Sylla Dimas - 1

335 8 0
                                    

Happy reading!

Sylla sedang berada di butik baju, dirinya sedang menunggu kehadiran calon jodohnya yang sejak tadi ia tunggu. tetapi sudah satu jam Sylla menunggu Dimas belum juga datang.

"Mana si itu Bapak-bapak belum juga datang," gertu Sylla. 

Calon jodoh

Arsylla Maesa:
Om udah di tempat fitting ni.

Calon  jodoh:  
Fitting sendiri gue sibuk.

Arsylla Maesa: 
Ga jelas lo ya, umi bilang gue di jemput sama lo.

Calon jodoh:
 Cepet turun, gue di bawah 

Arsylla Maesa:
Belum juga Fitting, sini dulu 

Baru saja beberapa menit membalas pesan Sylla, Dimas sudah berada di belakang Sylla.

Calon jodoh:
Gua di belakang Lo 

Arsylla Maesa:
Pinter

Calon jodoh:
Dari lahir, udah cepatan jangan buang waktu.

Arsylla Maesa:
Iya sabar pak, Kita berhadapan Btw, kenapa masih chattingan?

Calon jodoh:
Malas ngomong.

Sylla mencoba beberapa model baju, dan meminta pendapat dari Dimas.

"Yang ini bagus gak pak?" Tanya Sylla.

"Gak, kaya balon," balas Dimas yang membuat Sylla memanyunkan bibirnya.

"Bagus padahal." Sylla bergumam dalam hati.

Setelah beberapa model baju ia coba, akhirnya fitting selesai dan Dimas mulai melangkah pergi dari butik itu, tanpa menunggu Sylla yang sedang membayar administrasi baju nya.

"Kenapa main tinggal aja si?, Kan belum selesai pak?" Sylla meminta penjelasan.

Dimas hanya menggelengkan kepalanya dan mengandeng lengan Sylla erat.

"Jangan baper Lo, gue kaya gini Karna pergawai butik, ngegoda gua," bisik  Dimas yang sedari tadi risih dengan salah satu pegawai butik.

Sylla menoleh, tetapi di tahan oleh Dimas "Jangan nengok." Dimas menahan kepala Sylla.

"Pegawainya suka sama Bapak," desis Sylla.

"Selesain urusan Lo cepat!" perintah Dimas yang sudah mulai risih berada di butik ini.

"Iya, tapi lepas dulu pak, sakit," pinta Sylla.

"Sorry."

"Bapak tunggu di sofa itu aja," tunjuk Sylla ke arah sofa kosong yang berada di pojok ruangan.

"Saya tunggu Di mobil," tegas Dimas dengan suara yang dapat di dengar oleh seluruh penghuni ruangan.

Dimas pergi meninggalkan Sylla, ia memilih menunggu dimobil dari pada harus terus di tunjukkan belahan dada oleh para pegawai perumpuan di butik ini.

***

Sylla sedang berada lobby kantor calon jodohnya. Sylla tidak mengabari Dimas kalau ia datang ke kantornya.

Karna Sylla datang hanya untuk mengantar makan siang Dimas. Itu semua adalah paksaan dari Umi. Kalau bukan Karna umi Sylla tidak akan kerajinan membuat ini semua.

"Mana lagi tuh bapak-bapak, gak makan siang apa dia?" Sylla mencari keberadaan Dimas.

Sylla baru saja berniat untuk jalan ke arah receptionist langkah nya terhalang oleh seseorang.

"Cari siapa?" Tanya seorang pria yang melihat Sylla kebingungan.

"Oh, ini kenal sama yang namanya Dimas ga?" Tanya Sylla canggung.

"Lo tanya seluruh isi kantor juga kenal," jelas Agra.

Sylla tersenyum canggung. "Kalau gitu boleh titip ini gak?" Sylla memberikan  paper bag yang ingin ia berikan untuk Dimas.

"Kenalin gua Agra." Agra memperkenalkan dirinya dan menerima titipan Sylla.

"Sylla," balas Sylla singkat.

"Lo gak mau ketemu Dimas?" Tanya Agra.

Sylla menggelengkan kepalanya."Gue langsung pamit ya." Sylla langsung melangkah pergi, tanpa persetujuan Agra.

"Pantes langsung mau di jodohin, orang secantik bidadari surga. Gua juga mau kalo gitu," seru Agra setelah Sylla pergi beberapa langkah.

"Pinter banget Lo Dimas." Agra menggeleng-gelengkan kepalanya.

Calon jodoh

Calon jodoh:
Ngapain ke kantor?

Arsylla Maesa:
Main, sekalian lewat, tadi abis ke guardian dekat kantor bapak.

Calon jodoh:
Gue bilang, gue bukan bapak lo

Arsylla Maesa:
Semua orang di kantor pada panggil bapak, Lo biasa aja.

Calon jodoh:
Beda kelas.

Arsylla Maesa:
Oh Mandang kalangan atas dan bawah.

Calon jodoh:
Beda, Lo bukan kariawan gua.

Arsylla maesa:
Terus apa? Baby sister?

Calon jodoh:
Lebih spesial dari baby sister.

Arsylla Maesa:
Ciellah bisa aja gombalnya om.

Calon jodoh:
Dimas

Dimas terus membalas pesan aneh yang dikirimkan Sylla.

Kehadiran Agra lah yang membuat Dimas berhenti memainkan ponselnya.

"Asik banget Lo," ujar Agra.

"Mau apa Lo?"

Agra memberikan berkas ke hadapan Dimas "Minta tanda tangan lo."

Dimas menandatangani beberapa berkas dan mulai berbincang dengan Agra setelahnya.

"Pantes Lo mau di jodohin," celetuk Agra.

"Jangan mulai deh Lo."

"Abisan Lo, biasanya juga nolak Lo, anti banget di jodohin, tiba-tiba Lo mau," jelas Agra.

"Terpaksa." Dimas menjawab dengan santai.

"Tai lo, kalau terpaksa buat gua sini," tawar Agra.

"Sialan lo, emang Lo kira barang." Dimas menoyor kepala Agra keras.

"Kapan Lo nikah?" Tanya Agra.

"Bulan depan."

Agra melebarkan matanya kaget "Cepet amat, bohong Lo ya."

"Lamarannya," balas Dimas santai.

"Sialan Lo," Agra berjalan keluar membawa berkasnya setelah dirasa tidak ada lagi yang di bicarakan.

"ENAK LO YA KERJA SAMA GUA, SEENAK JIDAT LO," teriak Dimas, yang membuat Agra balik kembali ke hadapan Dimas.

"Maaf pak, maaf," Agra berusaha meminta maaf di hadapan Dimas. Karna ia tau kalau sudah seperti itu Dimas benar-benar marah dengannya.

"Minta maaf ulangin, minta maaf ulangin, sampai kapan?" Tanya Dimas serius.

"Dimas Lo beneran marah gak si?" Tanya Agra memastikan.

"Cari perusahan lain sana," sergah Dimas dengan wajah yang lebih serius.

"Pak, jangan gitu lah pak, tagihan gua lagi banyak,"  balas Agra memohon.

"Balik sana Lo keruangan Lo, serius amat muka Lo," usir Dimas.

"Sialan Lo, gua udah serius setan," sesal Agra berjalan ke luar ruangan Dimas.

"LO LEMBUR HARI INI," ujar Dimas terlihat jelas kekesalan di wajah Agra.

Agra tidak menjawab perkataan Dimas, ia hanya mengangguk dan berjalan keluar dengan sumpah serapahnya.

SYLLA DIMASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang