O2.

1.8K 174 37
                                    

Jisoo baru saja sampai di apartemennya. Bersamaan dengan ia melepas pantopel berhaknya, suara dering ponsel terdengar, sebuah pesan baru masuk.

Jisoo melempar tas ke atas sofa kemudian melepas cardigan dan terakhir melepas ikatan rambutnya. Rambutnya ia sisir menggunakan jari-jarinya sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil minum.

Sepertinya, aku harus me-release produk baru musim ini yang merupakan design original-ku, fikir Jisoo sambil meneguk minum.

Suara ponsel yang berdenting kembali terdengar kali ini dua kali berturut-turut.

Ia beranjak ke sofa dan duduk bersandar, meraih ponselnya. Jam 11 malam, awas saja jika ini spam message!

Eomma
Jisoo-aa, besok datang lah ke hotel Tiāntáng. Pakai pakaian yang cantik dan berdandan yang menarik.

Keramas saat pagi dan luluran. Lalu, jangan sampai telat, mengerti?

Kernyitan terbentuk pada dahi Jisoo setelah membacanya. Eomma-nya seakan mau membawanya pada kencan buta saja.

Yah, itu akan baik-baik saja selama hanya kencan buta saja.


Jisoo
Arraseo, eomma


***


Keesokan harinya, jam 8 pagi ia masih di apartemennya, semalam Jisoo sudah menginformasikan pada sekretaris sekaligus manajer toko bahwa ia akan datang agak siang jika 'meeting' ini selesai dengan cepat.

Jangan bertanya bagaimana tanggapan kedua karyawan yang memang dekat dengannya itu.

"Selamat menikmati kencan buta anda, Direktur, " tutur Yoojungsekretarisnyadengan nada jahil.

"Tidak perlu memikirkan keadaan kantor. Jangan datang hingga pagi besok!" ancam Yejin, manajernya.

Lagi pula kencan buta hanyalah kencan buta, tidak pernah ku dengar kencan buta berubah menjadi pelaminan, fikir Jisoo sambil bercermin untuk terakhir kali sebelum ia pergi dari apartemennya.

Semalam eomma berpesan, lagi, agar ia naik taksi untuk pergi ke sana dan melarangnya untuk mengendarai mobil sendiri. Di sini lah Jisoo, duduk di kursi belakang taksi memandang keluar jendela.

"Di era milenial begini, apa hubungannya kencan buta dengan mengendarai mobil? Benar-benar tidak bisa di mengerti," gumam Jisoo.

Tak lama taksi yang membawanya sudah sampai di pelataran hotel Tiāntáng. Setelah membayar tarif ongkos, Jisoo berjalan memasuki gedung hotel bintang 8 tersebut.

Restoran Chovsky berada di lantai 10. Jisoo masuk ke dalam salah satu lift dan menekan tombol berangka 10. Semakin tinggi lantai disuatu hotel, nilai sewanya semakin mahal, ia penasaran siapa yang mereservasi meja di restoran Chovsky.

Ting.

Pintu lift terbuka dilantai 7, hanya ada seorang pria. Tanpa sadar Jisoo menatap wajahnya sekilas, wajah yang tampan. Pria itu berdiri di sisi yang berlainan dengannya. Lumayan tinggi juga.

Life After Marriage [Jimsoo]Where stories live. Discover now