23 - Oneiro

11 3 0
                                    

Terkadang mimpi tidak dapat disadari dengan spontan ketika seseorang sedang mengalaminya. Mimpi sedikitnya terasa sangat misterius seperti kedengarannya. Tetapi tidak ada seseorang yang dapat menyangka jika sebuah mimpi dapat menjadi sesuatu yang penting di kehidupan nantinya.

Sienna terbangun di suatu tempat. Pakaiannya serba putih, yang mana sangat tidak identik dengan caranya berpakaian tanpa warna lain yang melengkapi. Pemandangannya baik-baik saja—atau setidaknya itulah yang ia pikirkan saat ini. Lebih anehnya, ia tidak bisa mengingat hal terakhir yang lakukan sebelum berakhir di tempat ini.

Semuanya terasa sangat nyata. Udara yang berembus, napas yang ia ambil, tanah yang dapat ia rasakan dengan jari-jarinya ketika ia menyentuh, hingga terik matahari yang terasa membakar kulit secara perlahan.

Kakinya beranjak dari tempat itu. Seiring langkahnya mengikuti jalan setapak yang seolah diciptakan untuknya, pohon-pohon mulai terlihat. Bukan seperti sudah ada di sana, tetapi seperti muncul untuknya. Lalu tanah mulai menanjak, dan matahari mulai memuncak di atas langit. Rasanya aneh, batin Sienna.

Sampai di atas yang ternyata adalah bukit, pemandangannya menjadi sedikit berbeda—setidaknya apa yang ia lihat di kejauhan. Walaupun demikian, Sienna tidak terlihat terkejut, dan bisa dikatakan bahwa sesuatu yang ia tatap terlihat wajar-wajar saja baginya. Ya, rasanya seperti sebuah mimpi, namun Sienna tidak bisa secara pasti yakin bahwa ini adalah mimpi. Mimpi... mimpi tidak pernah terasa senyata ini.

Dari tempatnya berdiri, di kejauhan ada pemandangan yang masing-masing terlihat sangat kontras antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing bangunan yang berada di kejauhan itu terlihat berbeda satu sama lain. Bukan, bukan bangunannya, namun pemandangan di sekitarnya yang terlihat seperti berada dalam musim-musim berbeda. Semi, panas, gugur, salju. Semuanya ada. Kemudian Sienna teringat sebuah sebutan untuk apa yang sedang ia lihat, mainan bola kaca. Bola kaca yang isinya pemandangan. Begitu unik, dan yang ini bisa ia lihat secara nyata, atau setidaknya terlihat seperti itu.

Sienna menatap ke satu per satu bangunan tersebut. Semuanya terlihat begitu asing, namun tidak dengan satu bangunan spesifik yang berada di tengah, seolah berperan sebagai pusatnya. Sienna bisa mengenali karena bangunan itu memang adalah akademi. Akademi Palawan. Semuanya terlihat hancur seperti yang ia ingat terakhir kali ketika meninggalkan tempat tersebut. Sienna mengernyit bingung. Kenapa ada akademi di antara bangunan-bangunan lain yang tidak ia ketahui?

Lalu rasa penasaran lain menghinggapi Sienna. Ada apa di sana? Mengapa semuanya terlihat berbeda? Di mana keberadaan Sienna sekarang? Namun yang paling penting adalah, apakah ini benar-benar sebuah mimpi?

Sebelum Sienna kembali melangkah, tiba-tiba matahari lenyap. Semua yang berada di sekitarnya menjadi gelap. Namun anehnya, "bola kaca" yang berada di kejauhan itu terlihat seperti memiliki sumber sinar mataharinya sendiri. Hal pertama yang diambil Sienna adalah menciptakan api. Dengan sebuah jentikan kecil, api muncul di ujung telunjuknya. Beberapa langkah ia ambil, dan sebuah cahaya lain yang misterius muncul tidak jauh di depannya.

Entitas itu berbentuk bola, dengan sumber yang terlalu terang untuk ditatap secara langsung. Sienna mengambil jarak agar silaunya tidak begitu terasa. Kemudian suara datang dari bola tersebut.

"Sienna," kata entitas cahaya itu. "Aku sudah menanti kedatanganmu."

Awalnya Sienna sempat tidak yakin bahwa suara itu berasal dari entitas cahaya tersebut. Ia menoleh dan mencari, namun ia cukup yakin bahwa telinganya tidak berbohong. Suara itu memang berasal dari bola cahaya yang ada di hadapannya. Suara yang sangat familier namun terasa sangat susah untuk mengingat-ingat suara itu milik siapa.

"Si... siapa kau?" tanya Sienna dengan nada ragu, kernyit di dahinya muncul lagi. "Bagaimana kau tahu namaku?" lanjutnya tak kalah ragu dengan kalimat sebelumnya. Ia berusaha untuk memberanikan diri dengan mengangkat tangan kirinya, lalu mencoba meraih dan menyentuh fisik dari entitas tersebut, namun entitas tersebut mengelak dengan ramah seiring tangan Sienna berada di jangkauannya. Sienna buru-buru menarik kembali tangannya.

The King's MoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang