[8] Kira-Kira Kenapa?

4.4K 669 244
                                    

Budak Proker
©Adlia

°°°°°

Wira mempunyai seribu satu alasan yang membuat dirinya tidak ingin bergabung dengan divisi Danus dalam kepanitiaan apa pun. Bukan hal aneh jika Wira langsung menyuarakan protes begitu Surya berinisiatif untuk menjadikannya koordinator divisi tersebut. Yang benar saja! Wira tidak ingin berjualan risoles isi mayones—persis seperti apa yang dikatakan Dhafa.

Sebagai tulang punggung suatu organisasi dan kepanitian, divisi Danus memang harus melakukan usaha terbaik mereka untuk mendapatkan uang. Tanpa kerja keras mereka, usaha-usaha dari divisi lain tidak akan bisa terlaksana dengan semestinya. Bahkan, program kerja bisa sepenuhnya batal jika anggota dari divisi Danus berleha-leha—tidak mencarikan dana.

Iya, perannya memang sepenting itu. Tidak ada uang, tidak ada acara.

Masalahnya, seelit dan seberkelas apa pun suatu event yang akan diusung, Danus tidak akan pernah bisa lepas dari yang namanya berjualan. Dalam konteks anak kuliahan, danusan tidak akan lengkap jika tidak berjualan risoles. Atau piscok. Atau risoles. Pokoknya risoles!

Masalahnya lagi, jika dalam waktu yang berdekatan banyak event yang akan dilaksanakan, maka akan semakin banyak danusan yang tersebar di gedung-gedung perkuliahan. Akan terjadi persaingan yang sangat ketat di tengah-tengah mahasiswa miskin yang mulai muak dengan piscok apalagi risoles.

"Eh, beli risoles gue, dong." Alfia—mahasisiwi yang dikorbankan untuk menggantikan posisinya Wira—meletakkan kotak danusannya tepat di depan Vita yang sedang fokus ke laptopnya.

"Apaan. Enggak." Vita mendongak sebentar, kemudian melanjutkan ketikannya. "Gue udah makan lima biji risol mayo hari ini."

Alfia mengerucutkan bibirnya sebal. Ini sudah jam-jamnya kampus sepi dari manusia yang bernama mahasiswa. Kecil sekali kemungkinan dagangan miliknya akan habis sebelum dia benar-benar pulang ke kostan. "Bantuin gue, dong, Pita," keluhnya sambil menarik kursi di dekat Vita untuk duduk.

Vita baru saja hendak bersuara ketika seseorang menghampiri pintu sekre UKM mereka dengan sangat berisik. "Hi, girls!" sapa Dhara heboh. Alfia dan Vita otomatis menoleh.

"Dharaaa!!" Bagaikan menemukan setitik cahaya di tengah terowongan gelap yang tak berujung, Alfia kembali berseri-seri. Dengan semangatnya membawa kotak danusannya mendekati Dhara. "Beli risol gue, dong!"

Dhara menghentikan gerakannya. Ia bahkan belum sepenuhnya masuk ke dalam sekre, masih di depan pintu, sedang melepaskan sepatu. Kehadiran Alfia yang dipenuhi maksud terselebung tersebut membuat senyumannya otomatis memudar. Risoles lagi.

"Please. No. Jangan. Gue udah makan tujuh," tolak Dhara yang berhasil membuat bahu Alfia merosot. "Gue juga udah beli danusan lo, ya, pagi ini."

Alfia menghela napas, memperhatikan Dhara yang berjalan masuk dan langsung mengambil tempat di samping Vita. Sedih sekali, hari ini risoles dagangannya sudah bisa dipastikan akan bernasib sama dengan yang kemarin; bersisa lagi. Kalau sudah begini, apa yang akan terjadi selanjutnya? Yap. Anggota Danus sendirilah yang akan membeli dagangannya.

"Sayang, weh, risolnya masih ada empat lagi. Kalian ambil aja." Dhara dan Vita menatap Alfia dengan was-was. Alfia membalas tatapan mereka—malas sekali, kemudian mengangguk. "Gue yang bayarin," sambungnya.

"Yeay!" seru Vita yang dengan semangatnya langsung menyerbu risoles-risoles yang tergeletak tak berdaya itu. Di sampingnya, Dhara menunjukkan reaksi yang sama. Ia bahkan langsung mengambil dua.

[END] Budak Proker ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora