cordialidade (2)

1.5K 288 77
                                    

"Aaa.. maaf, aku tidak sopan ya?"

Wajah si Nona merah, tatapan sayu Hyunjin menggoda sekali dan sangat indah.

Hyunjin menyadari malu itu, dan ia tersenyum menang. Tumbal ritual kali ini rasanya lezat dan tubuhnya sangat bagus.

"Kau tahu aku?" Tanya Hyunjin dengan pandangan halus.

Si Nona dengan gaun hitam legam lagi-lagi mencoba untuk tidak berkontak mata, "Hwang Hyunjin.."

"Wah.. kenal rupanya." Percaya atau tidak, Hyunjin tersenyum sungguh sempurna, hidung, bibir, mata serta rahangnya memabukan.

"K-kau terkenal di kalangan kami."

"Begitukah?"

"Y-ya.. ahhn.. karena kau tampan dan- dan.. wajahmu indah."

Hyunjin tersenyum manis, "Terimakasih, Nona juga cantik."

Sesungguhnya yang ada di otak Hyunjin adalah pertama, mungkin darahnya akan ia bagi menjadi masing- masing sekitar 330ml dalam botol. Satu untuk Taehyung satu untuk San. Dan setiap organnya bisa di jual ke pasar gelap online besok. Hyunjin antusias sekali, serius. Mungkin akan lebih mahal jika di iklankan pakai foto cantiknya sekalian.

"Apa bisa wajahmu aku jual juga?" Kata Hyunjin lebih menyerupai gumaman.

Hyunjin memeluk erat Nona tersebut dan menyuntikan obat bius ke arah sisi leher belakang, lalu membaringkannya ke kasur. Menelanjangi dan mencabulinya perlahan.

"Kau pasti menyukai sentuhanku saat sadar.. tapi sayang sekali aku lebih menyukai aku saja yang menikmatinya.." Hyunjin kembali duduk, membuka buku hariannya, menulis tanggal dan jenis kelamin orang yang membantu ritualnya hari ini, jam dan menit tepat saat ia membiusnya dan tempat dimana ia melakukan ritual. Semua tertulis lengkap dalam buku. "Mulai dari mana ya asiknya?"

Hyunjin pergi menyalakan lilin, dengan jumlah sesuai umur Nona yang tak sadarkan diri di atas kasur sana. Dua puluh enam. Satu per satu ia nyalakan dengan sabar lalu mematikan lampu merangkak ke atas tubuh Nona dengan sorot mata lurus dan begitu fokus. Jika saja terlihat Hyunjin sangat bernafsu sekarang. "Wah.. cantik sekali."

Hyunjin sangat menikmati karya ritualnya malam ini.

Ia pun menyayat setiap enam senti dari pundak hingga telapak kaki kulit Nona yang bahkan tidak sempat ia tanya siapa namanya hingga mengeluarkan darah.

Selesai dengan sayatan tersebut, Hyunjin mengecup bibir itu satu kali dan mengucapkan kalimat wajib dalam ritual, "Keindahan untukku, kejayaan umurku, sungai emas untuk seluruh dewa yang aku sanjung. Darah ibu dan ayahku, saudaraku, kakek nenek dari ayahku kakek nenek dari ibuku, para buyut dan masa depanku." Hyunjin mengecup kembali bibir dingin itu dan menyapu perlahan leher dengan lidah basahnya.

Tersenyum, Hyunjin melanjutkan kalimat terakhir, "De um único cabelo ao dedo do pé, eu ofereço a você a beleza eterna." /dari sehelai rambut sampai ujung kaki aku persembahkan untukmu, beri aku keindahan yang abadi./

Hyunjin menampung darah yang bercucuran ke dalam sebuah guci cantik antik dengan grafik hiasan seni yang kuat kesayangannya. Lalu mengeluarkan pisau yang di katakan jimat olehnya,
masih ingat dengan pisau lipat yang selalu Hyunjin bawa kemana-mana? Ia hanya menggunakannya untuk ritual. Pisau lipat itu Hyunjin rendam dalam air garam dan Hyunjin membawa gunting dari laci, mencukur gundul sehelai demi sehelai rambut hitam panjang Nona yang sama sekali sudah tidak bergerak. Dengan beberapa kali membisikan kata cordialidade.

Selesai sebagian dari hal yang wajib di lakukan, Hyunjin memandanginya menyeka keringat yang bercucur di dahi, air mata keluar tidak sengaja. Seakan membanggakan diri, Hyunjin tertawa haru. "Indah... Sekali."

kita berdua saja; Joonghwa✓Where stories live. Discover now