Untold story : yang terbuang

1.6K 324 10
                                    

Karena setiap orang mempunyai alasan sendiri untuk jatuh cinta" - My sweet sin, Rangga Wirianto Putra.








Haruskah ku mati, karenamu
Terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu

Suara alunan lagu yang Juno nyanyikan, menyiratkan bagaimana perasaannya hari ini. Perasaannya yang sama, pun setelah 3 tahun berlalu. Melalui lagu itu, aku bisa melihat serapuh apa Juno kini. Seseorang yang ia cintai, mencintai lelaki lain. Ia juga miliki rasa tabu, tapi dengan hanya melihat Haryang ada di dekatnya, dalam jarak terdekat pandangnya, suatu kecukupan untuk Herjuno Apriandi. Tapi kini, semua itu hilang. Hanya tinggal rasa yang belum mau hilang.

"Aku salah ya, Mas. Aku menghancurkan beberapa orang hanya karena janjiku pada Haryang" ungkapku, perasaan sedih dan bersalah itu masih bergumul. Posisiku seperti menelan buah simalakama.

Hanya dengan melihat Juno duduk sendirian di gazebo belakang rumah, menyenandung sembari sesekali menyeka air matanya. Dosa besar aku tanggung sendirian.

Mas Langga hanya bisa mengulum bibir. Tak mengiyakan maupun menyalahkan. Dipandanginya gazebo, mengingat jika tempat itu tempat ternyaman ketika Mas Langga dan Haryang juga aku menghabiskan hari.

"Ri, aku gak tau ini kesalahan siapa. Tapi dari kita semua tak ada yang merasa bahagia. Sempat mas berpikir, jika salah mas memperkenalkan Kian pada Haryang. Nyatanya, waktu juga gak bisa diputar ulang."

"Mas, aku ra ngerti meneh. Nek aku tau mbiyen akhirannya begini, aku moh ngiyai Haryang!"

Aku menutup seluruh wajahku. Menangis sekeras mungkin jika bisa. Hingga habis air mata yang kupunya. Hanya karena menyatukan dua hati, banyak perasaan yang berakhir rusak. Banyak yang berakhir luka. Budhe Irene, Mas Langga, Juno bahkan tunangan Mas Kian, mbak Anjani. Sebanyak itu aku menorehkan luka untuk mereka.

Aku menanggung luka mereka, seorang diri. Hanya demi kebahagiaan Haryang.







"Mbak Ri, kalo Haryang berakhir seperti Chandra, mbak masih mau sayang sama Haryang?"

Diantara derai hujan, Haryang bertanya setelah aku resmi selesai dengan naskah Chandra. Aku menatapnya, meminta sedikit penjelasan akan pertanyaannya yang rancu.

"Maksudnya?"

"Haryang mengalami penyimpangan seksual. Gay, seperti Chandra?"

Berpikir sejenak, sebab kupikir tak mungkin Haryang bisa mengalami itu hingga aku hanya mengiyakan.

"Asal kamunya bahagia, mbak bahagia untuk kamu"

"Masih sayangkan seandainya Haryang bilang mau coming out dan mbak orang yang pertama tau?"

Aku mengangguk lalu tersenyum.

"Iya. Udah mbak bilang bahagia kamu bahagia mbak juga."










Sebab kupikir dulunya hanya percakapan basa-basi semata. Tak akan menjadi nyata.






"Mas, aku mau ke Klaten. Ke tempat mbak Anja. Bisa kasih tau alamat lengkapnya?" pinta ku setelah menghapus kasar air mataku yang ke sekian.

Mas Langga yang masih setia melihat gazebo itu hanya mengangguk. Membuatku sedikit tenang. Aku ingin melihat dan meminta maaf pada mbak Anjani. Tekadku hari ini.

Ponselku bergetar, membuatku mau tak mau merogohnya di saku celana. Sebuah panggilan video, dengan caller-id Haryang.

"Mas, Haryang menelpon."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Setelah ku baca ulang, ternyata cerita ini alurnya kecepatan. Jadi ya, kita penuhi saja hehehehe

Arkian & Haryang || Kunyang ✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang