Chapter3:Herinnerde(Teringat)

52 15 2
                                    

Orang mati menerima lebih banyak bunga daripada orang hidup karena penyesalan lebih kuat daripada rasa syukur.

Anne Frank
Penulis dari:Belanda.

  AICS(Amsterdam International Community School).
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.

Seorang gadis cantik dengan rambut sebahu miliknya tengah merenung di kursi taman belakang sekolah. Wajahnya terlihat gusar siapa lagi jika bukam Alin yang dikucilkan oleh seluruh murid di sekolah elit ini.

Ia merasa amat kesepian tak ada lagi teman yang bisa mendengar isaknya. Pepohonan rimbun bersama bunga penuh warna itu setiap hari menjadi harapan baginya.

Harapan yang begitu jauh untuk diraih karena telah terkunci. Alin sendiri yang memutuskan ini meski ia yang tersakiti.

Ketika dirinya sedang di sibukkan pada khayalan indah nya itu, lalu datang seorang siswa sekelasnya.

Tanpa disadari siswa ini kini mengamati Alin penuh kebencian yang mendalam. Merasakan kehadiran seseorang di hadapannya ia pun menghentikan aktivitasnya.

"Sedang apa kau kemari?" tanya gadis muda ini dengan gugup.

"Bukan urusanmu."

Kemudian siswa itu berjalan menjauh dari Alin dan lekas meninggalkan tempat sepi tersebut.

Sekarang Alin merasa kacau setelah peristiwa 5 tahun lalu yang teramat menakutkan, kenapa saudara tiri sahabatnya datang menemui dirinya.

Apa ia akan berbuat sesuatu? fikir dirinya penuh rasa curiga.
Mencoba tenang sebisa mungkin Alin pun kembali ke kelasnya.

Dengan cepat ia berjalan di koridor sekolah. Sebetulnya Alin agak canggung karena seluruh murid yang juga berada disini menatapnya tajam.

Seperti biasanya siswi kelas 11 ini berusaha untuk mengabaikan sikap dingin semua orang terhadapnya.

Entah samai kapan dirinya akan tetap dian untuk menutupi kesalahan yang sama sekali tidak ia lakukan.

Dengan lega akhirnya Alin sampai dikelas yang kondisinya cukup ramai karena masih jam istrirahat. Kemudian ia mendudukkan dirinya pada kursi yang terletaj di barisan terdepan.

Tidak seperti teman-teman sekelasnya yang asik mengobrol dan bermain bersama, Alin hanya duduk sembari membaca buku.

Tampak seorang siswa menghampirinya dengan gesit ia duduk disebelah Alin.

"Gavin..."

"Kembalikan buku milik Tio yang kau simpan, dasar penipu"
perintah Gavin datar.

"Tapi Tio memintaku untuk menjaganya."

"Kau tidak layak menyentuh barang pribadi Tio, kaulah penyebab saudaraku itu meninggal."

Merasa bersalah atas pernyataan Gavin padahal dirinya tidak bersalah. Lagi-lagi Alin memilih untuk menerima segala kebencian dari Gavin, saudara tiri dari Tio sahabatnya.

Gavinaels veyza dan Vatio veyza meski mereka bukan saudara sedarah akan tetapi hubungan yang mereka miliki begitu erat.

Seketika lamunan Alin menjadi buyar kala mendengar suara salah seorang siswi kaya itu.

"Gavin ayo kita pergi ke kantin saja dari pada mood mu jadi bertambah buruk sebab gadis egois ini."

"Kau benar Sanya sebaiknya kita tidak perlu bicara pada si penipu ulung itu, lagi pula penipu kan selalu berkata bohong" sindir Gavin terhadap Alin sebelum ia pergi bersama Sanya.

Setelah kepergian Gavin dan Sanya lalu Alin berniat menjernihkan fikirannya sejenak dengan datang ke perpustakaan sekolah.

Setibanya di perpustakaan suasana damai mulai terasa tak ada lagi kegaduhan seperti tadi.

Alin melihat ada Mrs.Laura sedang sibuk berbincang dengan seseorang yang mengenakan seragam sekolah lain.

Alin ingin bertegur sapa dengan Mrs.Laura yang terlihat kelelahan.

"Mrs.Laura apa kabar?"

"Seperti yang kau lihat Alin, aku agak berantakan."

"Baiklah Mrs. aku permisi dulu."

"Mmm...Alin bisakah kau membantu Mrs.Laura?"

"Tentu saja Mrs."

"Tolong nanti bawa Daniel ke kelas 11 sains A."

"Baiklah Mrs.Laura."

"Daniel kau ikut bersamanya dia akan menunjukkan kelas yang kau tuju."

Tanpa menjawab ucapan Mrs.Laura Daniel hanya mengangguk mengerti.

"Hi..perkenalkan aku Alincea eldam."

"Oh, Hi juga namaku Daniel stevano."

"Maaf sebelumnya apakah kau tidak merasa keberatan menungguku sebentar, pasalnya aku harus mencari beberapa buku terlebih dulu" jelas Alin dengan percaya diri.

"Tentu santai saja." Ucapnya seraya mengusap surai lembut kepunyaan Alin.














  Tak ingin berlama-lama kedua murid kelas 11 itu pun bergegas pergi ke kelas, sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai.

Saat Alin serta Daniel memasuki kelas sontak seluruh mata tertuju pada siswa dengan seragam asing yang tak lain adalah Daniel sendiri.

"Daniel jika kau berkenan maukah kau menjadi teman sebangku ku,?"

"Tentu, aku tidak ada masalah dengan itu."

Kemudian mereka duduk bersama diiringi candaan riang yang tanpa henti-hentinya.

Beberapa saat setelahnya seorang guru masuk ke dalam kelas dan meminta pada Daniel untuk memperkenalkan dirinya terlebih dulu. Agar ia dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah secepat mungkin.

"Hi, perkenalkan namaku Daniel stevano semoga kita semua bisa berteman." Perkenalan yang singkat bukan?, Daniel tidak suka banyak basa-basi.

"Silahkan duduk kembali Daniel_." Mr.Ray mempersilahkan Daniel agar bisa kembali kepada topik pembelajaran semula.


Ada kala dimana tidak memberi jawaban itu adalah tindakan yang tepat untuk menjaga satu rahasia dalam dusta.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 15, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WILLENWhere stories live. Discover now