17. Perihal Senoparty

2.6K 249 10
                                    


Jam telah menunjukan pukul sembilan malam dan Bhaga baru sampai apartemennya dibilangan Kebayoran Baru. Permasalahan disini cukup pelik. Untung saja, kasus tersebut segera dilimpahkan ke polsek setempat berdasar instruksinya empat hari lalu. Pegawainya yang terluka pun sudah membaik setelah rawat inap di rumah sakit.

Keamanan StarSchat yang berada di Blok M sudah digandakan dengan teknologi terbaru, besok Bhaga hanya tinggal memberi instruksi agar semua tokonya juga dipakaikan keamanan berganda. Jadi masalah mendesak yang harus dibereskan di Jakarta sudah selesai.

Selesai mandi, sambil mengeringkan rambut, Bhaga mengecek HP dan tidak menemukan satupun notifikasi dari istrinya. Bhaga mengernyit, percakapan terakhir mereka hanya saat Bhaga bertanya tentang makan siang Bintang dan belum ada balasan sampai sekarang. Ia memang belum menelfon, karena ingat jadwal kuliah Bintang tiap hari Jumat selalu penuh. Sekarang, saat ia mencoba menelfon, panggilannya tak diangkat. Ia berpikir, masih terlalu dini untuk Bintang naik ke atas kasur.

Penyelesaian masalah yang agak rumit ternyata memakan waktu lima hari, dua hari lebih lama dibandingkan waktu yang dijanjikan pada Bintang. Wajar saja istrinya itu marah padanya. Berbohong dan ingkar janji, dua tipe manusia yang tak disukai bintang. Dan kali ini Bhaga masuk kategori kedua.

Tapi bukankah seharusnya Bhaga yang marah pada Bintang? Tiga hari kemarin adalah waktu terberat yang Bintang berikan pada Bhaga. Sampai sekarang, ia masih tak habis pikir, apakah itu benar-benar Bintangnya yang polos?

Dua malam pertama saat mereka melakukan video call, Bintang unboxing bra dan lingerie yang kapan lalu mereka pesan. Masalahnya bukan disitu. Bintangnya, anak pak Tahir yang terakhir ia temui, tidak pernah seberani itu bahkan setelah malam-malam yang mereka lalui. Melihat kissmark saja Bintang masih malu, tapi kemarin, Bintang tak malu sama sekali saat mencoba seluruh bra dan lingerie di depan kamera, dan berlagak tak sadar pada Bhaga yang terdiam seperti orang bodoh.

Bhaga tentu senang membelikan benda-benda cantik di dunia untuk Bintang, karena istrinya memang pantas mengenakan itu semua. Tapi ia menyesal, kenapa paket cantik itu tiba saat mereka sedang LDR. Padahal seluruh benda itu ia pilih sendiri jenis dan motifnya.

Dua hari kemarin, ia masih berpikir bahwa Bintang benar-benar hanya ingin menunjukkan hasil pilihannya. Tapi Bhaga mulai curiga bahwa Bintang benar-benar menggodanya. Apalagi saat ia mengabarkan bahwa kemungkinannya di Jakarta akan diperpanjang, Bintang tak mengomel dan hanya bilang bahwa ia harus segera mematikan telfon karena dosen sudah datang.

Sampai saat sorenya Bhaga masih berada di StarSchat, ia kembali ditelfon. Bintang video call sambil mandi! catat, sambil mandi. Untungnya Bhaga sedang berada di ruangan pribadinya.

Bukannya Bhaga tak menyukai hal itu, di kondisi biasa ia akan sangat senang. Hukuman ini akan terasa menyenangkan, jika saja Bhaga berada di satu kota yang sama dengan Bintang. Tapi dengan jarak lebih dari 1000km, kemana ia akan melampiasakan hasrat ini kecuali dengan tangannya sendiri!

Saat Bintang tertawa senang melihatnya menderita, Bhaga tahu bahwa ia sudah dikerjai. Kalau saja urusan sialan ini sudah selesai dari kemarin, sudah pasti ia langsung terbang ke Padang dan memberi pelajaran pada lumba-lumba kecilnya.

Malam ini, panggilan telfonnya belum juga diangkat, membuat Bhaga yakin bahwa Bintang benar-benar marah padanya. Ia bahkan belum sempat berkunjung ke rumah mertuanya saking padat urusannya disini.

Sambil menunggu respon dari Bintang, Bhaga memilih untuk memasak mie. Tak seperti saat di rumah dengan jadwal makan teratur, disini jadwal makannya berantakan. Tak ada ayam ungkep yang sengaja di stok istrinya karena ia sering kelaparan tengah malam, dan tak ada bertoples-toples cookies asin di apartemennya. Kulkas disini kosong. Untung saja, ia masih bisa menemukan stok mie yang belum Bintang buang.

Ad AstraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang