5. Hidup

42 0 0
                                    

Pagi itu Diska melihat pengumuman di mading tempatnya bekerja, Diska melihat ada perlombaan yang diselenggarakan oleh Pemilik hotel untuk mencari tempat kuliner di sekitaran area hotel dan dipresentasikan dalam sebuah video. Sang Pemilik hotel memang sering mengadakan kegiatan yang tujuannya mempersatukan satu departemen dengan departemen yang lain seperti olahraga setiap jumat sore yang harus dihadiri semua karyawan hotel kecuali yang kebetulan sedang bertugas di bagian depan atau front liner.

"Kak Diska, kita satu kelompok." satu panggilan mengagetkan Diska.

Diska hanya tersenyum simpul sambil mengangguk menanggapinya.

Sepulang bekerja, Diska mengadakan pertemuan kecil dengan anggota kelompok yang lain untuk membicarakan tempat kuliner mana yang akan dipilih untuk dibuat video namun tidak ada satupun yang bisa hadir. Berbagai alasan seperti pekerjaan yang belum selesai, bedanya jadwal jam kerja satu dengan yang lain, dan ada yang sedang memiliki jadwal rapat bulanan pada saat itu. Diska berjalan menyusuri trotoar malam itu sambil melihat sisi kanan dan kiri jalan yang memang berderet restoran yang bisa dijadikan referensi untuk lomba itu lalu Diska tersentak ketika ada yang menarik tangannya dengan kencang.

"Ayo ikut kakak, temenin makan."

"Kak Rangga?!" saut Diska antara terkejut dan heran melihat Rangga yang tiba-tiba berada disebelahnya sambal menarik setengah lengan Diska.

"Ih gamau, aku mau pulang." Diska mencoba melepas genggamannya.

"Nanti kakak anter, daripada kamu naek transjakarta? Lagi penuh-penuhnya jam segini. Lagian emang gak kangen sama kakak kesayanganmu ini? Sombong banget lagi, udah gak pernah nengok-nengok ke business center lagi."

Diska sudah tidak bekerja di departemen yang sama dengan Rangga dan Zulfian selama 6 bulan ke belakang, dia dibutuhkan di bagian Housekeeping sebagai petugas administrasi.

"Oke deh tapi traktir" pinta Diska.

"Iyaaaaa" Rangga menjawab sambil merengkuh Diska.

Sekarang Diska tidak sendirian berjalan di atas trotoar itu, ada Rangga di sampingnya.

"Kakak kalo sebelum pulang selalu makan di daerah sini dulu?" Diska memulai percakapan.

"Kadang-kadang. Kamu tadi celingukan juga ngapain? Lagi cari tempat makan juga?"

"Iya tapi bukan buat makan, buat referensi lomba." Jawab Diska.

"Oh gitu, klo kelompok kakak nanti pilih kedai kopi yang diujung jalan situ tuh" tunjuk Rangga ke kedai kopi yang selalu padat pengunjungnya di malam hari.

"Gak nanya!" ledek Diska sambil memasang sikap kuda-kuda untuk kabur.

Rangga langsung menggelitik Diska yang mencoba kabur dari Rangga. Keceriaan yang terpancar dari rekan kerja yang dulu bertemu setiap hari tapi sekarang sudah tidak lagi.

"Dis, kakak seneng liat kamu yang sekarang. Udah bisa senyum lagi, ceria lagi kayak dulu" tutur Rangga yang sudah berjalan bersampingan lagi dengan Diska setelah selesai menggelitiknya.

"Ah, aku selalu gini kok. Kita kan udah jarang ketemu makanya kakak gatau apa-apa lagi sekarang tentang aku." ledek Diska sambil berusaha menyambung napasnya yang tersengal-sengal karena dikejar oleh Rangga.

"Kamu memang pintar dalam mengelabuhi orang lain dengan keceriaanmu, tapi tidak dengan pancaran dari matamu, Dis."

Diska terdiam sejenak tidak menjawab.

"Kita makan apa yaa enaknya?" ujar Rangga yang merasa bersalah takut apa yang baru saja dikatakan Rangga membuatnya teringat dengan David. Sang mantan kekasih yang telah meninggal pada saat kunjungan pertamanya ke Indonesia yang berniat untuk melamarnya.

"Gausah ngalihin pembicaraan, tentang aja aku udah gapapa kok. Setelah 1 tahun, masa aku masih harus berdiam di titik yang sama? Hari terus berjalan, disitu juga aku tetep harus melangkah. Matahari aja tetap menerangi, menghangatkan dan berguna bagi orang banyak meskipun dia sendiri. Aku mengibaratkan diriku seperti matahari setelah kepergian David, karena itulah hidup. Gak melulu tentang kesenangan dan pencapaian kan? Kadang kita memang harus jatuh dan mengenal luka supaya kita tau seberapa kuat diri kita sebenarnya." Jawab Diska sambil tersenyum.

Rangga hanya tersenyum bangga karena Diska bersikap lebih dewasa dari umurnya.

"Kamu selain rajin dalam pekerjaan, cepat belajar, kamu memang membanggakan. Pantes deh kamu dipromosi jadi administrasi" ucap Rangga bangga.

"Oke, berarti aku bisa pesen makanan yang mahal yaa malam ini." tanya Diska yang tidak menunggu jawaban Rangga.

Rangga hanya tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah Diska.


Luka dan sembuh atau sembuh lalu luka?Where stories live. Discover now