24♡ Take a Break

591 97 10
                                    

Setiap kali suara itu terputus,
Aku mencarimu lagi
Dan aku selalu diwarnai merah

•••

'Dimana aku?' Taehyung mencoba mengerjapkan matanya untuk membiasakan cahaya menyilaukan yang menusuk matanya. Lelaki itu sampai harus menghalau terik itu dengan tangannya. Setelah terbiasa, barulah Taehyung mulai jelas melihat lingkungannya.

Hanya putih. Dan tak berujung.

Taehyung tertawa getir. "Jadi, aku sudah mati ya?"

Janjinya tidak terpenuhi. Ia melanggar janjinya pada Yerin. Tentu saja ia merasa bersalah. Sekarang bagaimana keadaan gadis itu kalau tahu Taehyung sudah mati? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Yerin. Akankah kekasihnya depresi? Taehyung harap tidak. Karena Yerin seorang psikolog. Seharusnya ia bisa mengatasi hal seperti itu.

'Bernafaslah..kumohon..' Suara itu begitu jauh, entah dimana. Tapi, Taehyung dapat mendengarnya dengan jelas.

'Jangan seperti ini..kau harus hidup..' Suara lainnya ikut menambahkan.

"Dimana kalian?!" Teriak Taehyung yang mencoba mencari keberadaan orang-orang yang memanggilnya.

'V, bertahanlah!' Dan suara lain lagi. Taehyung tidak ingat apa yang terjadi padanya. Kenapa ia ada di tempat ini? Apakah benar ia sudah mati? Atau ini hanya bagian dari mimpinya? Kalau ini mimpi, Taehyung berharap bangun sekarang juga. Ia tidak ingin membuat orang lain khawatir.

Taehyung bangkit dari duduknya dan berjalan tak tentu arah. Setidaknya ia sudah berusaha untuk keluar dari mimpi aneh ini. Taehyung akhirnya menemukan pintu. Dibukanya pintu itu dengan cekatan, namun ia tidak melangkah masuk karena didalamnya terdapat banyak kabut. Perlahan ia mundur karena kabut itu seperti ingin menelannya. Selanjutnya yang bisa ia lakukan adalah berlari menjauhi kabut yang tiba-tiba menyeruak keluar. Ternyata ia kalah cepat, kabut tersebut mulai memakannya. Rasa panas langsung menjalari seluruh tubuh Taehyung. Bahkan ia merasa tulang-tulangnya meleleh dilebur oleh kabut tersebut.

Tapi, ia tidak ingin menyerah. Ia harus selamat dan kembali. Apapun yang terjadi, ia harus tetap hidup.

"TAEHYUNG!!!"

---

Taehyung bernafas berat sekali. Nafasnya masih tersengal-sengal begitu matanya terbuka sempurna. Akhirnya ia menyadari kalau dirinya sudah berada di dunia nyata. Ia merasa lega. Namun tidak bisa dipungkiri kalau seluruh tubuhnya terasa nyeri.

Begitu tangannya ingin bergerak, ia merasa sesuatu menahannya. Ternyata selang infus. Itu berarti ia sedang berada di rumah sakit. Kira-kira sudah berapa hari dirinya terbaring tidak sadarkan diri?

"Kamu bangun?" Suara seseorang menginterupsi pikirannya. Ruangan yang bercahayakan remang-remang ini tidak mampu membuat dirinya mengenali seseorang yang sedang berjalan ke arahnya. Begitu lampu dinyalakan, barulah ia mengetahui sosok itu. Senyum lebar langsung mengembang di wajahnya tanpa bisa ia tahan.

"Yerin." Panggil Taehyung lembut. Yerin duduk di sebelah ranjang. Ia terlihat sangat berantakan. Tubuhnya kian kurus, matanya sembab karena terlalu banyak menangis, rona di pipinya pun menghilang digantikan dengan putih pucat.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Taehyung khawatir.

"Pikirkan dirimu sendiri!" Hardik Yerin marah. Gadisnya benar-benar khawatir ternyata. Melihatnya sekacau ini membuat Taehyung diliputi rasa bersalah. Ia tahu ia sudah melanggar janjinya. Tapi ia tidak menyesal. Setidaknya Jay selamat.

"Berapa hari saya pingsan?" Taehyung mengalihkan pembicaraan, takut Yerin bertambah marah padanya.

"Tiga hari. Kita sempat kehilanganmu. Membuatku depresi saja." Aku Yerin dengan raut wajahnya yang sedih. Bibirnya tertekuk ke bawah. Matanya mulai berkaca-kaca.

My Last Target (TaeRin)Where stories live. Discover now