19

42 7 1
                                    

Hari ini Nada banyak tersenyum, entah kenapa membuat teman-temannya merasa takut. Bahkan pagi ini Nada pun tak telat seperti biasa.

"Nad! Please jangan senyum-senyum sendiri!" seru Ilana.

"Gue yang di sampingnya aja merinding," ujar Cevilla.

Nada menatap sinis sahabatnya. "Kalian nggak bisa lihat orang senang, ya."

"Tapi lo senang kayak orang gila," cibir Selin.

"Lo!" seru Nada.

"Apa?" tanya Selin dengan wajah datar.

Karena malas meladeni Selin, ia memalingkan wajahnya keluar jendela. Tak lama terdengar pintu yang di buka secara paksa menyebabkan bunyi debuman yang kencang.

"Parah! Lagian pake acara cabut!"

"Bodo! Lo juga ikutan, kan!"

"Kena semua kita!"

Debuman tersebut berasal dari teman-temannya yang membuka pintu secara paksa.

"Lo pada ngomongin apa?" tanya Nada.

Karena membuka pintu secara paksa, mereka akhirnya jatuh bersamaan.

"Tadi pas mau bolos kita hampir ketahuan Pak Killer!"

"Lagian si Bear make acara ke kantin dulu!"

"Bear?" ulang Nada.

Serentak mereka menunjuk manusia yang bernama Fahri.

"Lah, Fahri panggilannya Bear, ya," ejek Nada.

Sedangkan Fahri menatap sinis ke arahnya. "Diem lu Nenek Sihir," balasnya.

"Ngomong apa barusan!" sentak Nada.

"Nenek Sihir!" seru Fahri dengan menekan setiap kata.

Karena kesal dipanggil Nenek Sihir ia pun berjalan ke arah Fahri lalu mengetuk kepalanya.

"Ssh, sakit!"

"Bodo!"

Nada kembali ke tempat duduk setelah berhasil mengetuk kepala Fahri. Tiba-tiba seorang guru datang, teman-temannya yang masih duduk di depan kelas karena terjatuh bersamaan pun berlari menuju kursi masing-masing.

"Siapa tadi yang mau bolos!" seru Pak Killer yang tiba-tiba datang.

"Mampus kalian," ujar Nada dengan seringainya.

***

Ketika jam istirahat tiba Nada dan teman-temannya langsung menuju kantin. Namun di pertengahan jalan Nada dipanggil oleh seseorang.

"Nada!"

Ia berbalik kemudian ekspresinya datar seketika.

"Apa?" tanyanya ketus.

"Ck, santai aja, dong," ejek Ara.

Di hadapannya adalah Ara. Manusia itu yang membuatnya pindah rumah selama beberapa hari.

"To the point," ujar Nada.

Ara mengangguk. "Tapi gue mau ngomong di suatu tempat aja bukan di sini," kata Ara.

Teman-temannya pun meninggalkan dirinya dengan Ara. Kemudian Ara berjalan lebih dulu, ia mengikuti dari belakang. Sesampainya di taman Ara berbalik dan menatapnya sinis.

"Mau lo apa, sih?" gerutu Nada.

Ara tersenyum miring. "Mau gue adalah lo jauhin Angkasa."

"Jauhin?" ulang Nada.

"Ya, karena Angkasa adalah milik gue. Dia itu pacar gue," ujar Ara.

Nada menghela napas sejenak lalu menatap Awan di atas sana.

"Ya kalau lo sendiri yang ngomong gue percaya," kata Nada.

Ara pun tersenyum penuh kemenangan.

"Tapi kalau bukan Angkasa sendiri yang ngomong... gue nggak percaya," tambah Nada.

Senyum di bibir Ara seketika menghilang. "Lo harus percaya kalau Angkasa itu pacar gue!" geramnya.

Nada berjalan ke arah kolam lalu duduk di dekat kolam. Ia menatap Ara dengan ekspresi datar.

"Perlu gue panggil Angkasa ke sini buat ngakuin lo sebagai pacar?" tanya Nada.

"Lo harus percaya!!" teriak Ara.

Terdengar suara tawa Nada yang membuat Ara mengepalkan tangan.

"Atas dasar apa gue mesti percaya, hah?"

"Lo!"

Terdengar derap kaki menuju keduanya. Membuat mereka menoleh untuk melihat siapa yang datang. Nada yang tersenyum senang melihat kedatangan seseorang tersebut sedangkan Ara menunduk.

"Halo, Angkasa," sapa Nada.

Angkasa hanya tersenyum sebagai balasan karena Nada menyapanya.

"Lo bilang ke Nada kalau gue adalah pacar lo?" tanya Angkasa dengan menekan setiap kata.

Ara mengangguk ragu. "Ya," jawabnya.

Tanpa disangka, Angkasa mengelus rambut Ara. Melihat hal tersebut membuat Nada mengernyit.

"Karena lo bilang ke Nada gue pacar lo. Sekarang gue bakal tanya sesuatu ke lo," ujar Angkasa.

Ara menatap cowok di depannya kemudian menunduk.

"Kapan gue jadian sama lo?" tanya Angkasa.

gadis itu terdiam.

"Oh, gini aja. Tanggal berapa gue jadian sama lo?" tanya Angkasa sekali lagi.

Ara mengangkat kepalanya dan menatap cowok di depannya. "Kemarin," jawabnya.

Mendengar jawaban Ara, Nada pun tersenyum miring. "Kapan tepatnya? Pulang sekolah? Jam istirahat?" tanya Nada.

"Pulang sekolah," jawab Ara cepat.

"Pulang sekolah, ya," desis Angkasa.

Nada berdiri dari duduknya lalu menatap tajam Ara.

"Kemarin pulang sekolah gue bareng Angkasa," ujar Nada.

Ara menggeleng. "Setelah anterin lo Angkasa ketemuan sama gue," kata Ara.

Angkasa menatap gadis bernama Ara dengan wajah datar.

"Pulang sekolah sehabis mengantar Nada gue langsung balik ke rumah," ungkap Angkasa.

Merasa terpojok ia pun menunduk.

"Lo ketahuan bohong," decak Nada.

Angkasa mendekati Ara lalu mengangkat dagu gadis itu.

"Sampai lo bohong tentang gue yang jadi pacar lo ke orang-orang. Gue pastiin lo nyesel," ujar Angkasa lalu menarik lengan Nada dan pergi dari sana.

Menyisakan Ara yang menunduk sambil mengepalkan tangan.

"Awal lo Nada," geramnya.

***

Halo selamat malam semua 👋

Jangan lupa vote and komen ya 📌

Jangan lupa next juga ➡

Terimakasih sudah baca cerita aku 💜

Happy reading 📖

Tbc

NADA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang