus mesin game, hingga berhenti di depan sebuah tirai merah besar dengan ruangan bermain khusus di dalamnya.

Sreekk...

Tirai besar itu terbuka secara otomatis. Suara SIRI menyambut mereka.

"Selamat datang di Werewolf Game Simulator, rombongan Eren Jaeger! Silakan duduk di kursi dan gunakan kacamata virtual reality anda. Anda akan diberi peran masing-masing."

Keempat belas orang itu duduk di kursi yang disediakan dan memakai kacamata virtual reality yang akan mereka gunakan untuk bermain.
Tirai ditutup, lampu menyala.

"Untuk persiapan, tolong hentikan semua aktivitas anda saat ini dan duduk dengan santai."

Levi yang sedang mengecek setiap inci kacamata dan Sasha yang sedang makan mi instan benar-benar 'menghentikan aktivitasnya'. Mereka berdua mengenakan kacamata dan berusaha duduk dengan santai.

"Terima kasih. Permainan akan dimulai dalam..
5,
4,"

KRAAK!
Suara sesuatu yang retak terdengar keras. Perasaan Mikasa mulai tidak enak.

"3,
2,"

Whuuuunggg!!

"1!"

"AAAAAAA!!!!!"

Badan 14 orang itu tertarik kuat ke sebuah lubang hitam yang muncul dari atap.

Mereka menghilang, hanya menyisakan kacamata virtual reality.

»●«

"Argh!"

Levi membuka mata. Badannya terasa sakit sekali ketika ia mencoba duduk. Tapi, kenapa?

Dan lagi, ini di mana? Kenapa di sekitarnya pohon semua?

"Selamat sore, tuan Levi. Anda sedang berada di Titan Game. Ada pertanyaan?"

Levi berhasil duduk, bersandar di sebuah pohon.
"Hah? Bukannya saya bermain werewolf simulator?"

"Permainan ini sama persis seperti werewolf game. Hanya saja, peran werewolf kami ganti menjadi Titan. Sekian. Ada pertanyaan lagi?"

Levi menampar dirinya sendiri. Sakit. Dia tidak sedang bermimpi.
"Tidak ada pertanyaan lagi," ucap Levi final.

"Baik, tuan. Peran anda adalah ..."

»●«

ATTACK ON TITAN✓ (WEREWOLF GAMES!)Onde histórias criam vida. Descubra agora