fellaz

1.4K 276 51
                                    

San bergegas menuju ruangan kerja Seonghwa, di temani Hanbin tentunya.

Dengan mata bersinar, San berbisik pada Hanbin. "Ingat ini, jika aku tidak keluar lagi selama lebih dari sepuluh menit kau harus masuk ke dalam."

Hanbin melipat kedua tangannya di depan perut, "Vice tidak akan membunuhmu, San."

"Ck, siapa yang tahu. Pokoknya jika aku tidak keluar kau harus masuk memeriksaku."

"Iya iya, cepat ke dalam."

San masuk, pelan-pelan. Dan Seonghwa telah menunggunya. Dengan melihat terus arloji yang ia kenakan.

"Maaf saya terlambat."

Seonghwa mengalihkan matanya langsung dan tersenyum pada San. "Tidak masalah. Duduklah, aku tidak suka melihat orang berdiri canggung seperti itu."

"A-ah. Ya.. ada apa-"

Seonghwa mendekat, duduk di samping San dengan masih memasang senyuman yang tidak bisa di tebak. "San, apa kau bisa jaga rahasia?"

•••

Yunho meminta Mingi untuk tidur di tempatnya, karena sepertinya jika Mingi pulang walaupun ada managernya nanti Mingi pasti akan terluka.

"Bisa katakan padaku?" Tanya Mingi.

Yunho menutup pintu, melihat Mingi yang menunggunya duduk juga. "Katakan apa?" Tanyanya balik.

"Kenapa sedari kemarin tingkahmu aneh, ada apa?"

Yunho duduk, menyalakan tv. "Tidak ada-apa."

"Hah.. oke, terserah. Tapi jangan menanggung masalah sendirian. Aku tidak suka kau yang seperti itu." Mingi merebahkan tubuhnya dan menjadikan paha Yunho sebagai bantal.

Yunho tersenyum tipis, mengelus helai rambut milik Mingi dengan kedua jemari tangannya. "Dulu, Ayahku menyeret tubuh Ibu tengah malam. Aku tahu Ibu sudah tidak sadar karena kepalanya sudah berdarah. Kau selalu ingin tahu kenapa aku membunuh orang di dalam mesin cuci bukan? Karena aku meniru Ayah."

"Kenapa seperti itu."

Yunho berpikir sebentar, "Em.. keluargaku tidak pernah akur. Pada malam itu, aku mendengar mereka berdua beradu mulut dan pot bunga milik Ibu pecah. Aku mengintip dari balik pintu kamar. Ayah membanting kepala Ibu menggunakan pot itu."

"Bukan itu, maksudku.. kenapa kau meniru Ayahmu."

Yunho menyenderkan kepala ke punggung sofa. "Karena menurutku itu keren."

Mingi kerkekeh, membuang nafasnya berusaha percaya. "Astaga..."

Yunho tertawa melihat reaksi Mingi lalu menarik tubuh Mingi untuk duduk. "Apa kau tahu, mataku berbinar saat kejadian itu terjadi. Aku marah, jelas saja. Saat itu aku masih tujuh belas tahun."

"Lalu?"

Yunho mencium bibir Mingi, Mingi diam untuk menunggu Yunho melanjutkan ceritanya. "Aku membunuh Ayah dengan cara yang sama seperti dia membunuh Ibu."

"Uh.. pacarku ternyata-"

"Kejam?"

"Bukan, mengesankan. Tapi aku ingin kau berhenti melakukan itu. Setidaknya kurangi hasrat membunuhmu. Apalagi korbannya pelangganmu sendiri."

"Kenapa?"

"Karena jujur saja aku lebih suka kau yang tidak melakukan semua itu."

Yunho mengangguk. "Akan aku usahakan."

Sebenarnya Mingi sudah tahu semua tentang masa lalu Yunho walaupun belum jelas sekali, namun Mingi ingin mendengarnya secara langsung saat waktunya tepat, saat Yunho ingin bercerita tentang dirinya.

kita berdua saja; Joonghwa✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें