Chapter1:mezelf(sendiri)

127 36 20
                                    

   Orang-orang yang melontarkan kritik bagi kita pada hakikatnya adalah pengawal jiwa kita, yang bekerja tanpa bayaran.

      Corrie ten boom:Pejuang dan penulis dari BELANDA.

  Alincea eldam seorang gadis remaja yang baru menginjak usia 16 tahun. Gadis yang kerap disapa Alin ini mempunyai banyak sekali impian.

Impian-impiannya begitu besar untuk kehidupannya. Ia bukan tipe remaja yang mudah berinteraksi dengan banyak orang.

Alin selalu menyembunyikan emosinya dan menutup diri dengan orang disekitarnya. Bahkan pada keluarganya ia jarang mengobrol jika hanya sekedar gurauan.

Meskipun ia masih amat belia namun dirinya dapat dengan baik memahami perbedaan cara pandan seseorang dengan mudah.

Dirinya memiliki watak yang lembut serta sangat sensitif terhadap apa pun. Gadis ini hidup ditengah sebuah keluarga yang tampak harmonis.

Didalam keluarganya itu ia tinggal bersama ayah, ibu, nenek, dan saudarinya. Bukankah keluarga yang hangat, bukan?.

Akan tetapi hal ini sebetulnya tidaklah sejalan dengan apa yang dilalui Alin selama ini. Pasalnya keluarganya tak pernah sedikit pun menghiraukan kehadiran remaja ini.

Setiap waktu dalam hidupnya selalu diiringi kepedihan yang sangat perih tapi begitu sulit untuk mengekspresikan perasaan itu.

Alincea eldam ia dahulu pernah punya seorang sahabat yang menghapus tangis dan menggenggam erat lengannya.

Hubungan persahabatan terindah yang ia miliki. Namun harus dalam waktu singkat telah berubah menjadi kenangan yang indah namun menyakitkan.

Sebab dalam suatu peristiwa mengerikan kala itu sudah merenggut sahabat Alin tersebut.
Kini Alin hanya seorang meski di lingkupi oleh banyak orang.

Ia bertahan karena janji pada seseorang yang tidak lain ialah sahabat karibnya. Dan juga untuk mencapai segala impian yang ada dalam dirinya sejak lama.

Alin  begitu menyukai menulis salah satu cerita alur hidupnya yang ia anggap mengesankan.
Ia ingin menjadi seorang novelis yang karyanya dapat di nikmati seluruh dunia.

Setelah usai pulang sekolah Alin akan meluangkan waktu untuk merangkai ide-ide imajinasi kepunyaan nya, agar tercipta sebuah cerita yang mampu membuat semua mata tertuju padanya.

Disebuah taman yang terletak di tepi kota Amsterdam menjadi tempat ternyaman bagi Alin di bandingkan dengan suasana rumah.

Ayah dan ibunya selalu di sibukkan pada pekerjaan mereka. Kedua orang tua gadis ini bekerja di sebuah perusahaan milik seorang keluarga kelas atas di Amsterdam.

Belanda suatu negara yang melekat dengan julukan kicir angin itu adalah tempat kelahiran Alincea eldam.

Ia mempunyai saudari yang usianya 2 tahun lebih muda darinya. Ellencea eldam begitu bertolak belakang dengan Alin.

Ellen remaja yang begitu manja dan tidak memperdulikan orang lain. Sedangkan Alin bahkan ia rela terluka untuk membantu seseorang.

Alin menerima kebencian dari lingkungan sekolahnya karena semua temannya selalu merendahkan dirinya. Mereka berpendapat gadis kelas menengah seperti Alin tidak pantas berada di sekolah elit AICS(Amsterdam international community school).

Dirinya berusaha tidak mendengar segala hinaan itu. Lagi pula mereka sama sekali tidak tahu kepahitan hidup Alin.

"Temukan dirinya dan katakan selamat tinggal." Kalimat permintaan terakhir sahabatnya sebelum ia pergi.

"Alincea eldam akan melengkapi janjinya untuk menyampaikan kata perpisahan sahabatku kepada seseorang yang amat berarti untuk dirinya, walau pun aku harus berkelana ke segala penjuru dunia sekali pun."
Ini merupakan salah satu tujuan gadis muda ini.

  Hari yang sibuk seperti biasanya semua orang akan memulai aktivitas mereka di pagi ini. Para orang tua akan pergi untuk bekerja dan anak-anak mereka kesekolah dengan bersemangat.

Tidak sebetulnya hanya beberapa anak yang bersemangat untuk ber-sekolah. Dan sisanya mereka terpaksa sebab rasa patuh pada orang tuanya.

Padahal di sekolah ada banyak kegiatan yang jauh menyenangkan dari pada hanya bermalas-malasan. Meski begitu banyak anak yang menyia-nyiakan pendidikan mereka untuk sesuatu yang sama sekali tidak menjamin masa depan mereka kelak.

Sedangkan diluar sana terdapat anak-anak yang berusaha keras agar dapat tetap melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka bahkan rela bekerja paruh waktu agar dapat membayar biaya untuk sekolah.

Ada sebagian orang tua yang menghargai keinginan putra-putri mereka dan ada pula yang menentangnya, tentulah faktor ekonomi penyebabnya.

Namun mereka tidaklah memahami dengan benar bahwa kondisi ekonomi bukanlah masalah utama dalam hal ini karena jika betul anak tersebut ingin mewujudkan mimpinya maka tekad adalah hal yang utama.

Setidaknya keluarga haruslah memberikan dukungan pada anaknya agar mereka bisa berhasil suatu hari nanti.

Alin ialah satu dari banyaknya anak yang kurang mendapatkan dukungan pendidikan dari keluarga mereka. Ayahnya Maeis serta Levida ibunya sangat murka saat mendengar keputusan Alin ingin tetap sekolah.

Alin di besarkan dari sebuah keluarga kelas menengah di kota Amsterdam, Belanda. Walau pun ibu dan ayahnya tidak menyetujui keinginan putri sulungnya itu, akan tetapi mereka akan selalu membiayainya sebisa mungkin.

Sadar akan perihal ini ia pun ingin meringankan beban ke dua orang tuanya. Alin akan mencari pekerjaan kecil yang dapat diperbuatnya agar mendapatkan uang. Sekiranya pekerjaan macam apa yang bisa di kerjakan oleh seorang remaja seperti dirinya?.

Guyuran hujan ini membersihkan banyak noda padaku, meski tak seutuhnya.

WILLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang