13

2.3K 353 39
                                    

Ujian komprehensif baru saja kelar lima menit yang lalu, tiga dosen penguji memperbolehkanku keluar dari ruangan dan siap menguji mahasiswa lain. Di depan, Jihoon menyerahkan bunga mawar padaku dan sebuah snack yang dimodif seperti tas. Dia mengenggam tanganku menagih janjinya untuk berlari mengelilingi kampus dengan selempang dan tas snack tersebut. Awalnya aku ragu akan berhasil di ujian kali ini dan kemungkinan ujian di semester selanjutnya, jadi Jihoon dan aku membuat perjanjian kalau ujian berhasil aku harus mengelilingi kampus bersamanya dengan atribut yang Jihoon berikan.

Ada gunanya Jihoon menemaniku mengelilingi kampus, dengan lengkap ia menjelaskan fungsi dari gedung-gedung fakultas yang ada di kampus kami. Selama kurang lebih 3,5 tahun berkuliah di sini, aku jarang sekali sekedar mampir ke kantin fakultas lain.

"Fakultas Psikologi sedang ujian kompre juga, ya?" Tak terasa kami sampai di fakultas Junkyu, tempat terakhir yang akan Jihoon jelaskan padaku. Mataku terpaku pada mading legendaris itu, awal terpecahnya hubunganku dengan Junkyu.

"Oh!" teriaknya. Jihoon langsung menghambur pada seorang gadis yang tampaknya lulus ujian kompre, dia memeluk gadis itu dan terlihat sangat bahagia.

"Kau kenapa tidak bilang ujian hari ini, sih? Tunggu, di mana penjual bunga dekat sini?"

"Hahaha.. Itu di depan sana dekat parkiran."

Aku tertawa kecil, "dia selalu bisa membuat orang bahagia."

Jihoon kembali membawa bunga sepaket dengan boneka burung hantu dengan toga di atas kepala boneka tersebut. Aku tidak boleh mengacaukan momen mereka, aku menelusuri sekitar kerumunan mahasiswa di sana. Aku menghela napas sebanyak mungkin ketika Junkyu mengenakan selempang kelulusan dan bertingkah seolah dia sedang bereksperimen 'lagi'. Tapi, suasana di sana tidak sepanas dulu, teman-temannya tampak menerima Junkyu dan satu persatu memeluknya memberi semangat. Junkyu sama seperti dulu, dia membiarkan orang memeluknya tapi tidak membiarkan dirinya membalas pelukan itu.

Aku berjalan menuju penjual bunga yang Jihoon datangi tadi. Sebuket bunga untuk Junkyu, tidak masalah kan?

Sepertinya aku cukup terkenal di kalangan mereka, perlahan mereka membuka jalan untukku. Aku bisa melihat dengan jelas kerutan di dahi Junkyu, mata yang terbalut kain hitam dan mulutnya terus bertanya kenapa tiba-tiba hening.

"Junkyu, kau belum putus dengan pacarmu?"

"Ya! Aku sudah bilang berkali-kali aku tidak pacaran dengan Mashiho!"

Mereka tersenyum jahil dan salah satu dari mereka mendorongku pelan bermaksud menghampiri Junkyu lebih dekat.

"Hei, ada calon wisudawati Arkeologi di sini. Park Johyun, ya?" Junkyu semakin bingung, ternyata namaku selalu diingat oleh mereka.

"Johyun?"

Aku menggulum bibir ketika Jihoon datang mencolek daguku dengan gadis yang tadi dalam rangkulannya.

"Sini, aku pegangin bunga milikmu dan tas snacknya."

Kini atribut di tubuhku menyisahkan selempang dan bunga yang aku beli untuk Junkyu. Kemudian terdengar bunyi stopwatch, seseorang mengingatkan bahwa waktu Junkyu sudah selesai.

"Tantangan kalian selesai, oke?!" seru Junkyu, sebelum ia membuka penutup matanya aku langsung memeluk Junkyu dan dia terdiam sejenak lalu berdecak kesal.

"Katanya sudah selesai, kok masih ada yang meluk?"

"Itu pacarmu, kenapa tidak dibalas pelukannya?" terbukti anak Psikologi sangat solid dalam mempererat sebuah hubungan. Aku meraih penutup mata, pupil laki-laki itu membesar namun kemudian aku merasakan salah satu tangannya berada di pinggangku dan tangan lainnya naik ke punggungku.

"Akhirnya, Kim Junkyu memeluk seorang perempuan!"

"Kau tidak apa-apa?" bisiknya.

"Maksudmu?"

"Kau perempuan pertama yang kupeluk, tidak apa-apa kan?"

"Kau first kiss ku, tidak apa-apa juga kan?"

Senyuman itu kembali lagi.

"Tidak masalah. Aku sudah sembuh makanya aku menuruti permintaan aneh mereka."

"Bagaimana klarifikasi hubungan kalian?" Aku segera menjauh dari Junkyu saat Jihoon mulai menginterogasi kami.

Hanya Jihoon yang tahu sandiwara kami, jadi sekarang mereka ribut meminta penjelasan dari Junkyu.

"Mau diresmiin sekarang, Johyun-sshi?"

"Kenapa kau bicara formal dengan pacarmu, Junkyu-ya?"

"Kalian dengar?! Bubar!" teriaknya.

Junkyu menerima bunga dariku dan tersenyum saat melihat selempang dari universitas di tubuhku. Dengan tanpa rasa malu, aku meminta feedback bunga darinya. Junkyu langsung bergerak membeli bunga yang lebih besar dari yang kubeli.

"Junkyu, ada satu hal yang harus kau tahu."

"Apa?"

"Aku belum mencintaimu, bahkan aku baru akan menyukaimu sepenuhnya."

"Aku juga belum mencintaimu, bahkan aku mulai penasaran dengan hidupmu. Ke depannya, tolong terbuka padaku. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini."

Aku mengangguk, tidak semudah itu membuat orang yang dulunya tersakiti kembali jatuh cinta. Tiap perasaan itu berbeda-beda, bagiku yang sulit jatuh cinta hubungan ini adalah tantangan baru. Kalaupun aku memilih opsi menolak Junkyu, rasa enggan itu lebih kuat daripada melepaskan laki-laki itu begitu saja. Aku menerimanya untuk mengembangkan kesempatan pertemuan kami yang sangat asing agar tidak menyesal nantinya.

"Junkyu, aku titip Johyun padamu." Jihoon menepuk pelan pundak Junkyu dan pergi bersama gadis tadi. Teman gilaku itu akhirnya punya tempat untuk bersandar.

Junkyu menggenggam tanganku tanpa gugup seperti sebelum-belumnya. Langkah kami sangat bebas, hati kami sama-sama lega, tinggal bagaimana kami menjalani hidup ke depannya menghadapi masalah orang dewasa yang tidak pernah habis bagi kami yang tumbuh tanpa peran kedua orangtua. Tetap selalu berpegangan dan tidak boleh menyakiti satu sama lain.

"Johyun, mau tinggal bersama?"

"Tidak, terimakasih."

"Aku bercanda."

"Aku juga bercanda, ayo tinggal bersama."

"Serius?"

"Iya, bersama bayangan masing-masing."

Laki-lakiku, haha.. Aku sedikit cringe menyebutnya laki-lakiku.

Laki-laki itu menarikku dalam rangkulannya dan mendaratkan ciuman manis di pipiku. Kisah kami memang sedikit aneh, tapi ini bukan pilihan yang buruk.

🔒FIN🔒

HUG | Kim Junkyu [TREASURE] ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora