1

60.9K 2.3K 59
                                    

Pagi yang begitu cerah diiringi oleh sinar surya yang masuk melalui tirai yang sedikit terbuka. Mengusik tidur seorang gadis cantik yang masih bergumul dalam selimut tebalnya. Bahkan suara kicauan burung, serta kicauan dari mommy nya tidak dihiraukannya. Gadis itu malah mencari posisi ternyaman, sambil memeluk guling kesayangannya.

"Sayang bangun," ujar seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu sambil mengguncang pelan bahu putrinya. Namun ketika tidak merasa pergerakan dari putrinya, ia menarik selimut pelan dan menggelengkan kepalanya. Dengkuran halus masih terdengar dengan mata yang terpejam erat. Wanita itu bangkit sambil tersenyum, lalu menuju tirai dan menyibaknya perlahan.

"Hmm."

Hanya gumaman tidak jelas yang  gadis tersebut lontarkan sambil mengerjap, ketika ibunya membuka tirai sepenuhnya yang membuat tidurnya terganggu dengan kedatangan sinar matahari pagi yang mengusik mimpi indahnya.
"Cepat bangun, dasar pemalas dia sudah menunggumu dibawah!"

Segala ocehan yang dilontarkan untuk membangunkan gadis itu masih saja tak dihiraukannya. Namun ketika wanita yang tak lain adalah mommy dari gadis itu, mengucapkan kalimat yang menyatakan 'dia' langsung saja membuatnya bangun dengan kesadaran penuh. Matanya terbuka lebar dengan jantung yang berdetak kencang. Gadis itu dengan segera menyambar handuknya dan berlari ke kamar mandi.

Ibunya hanya tersenyum melihatnya dan berlalu dari kamar anak gadisnya. Kalimat yang ia ucapkan begitu spesial, hingga membuat putrinya langsung bangkit dari alam mimpinya.

"Matilah aku."

Gadis itu terus bergumam lirih yang dipenuhi oleh ketakutan yang mendalam. Ia dengan cepat menyelesaikan ritual mandinya, sebelum mendapat amukan di pagi hari yang cerah ini. Dengan cepat gadis itu memakai seragamnya, dan mengikat rambutnya asal. Make up? Lupakan, jika tidak ingin membangunkan singa yang tertidur di hari yang indah ini. Lagipula wajahnya sudah cantik alami tanpa polesan apapun.

Carla.

Carla Valeria Banner, seorang gadis cantik yang terlahir di keluarga Banner sebagai anak satu - satunya di keluarganya. Sebuah keluarga kecil yang diisi dengan penuh cinta dan kasih sayang. Sehingga menjadikannya sosok gadis yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Gadis yang bertubuh tinggi proporsional, yang memiliki surai rambut blonde sepunggung. Iris mata hazel dengan tatapan penuh kehangatan yang membuatnya semakin cantik dan mempesona. Senyumnya yang setiap hari tidak pernah luntur, tapi akan hilang. Ketika berhadapan dan bertatapan dengan dia. Pemilik iris mata hitam pekat yang memiliki tatapan tajam, yang selalu memancarkan aura intimidasi khasnya.

The prince of darkness.

Carla dengan cepat keluar dari kamarnya dan menyambar tasnya, setelah selesai bersiap. Untung saja ia sudah menyiapkan buku pelajaran hari ini tadi malam. Jika tidak, ia akan memakan waktu lebih lama untuk bersiap. Ketika sampai tangga Carla menatap sosok yang dari tadi menunggunya di bawah dengan perasaan takut karna sudah membuatnya menunggu cukup lama.

"Morning mom, dad," ujar Carla menyapa kedua orang tuanya yang tengah sarapan begitu juga dia, orang yang tengah mengunggunya.

"Morning sayang," sahut kedua orang tua Carla sambil tersenyum hangat dan membalas sapaan putrinya dengan serempak.

"Ayo sarapan dulu," ajak Charissa seraya memberikan segelas susu hangat pada putrinya.

Dengan perlahan Carla menarik kursi dan duduk dengan perasaan yang campur aduk. Gadis itu dengan cepat menghabiskan sarapannya, yang membuat mommy nya menggelengkan kepala.

"Pelan - pelan aja," ujar Charissa lembut.

"Mom, dad aku berangkat dulu nanti takut telat."

Carla meneguk susunya cepat hingga tandas dan segera berpamitan pada orang tuanya. Ia dapat merasakan tatapan tajam di sampingnya yang membuat tubuhnya serasa terbakar. Tapi gadis itu, nampak  masih memperlihatkan senyum cerianya  karna masih ada keluarganya disini.

"Iya hati - hati sayang."

Dengan langkah kakinya yang tergesa Carla keluar dari mansionnya. Mengikuti langkah lebar dari laki - laki yang berjalan mendahuluinya itu.

"Masuk!"

Carla meneguk salivanya susah payah. Pintu mobil terbuka diiringi oleh perintah dari pemilik suara berat dan dingin itu. Gadis itu dengan segera masuk, dengan perasaan takut - takut.

Mobil mulai berjalan, membelah jalan raya yang cukup padat di pagi hari ini. Carla melirik seseorang di sampingnya dengan takut - takut. Karna sedari tadi hanya ada keheningan.

"Steve," Carla memanggil nama lelaki itu pelan, namun tetap saja hanya ada keheningan. Laki - laki itu tetap fokus mengemudi, tanpa menanggapi suara gadis itu.

"Sorry," Gumamnya pelan sambil menundukkan kepalanya. Ia harus mengucapkan kata itu, agar perkataannya ditanggapi.

"Kenapa?"

Suara dingin itu menyapa indra pendengarannya, membuat Carla menoleh.

"Kenapa lama?" tanyanya lagi sambil menatap Carla sekilas ketika gadisnya itu terdiam.

"Aku bangun kesiangan."

Gadis itu kembali menundukkan kepalanya, sambil meremas kedua tangannya.

"Kau ingat aturanku?"

"Iya ingat."

"Lalu?"

"Aku tidak bisa tidur kemarin malam. Jadi aku membaca novel sampai larut."

Tiba - tiba mobil terhenti begitu saja, membuat Carla mendongak dengan jantung yang berdetak kencang. Gadis itu menghela nafas panjang, ketika melihat sebuah lampu merah menyala. Rasanya fikiran baik tidak pernah menghampirinya jika berada di situasi seperti ini.

Di tengah keterkejutannya, Carla tersentak ketika tangannya diremas kuat. Gadis itu menoleh dan mendapati wajah datar laki - laki itu.

"Baby!"

"I-Iya."

Laki - laki itu menatap gadisnya intens, dengan tatapan datarnya. Sama sekali tidak menunjukkan emosi apapun, yang membuat Carla semakin bergerak gelisah. Ditatap intens seperti itu, serasa melumpuhkan tiap sarafnya.

"Jangan di ulangi."

"Forgive me."

Mobil kembali berjalan, dan Carla menghela nafasnya lega.

"Aku maafkan, jika kau melanggar lagi maka dengan senang hati aku menghukummu!"

Carla hanya mengangguk patuh, yang membuat lelki itu tersenyum puas. Gadis itu kembali menunduk dengan perasaan yang dipenuhi rasa takut. Ia paham segala bentuk dari hukuman laki - laki itu.

Sangat paham.

Bukan hanya sebuah ancaman, ataupun teori belaka. Tetapi ini adalah tindakan yang nyata.

tbc.
vote komen🧘‍♀

Siksa Sang PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang