Duapuluh Dua

27.3K 1.7K 47
                                    

Happy Reading🌜

Sebulan berlalu, tak ada yang berubah pada keluarga baru itu. Hanya saja kini perut pada wanita hamil itu yang sudah membesar, namun besarnya jauh dari perkiraan si wanita. Ia berfikir, usia kandungannya baru beberapa bulan, namun perutnya sudah besar seperti hamil tua.

Wajar saja, porsi makan sang wanita jauh lebih besar dari pada yang lainnya. Tak cukup hanya makan, cemilan dan susu kehamilan tak luput dari seleranya. Tak bisa diragukan jika wanita sedang hamil memang sangat berbeda.

"Ah bagaimana ini?" tanya wanita hamil itu yang kini sedang memilih pakaian untuk ia kenakan saat acara ulang tahun Irene, yang katanya mantan pacar suaminya dulu.

"Ashley, ada apa?" pria berkursi roda datang sambil terheran-heran melihat pakaian yang berserakan.

"Tak ada yang muat, Ed. Aku harus memakai apa untuk menghadiri acara ulang tahun mantanmu itu? Aku harus terlihat cantik." Edward menepuk jidatnya pelan.

"Irene itu bukan man..." lagi-lagi ucapan Edward terputus.

"Bisakah kita pergi membelinya Ed? Aku harus mencari gaun yang cocok untuk kupakai malam ini." Edward tersenyum, istrinya ini berusaha menjadi lebih cantik dari Irene.

Edward meraih tangan Ashley menariknya mendekat dan memeluk perut besar itu.

"Selamat pagi jagoan daddy, apa kabarmu didalam sana? Sudah lama daddy tak menjengukmu." Ashley tersipu.

"Daddy mencintaimu dan mommymu." Edward mengusap perut Ashley dan menciumnya.

"Apapun untukmu Ash, akan kulakukan. Akan kulakukan semua yang kau minta, akan kulakukan sebisaku, jadi mintalah semua yang kau mau kepadaku, akan kuberikan." Ashley menunduk mamandang wajah Edward, tangannya yang kecil menyapu setiap jambang halus suaminya.

"Aku tak mau kau tertarik pada wanita lain, aku tak secantik mereka." pria yang masih memeluknya itu menggeleng.

"Mereka memang cantik, tapi kau lebih cantik. Wanita cantik itu harus dari dalam bukan dari luar saja, dan wanita cantik saat ia sedang mengandung. Maka itu, aku tak bisa berpaling darimu." Ashley mengecup bibir Edward, pria itu juga mengecup bibir istrinya.

"Aku ingin sesuatu." nampaknya istrinya sedang mengidam, senyum Edward mengembang.

"Apa itu? Katakanlah!"

"Aku ingin makan daging sapi panggang, pizza full dengan keju mozarella, hamburger dengan lapisan sayur mayur, corndog dan saus keju pedasnya, ah satu lagi, dengan jus alpukat yang topingnya dengan keju, ahh itu pasti nikmat." ujar nya dengan menghitung jari-jarinya, lalu memandang wajah suaminya yang masih memeluk perutnya.

"Kau mau itu semua hemm?" Ashley menggeleng.

"Aku ingin nasi goreng buatanmu pagi ini." senyum manis merekah, Edward melepaskan pelukkannya.

"Kau mengatakan semua menu makanannya, tapi kau malah menginginkan nasi goreng buatanku?" tanya Edward kesal, pasalnya ia sudah sangat bahagia jika pagi ini ia pergi berduaan dengan istrinya yang hamil ini dan berjalan-jalan, namun akhirnya istrinya itu malah meminta ia memasak nasi goreng dipagi hari.

"Emm, aku ingin nasi goreng buatanmu. Dengan telur mata sapi setengah matang dan juga kentang goreng buatanmu untuk makanan penutup." pinta sang istri pada suami, sang suami hanya menatap wajah sang istri dengan wajah pasrahnya.

"Baiklah aku akan membuatnya." baru saja Edward hendak beranjak.

"Edward.." sepertinya kesabaran Edward diuji.

"Iya sayang." jawab Edward dengan wajah manis buatannya.

"Aku ingin jeruk peras dingin, sepertinya buah jeruk masih ada dilemari pendingin." tangan pria itu sudah menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali.

"Pagi-pagi seperti ini kau mau minum minuman dingin? Apa kau tak sakit perut nantinya?" ujar Edward yang kini meredakan kekesalannya demi sang istri dan calon buah hatinya.

"Anakmu yang meminta Edward, pergilah buatkan untukku. Aku akan menyusul." tangan wanita itu kembali merapikan pakaian yang berserakan.

Jika saja istrinya ini tidak sedang mengandung mungkin kekesalan Edward sudah sedari tadi meluap. Namun demi cinta dan masa depannya, akan ia lakukan.

"Ah, Ed.." dengan berat hati Edward memutar kembali kursi rodanya.

"Iya sayang? Ada yang lain? Cemilan? Pencuci mulut? Katakanlah." Ashley menggeleng, wanita itu berjalan kearah kamar mandi.

"Jangan lupa tutup pintunya." dan wanita itupun masuk kedalam kamar mandi.

Dengan kesalnya, Edward mengepalkan kedua tangannya dan menutup matanya sejenak. Lalu dengan cepat ia mengusap dadanya, membuang nafasnya kasar. Ini seperti sedang menyelam dikedalaman dasar lautan tanpa adanya alat bantu pernafasan.

"Untung saja kau istriku, jika tidak oh Tuhan."

- - -

"Suamiku, kau tahukan mantan pacar Edward dulu?" tanya wanita yang umurnya sudah memasuki kepala lima itu pada suaminya.

"Siapa? Wanita model yang terkenal itu?" wanita tua itu mengangguk.

"Iya John, astaga ternyata dia sangat cantik. Oh ya ampun." ekspresi bahagia tersirat diwajah Johnson.

"Kau tahu John, fikiranku saat ini sama dengan dirimu." tambahnya.

"Sarah, haruskah kita lakukan?" tanya Johnson dengan senyum liciknya.

"Tapi Ashley sedang mengandung, apa Edward mau bercerai dengannya?" Sarah memandang wajah suaminya, wajah suaminya itu malah terlihat aneh.

"Apa kau lupa suamimu banyak uang? Semua pasti bisa kita lakukan dengan mudah." senyum licik itu sangat terpancar jelas diwajah Johnson.

Ditempat lain, disebuah cafe tersembunyi beberapa orang sedang berbincang dengan santai. Nampaknya mereka sudah kenal satu sama lain, dan tak terlihat adanya kecanggungan disana.

"Jadi, dia putri sulung Dawin Beverly?" tanya seorang wanita dengan pakaiannya yang terlalu terbuka pada seorang pria yang ada dihadapannya, dan disampingnya ada seorang wanita seumuran dengan pria itu.

"Emm.. Dia putri sulung dan Annita adalah putri bungsunya." ujar di pria itu sambil menyeruput teh panas dipagi hari.

"Aku takut putri sulungnya dalam bahaya, apalagi ia tengah hamil saat ini." ujar si wanita yang memakai pakaian sexy itu.

"Aku yang akan memantaunya, karena aku tangan kanannya dibutik. Aku akan mengawasinya dari jarak jauh." senyum si wanita sexy itu mengembang.

"Untunglah si idiot itu menikah dengan wanita sepertinya, jadi aku tak khawatir."

"Apa kau yakin rencana ini akan berhasil? Kau tahu ayah angkatnya sudah mengambil semua yang dia miliki." ujar si pria yang ada dihadapan wanita yang berpakaian sexy itu.

"Dengan bantuan kalian, mungkin aku bisa mengetahui sedikit lokasinya." ujar si wanita dengan pakaian sexy itu.

"Tapi, dia sedang hamil, apa ia bisa menahan emosinya? Apalagi kau berperan seperti ini, aku tak yakin." ujar si wanita yang ada di samping pria itu.

"Sebenarnya aku juga, tapi kumohon kerjasama kalian. Ini demi si idiot itu."

"Baiklah, berarti misi kita dimulai."

to be continued..

Yey update!
Maaf pendek, itu karena kalian minta next mulu😁
Makasih sudah membaca.

Gimana? Udah mulai penasaran? Apa yang kalian tangkap dari percakapan mereka? Kalo kalian tau, simpan dulu dalam hati ya wkwkwk🤣

Okay, seperti biasa. Jangan lupa pencet bintang dan komen yang banyak, biar updatenya lebih cepat lagi🖤🤗

My Husband In The Wheelchair.Where stories live. Discover now