Part 3-Bad News!

42 10 7
                                    

The moon loves night. But, sakura hates it...

Sakura loves sunlight. But the moon hates it...

Sakura and the moon... Will they be all right?

Aku menutup laptopku dengan kasar. Akhirnya tugas UASku selesai!

Terimakasih banyak untuk pidato panjang Dava. Berkat dia, aku gagal membututi Rai dan bisa segera mengerjakan tugas UAsku. Ya, walaupun itu butuh waktu yang sangat lama. Menumpuknya pikiran di otakku membuat kinerjaku menurun tiga kali lipat dan meningkatkan kemampuan melamunku lima kali lipat.

Tadi, setelah Dava tahu isi surat yang dikirimkan Raya, dengan cepat ia mendudukkanku kembali ke ranjangnya dan memberiku segudang wejangan.

"Nanti kalo ada Raya, jangan terlalu dekat-dekat. Kalo ada aktivitas penting yang mau dilakukan bareng Raya, harus izin ke aku dulu. Kamu tahu kan, Raya suka sama kamu?! Oh, Tuhan! Kenapa adikku harus seperti bidadari sih, sampai banyak yang deketin!!! Bisa Gila, akuuuu!" Dava mengeraskan suaranya dengan frustasi.

Ucapan Dava sebenarnya mengandung dua kesalahan. Pertama, aku tidak seperti bidadari. Kedua, tidak banyak yang mendekatiku karena ada dua macan over protective yang akan mencakar mereka jika mereka berani dekat-dekat. Dan Raya adalah salah satu yang ternekat.

Ceramah panjang Dava begitu membuat telingaku panas. Aku terus menyebut kata UAS sebagai alasan untuk kabur, tapi Dava tidak mau menggubrisnya.

"Dava Prasetya!" Ucapku penuh penekanan.

Dava membatu. Dia sadar bahwa ketika aku menyebut namanya tanpa embel-embel kakak, itu berarti dirinya sudah melakukan sesuatu yang kelewatan.

"Ah... Maaf..." bisiknya sembari menunduk.

"Aku harus UAS. Kakak paham?" ujarku melunak, tak tega melihat wajah bersalahnya.

Dava hanya terdiam. Dia tampak menyesal.

Tak ingin buang-buang waktu, akupun segera berdiri dan meluncur ke lantai atas.

Begitulah drama yang terjadi tadi siang (menjelang sore) sebelum aku bisa sampai di kamarku.

Krucuk... krucuk...

Kudengar perutku berbunyi cukup keras. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan aku belum makan apapun dari tadi siang.

"Ah, iya! Roti dan susu!" Seruku seraya mengambil susu cokelat pemberian Dion.

Tiga jam yang lalu, Dion datang ke kamarku untuk mengajak makan malam.

"Ay, ayo makan malam dulu! Semua udah pada kumpul di ruang makan soalnya ada hal penting yang mau ayah dan ibu omongin," begitu katanya.

Tapi karena aku sedang 'keasyikan' ngelamun (disambi mengerjakan UAS), akupun menolak dan membawa-bawa kata 'deadline' sebagai alasannya. Untungnya, Dion mau mengerti.

Sebagai ganti keabsenanku di acara makan malam tersebut, Dion membawakanku roti dan susu.

"Buat ganjel perut," ucapnya ceria.

"Nanti sebelum tidur, kakak bakal balik ke sini lagi buat beritahu kamu tentang obrolan kami. Sekalian juga buat nanyain kamu, barangkali laper dan mau dimasakin sesuatu..." kata Dion sambil membuka lemariku.

Dikeluarkannya sebuah jaket tebal dan sepasang kaos kaki katun. Kemudian, ia meletakkan benda-benda tersebut di atas meja belajarku.

"Nih, dipake! Kamu kan gampang kedinginan..." Ucapnya tadi sebelum pergi meninggalkan kamar.

SAKURAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang