Langka

126 17 0
                                    

Alex berjalan mengikuti langkah keenam sahabatnya menuju kelas mereka yang sudah ditentukan sejak awal MOS. Ia memilih meja nomor dua agar dirinya tak terlalu terekspos oleh siswi manapun. Alex tidak suka dirinya jadi pusat perhatian.

Ketika Wali kelas masuk dan kasak-kusuk yang terjadi di meja-meja Seven B berakhir, maka putuslah sebuah keputusan di mana Alex akhirnya duduk bersama Tita - cewek bermarga Dinosaurus jenis T-rex - yang siap menerkam siapapun cewek yang berani mendekat pada Alex.

"Yes!!!," Alex bersorak dalam hati.

"Baiklah, perkenalkan nama saya Ibu Annastasia Renata, Wali kelas kalian sekaligus Guru Biologi," ujar Bu Anna.

Semua orang mendengarkan dengan baik.

"Baiklah, saya akan segera mengabsen kalian satu persatu ya. Abimanyu Rahadi...," panggil Bu Anna.

"Hadir Bu."

"Alexander Aditia Rega."

"Hadir."

Sally melirik sekilas ke arah salah satu anggota Seven B yang paling pendiam itu.

"Oh..., namanya Alexander Aditia Rega. Panjang..., tapi nama panggilannya irit banget! Seirit kata-kata yang selalu keluar dari mulutnya," batin Sally.

"Sally Adinda Natapraja," panggil Bu Anna.

"Hadir Bu," jawab Sally.

Alex gantian menoleh ke arah belakang dan melihat siapa yang mengangkat tangannya. Ia tersenyum miring seketika.

"Sally Adinda Natapraja. Namanya bagus, sayang tak sebagus jalan pikirannya yang aneh," batin Alex.

Saat jam istirahat dan mereka berkumpul di kantin, Alex melihat Sally duduk sendiri di salah satu meja tanpa bergabung dengan siswi lain. Ia juga mendengar bisik-bisik dari meja-meja di sebelahnya.

"Bukannya gue nggak mau berteman sama si Sally, masalahnya pikiran dia itu aneh. Nggak kaya' kita-kita, dia itu kuper," bisik seseorang.

"Iya, nggak ada fashionnya sama sekali, nggak gaul, uh..., pokoknya jauh banget deh dari kriteria cewek pada umumnya," bisik yang lainnya.

Alex pun akhirnya kembali menatap ke arah Sally. Ia sendiri menyimpulkan bahwa memang benar adanya kalau Sally tidaklah fashionable, tidaklah terlihat berusaha sok gaul, dan pikirannya memang aneh. Tapi satu nilai plus untuk Sally dari Alex, dia tidak sembarangan bergaul dengan Pria manapun, tidak bersikap kecentilan seperti Wanita lain pada umumnya.

"AL..., mau makan apa? Kok malah bengong?," tanya Ian yang ternyata sejak tadi sudah menunggui dirinya.

"Sup asparagus aja," jawab Alex.

Pria itu kembali memperhatikan Sally yang masih makan siang dengan santai.

"Sally..., gimana kabar di kelas hari ini?," goda Wayan salah satu teman dekat Kakaknya.

Sally menatapnya sinis.

"Minggir lo! Jangan ganggu gue! Gue lagi makan!," sinis Sally.

"Duh galak banget sih Adik kesayangannya Abang Andra...," tambah Reno.

Sally terlihat menggeram.

"Pergi..., atau gue timpuk lo berdua pakai piring???," ancam Sally.

"Ah..., suka bercanda deh...," balas Wayan lagi.

"Woy!!! Ngapain lo gangguin Adik gue??? Mau dilempar piring lo sama dia???," teriak Andra dari kejauhan.

Wayan dan Reno pun memucat, mereka berdua pun berbalik perlahan-lahan ke arah Sally. Sally sudah memasang ancang-ancang ingin melempar piringnya.

"LARI YAN!!!," teriak Reno.

Kedua senior itu langsung angkat kaki sejauh-jauhnya dari Sally. Alex tertawa diam-diam sambil memakan Sup Asparagus yang ada di hadapannya.

"Gila..., kelakuannya juga aneh," batin Alex.

Sally kembali melanjutkan makan siangnya yang tadi terganggu. Difta terlihat mampir sebentar di meja gadis itu untuk memberikan satu kotak jus leci padanya. Sally terlihat tersenyum senang lalu memeluk Difta tanpa ragu-ragu. Tak banyak yang bisa mendekat pada Difta dengan semudah itu.

Alex menyimpan mangkuknya yang sudah kosong. Namun perhatiannya belum teralih dari Sally.

"AL..., ayo ke kelas!," ajak Keylan.

"Iya," jawab Alex lalu pergi meninggalkan kantin.

Sally yang mendengar suara Alex yang selalu saja hanya satu kata pun mengangkat wajahnya, namun Pria itu sudah terlanjur pergi dari kantin.

'Itu kalau dia ngomong banyak, pulsa di ponselnya bisa habis kali ya?.'

* * *

Alex duduk sendirian di mejanya saat jam pulang sekolah tiba. Ia masih membaca buku cetak Matematika sebelum pergi ke gedung Ekskul.

"Sal..., lo masih juga nggak mau ikut Ekskul?," tanya Andra yang entah sejak kapan sudah berada di ambang pintu kelas 10-a.

Alex menoleh dan melihat Sally yang malah asik sendiri merebahkan kepalanya sambil menatap keluar jendela kelas.

"Nggak! Gue malas cari kegiatan yang ujung-ujungnya cuma bikin gue capek dan nggak bikin gue happy," jawab Sally, tanpa bergerak dari posisinya.

"Makanya cari teman Sal..., mau sampai kapan lo kaya' begitu?," bujuk Andra yang kini sudah mendekat pada Adiknya.

"Ada kok..., itu Difta sama Tita," Sally menunjuk dua meja yang kini sudah kosong.

"Cuma dua orang itu aja?," tanya Andra lagi.

"Sejauh ini yang bisa ngerti kalau mental gue nggak sama dengan mental anak-anak normal lainnya ya cuma mereka berdua. Dan gue nyaman sama orang yang nggak pernah nilai orang lain dari sisi kekurangan, mereka berdua lah yang memenuhi kenyaman gue saat ini," jawab Sally lagi.

Alex berpikir keras.

"Mental yang berbeda dari anak-anak normal?," batinnya.

Andra terlihat menghembuskan nafasnya dengan berat. Ia mengacak rambut Adik kesayangannya itu dengan lembut sambil tersenyum tanpa Sally tahu.

"Kalau gitu lo di sini aja ya, jangan kemana-mana. Nanti kita balik ke asrama sama-sama," pesan Andra.

Sally mengangkat wajahnya lalu mengangguk. Gadis itu kembali merebahkan kepalanya di atas meja lalu kembali menatap ke jendela.

"P artinya tekanan, F artinya gaya, A artinya luas permukaan. Rumus tekanan P=F/A," gumam Sally.

Alex mendengarnya dengan jelas karena suasana kelas telah sepi sejak tadi. Pria itu memasukkan buku cetaknya ke dalam tas ransel berwarna merah yang ia punya. Saat dirinya hendak keluar dari kelas, ia sekali lagi menatap Sally yang masih tetap di posisinya semula.

Sally terus menatap keluar jendela sambil menghafal semua rumus-rumus yang sering dilihatnya dalam buku cetak. Ia bergeming saat sosok Alex terlihat melewati jendela itu untuk menuju ke gedung Ekskul.

"Lo pasti mikir hal yang sama kan dengan orang lain? Bahwa gue ini aneh dan sebaiknya diabaikan," ujar Sally, seakan bertanya pada Alex namun tentu saja tidak di depan Alex.

* * *

ALLY ; Ketika Pilihanku Hanya Jatuh PadamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang