23. Hang in There

469 70 14
                                    

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Perasaan asing serasa mencekik leher Joy kala dirinya dan Irene memasuki rumah megah nan bertahun - tahun mereka telantarkan di tangan orang - orang yang bukan pemilik asli. Bersama Yeri memimpin barisan pendek itu, mereka bertiga mendadak berhenti dengan jarak berbeda - beda. Menatap punggung Yeri cukup lama sudah dicantumkan dalam list kebiasaan Joy sejak beberapa menit lalu. Ingat sekali seberapa muram wajah anak itu saat Joy menemukan dia duduk di bangku besi depan ruang perawatan intensif dimana tidak ada yang boleh masuk kecuali petugas medis sendiri. Lalu tak lama setelahnya Ia sadar bahwa diantara  tiga bersaudara itu hanya Yeri yang dibebaskan dari pilihan hidup atau mati. Wajah Seulgi dan Wendy nan sedikit tertutup oleh seperangkat nebulizer  masih membekas jelas di kepala Joy. Menjadikan tatapan miris tak bisa dihindarkan dari matanya.

"Kamar kalian mungkin sedikit berdebu karna tak pernah digunakan semenjak malam itu."

Suara rendah, parau, dan serak menarik dua bersaudara kembali ke kenyataan setelah sibuk berkutat dengan pikiran masing - masing.

"Kau tidak memberitahu ibumu?"

Untuk pertama kali setelah beberapa menit Yeri memberanikan diri berbalik, menatap dua orang dewasa di hadapan usai mendengar pertanyaan datar Irene. Joy menahan dirinya sendiri untuk tidak mengerutkan hidung melihat betapa berantakan keadaan Yeri. Baru benar - benar bisa memperhatikan Yeri sekarang, Joy menyadari bahwa Yeri tak sekuat kelihatannya. Dari sorot mata itu Joy dapat cepat menyimpulkan, ada kedukaan besar tengah menyerang hatinya habis - habisan.

"Eomma mungkin akan datang lusa." Jawabnya singkat.

"Bagaimana dengan appa–ku?"

Joy menoleh cepat kearah kakaknya sendiri. Memang benar panggilan tersebut seolah sudah dipatenkan hanya untuk Irene dan Joy dalam keluarga ini. Namun tetap saja, menurut Joy, tidak tepat untuk mendeklarasikan kepemilikan dengan tambahan 'ku' di situasi suram seperti sekarang.

"Entahlah, mungkin juga ikut kemari."

Kemudian kembali hening dengan Irene mengambil langkah menaiki tangga menuju kamarnya. Mungkin keputusan untuk menemani Yeri sampai Seulgi dan Wendy bangun dari koma bukan pilihan yang begitu bagus namun juga tak sepenuhnya beresiko. Lagipula jika dipikir - pikir, Irene benar mengenai salah siapa Seulgi dan Wendy meregang nyawa. Jadilah perempuan tertua itu mengambil alih sesaat peran Seulgi dan Wendy sebagai penjaga Yeri. Hanya karena pertanggung–jawaban, bukan berdasarkan hati.

Tersisa dua gadis muda masih berhadapan tanpa kata. Tak tahan lagi atas keheningan mencekat tenggorokan, Joy lantas melewati Yeri dengan sedikit menyenggol bahu kanan sambil berkata pelan.

"Kemarilah."

Tidak butuh waktu lama, keduanya sudah duduk berhadapan terpisahkan oleh minibar dengan sebuah mug putih mengepulkan asap di depan Yeri.

"Minumlah. Kau terlihat seperti mayat berjalan."

Merasa sudah selesai melakukan apa yang mengganggu hatinya, Joy bangkit; berintensi untuk meninggalkan Yeri sendirian bersama coklat panas buatan Joy sampai tahu - tahu Ia berhenti karena merasakan sesuatu melingkari pergelangan tangannya.

Berbalik, Joy mendapati gadis yang masih terduduk di bangku tinggi menunduk dalam sambil mengeratkan genggaman di pergelangan Joy diam - diam.

"Aku ingin unnie menemaniku sebentar saja. Apakah itu keinginan yang sangat berlebihan?"

Tak memberi jawaban, hanya aksi. Seiring Yeri mengendurkan tangannya sampai kembali ke mug diatas counter minibar, Joy sudah duduk lagi di hadapan Yeri.

Berangsur meremas tangan sendiri, Joy merasa bila dirinya mulai menjadi gila karena tanpa sadar gambaran bahwa Ia tengah membelai rambut Yeri penuh perhatian serta–merta terlintas di kepala. Tangannya terasa gatal atas dorongan di pikiran nan menurutnya sangat tak masuk akal itu.

Jangan konyol, Park Sooyoung. Kau membenci dia dengan segenap hatimu! , Batin Joy mengingatkan kembali situasi diantara mereka, Joy malah merasa semakin frustasi.

Bertarung di dalam, Joy akhirnya menyerah dan berdiri dengan mendorong kursi nan Ia duduki keras - keras. Menjadikan Yeri mendongak bersama mata bulat menggemaskan, menyiratkan kebingungan.

Persetan dengan batasan!!

Tak butuh sepersekian detik, Joy berhasil membuat mata bulat Yeri semakin membelalak kala Ia melewati tubuh Yeri sembari mengacak rambutnya agak kasar. Tapi bukan itu saja yang mengejutkan Yeri, melainkan kata - kata nan ikut dilontarkan padanya bersamaan dengan tindakan tersebut.

"Bertahanlah, Kim Yerim."

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Regards
- C

Half of Mine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang