007

14.6K 1.5K 283
                                    

HAPPY READING!

Zaskia hanya menunduk takut. Ia sudah gemetar melihat Rasyid yang seperti ini. Padahal Zaskia tahu Rasyid tidak pernah bersikap seperti ini sebelum. Satu tangan Zaskia memegang kuat dadanya, napasnya terasa tersekat. Sebisa mungkin Zaskia tahan, ia langsung beralih menuju tas selempangnya yang tergeletak di atas nakas lalu mencari sesuatu yang bisa menghilangkan sesaknya.

Inhaler yang Zaskia dapat langsung dihirup dalam-dalam. Rasyid yang belum sepenuhnya pergi dari kamar, kembali membuka pintu ketika merasakan adanya suara sesak Zaskia . Jelas saja itu membuat Rasyid tertegun, betapa bodoh dirinya jika ia lupa kalau Zaskia mempunyai asma yang kapan saja bisa kambuh.

"Kia!" gumam Rasyid sambil mendorong pintu, berjalan cepat menuju Zaskia yang sudah meringkuk di lantai dengan inhaler di mulutnya.

Satu tangan Rasyid segera menyentuh bahu Zaskia. Membuat gadis itu langsung mendongak menatapnya. Wajah pucat, mata sayu dan napas yang belum teratur yang Rasyid tangkap dari Zaskia sekarang.

"Asma kamu kambuh?" tanya Rasyid khawatir. Jujur, Zaskia bahagia mendengar kekhawatiran di nada suara Rasyid.

Dengan lemah Zaskia mengangguk. Satu tangannya terus menekan dadanya yang terasa sakit.

"Maafin saya, Kia," ucap Rasyid, kemudian mengaitkan tangan kanan di bawah lutut Zaskia dan satu tangan lagi dikaitkan di pinggang Zaskia. Mengangkat tubuh gadis itu ke ranjang.

"Kenapa minta maaf?" lirih Zaskia. Ia terus menatap Rasyid yang sedang hati-hati meletakkan tubuhnya di ranjang.

"Istirahat, saya ambilkan makanan buat kamu." Bukannya menjawab pertanyaan Zaskia, Rasyid malah mengalihkannya dan segera melangkah keluar dari kamar, bersama hati dan pikirannya yang berkecamuk.

Baru saja ingin melangkah satu tangan Rasyid di cekal oleh Zaskia. Gadis itu menatapnya dengan tatapan teduh, penuh kedamaian, tapi kenapa saat Rasyid melihat itu ia tidak mempunyai perasaan apapun terhadap Zaskia?

"Butuh yang lain?" tanya Rasyid, menatap Zaskia lekat-lekat.

Zaskia menggeleng pelan. Ia masih setia memegang pergelangan tangan Rasyid.

"Aku butuh kamu, Rasyid," ucap Zaskia lembut.

Rasyid yang berdiri terdiam kaku mendengar penuturan singkat Zaskia. Oh, Allah ini sungguh membuat Rasyid bingung. Zaskia istrinya tapi hatinya seakan berlayar di perempuan lain. Menghela napas, Rasyid duduk di tepi ranjang. Kedua tangannya teralih untuk menggenggam erat jemari Zaskia. Matanya menatap ke dalam manik mata Zaskia.

Rasyid menemukan sejuta ketulusan dan cinta dimata itu. Tidak seharusnya, Rasyid memikirkan gadis lain disaat istrinya sedang terbaring lemah seperti ini. Apa Rasyid tega menyakiti Zaskia lebih dalam lagi?

"Kia, untuk saat ini saya belum mempunyai perasaan apapun sama kamu," ucap Rasyid. Setidaknya, Zaskia harus tau bahwa saat ini hati dan cintanya masih tertuju pada Melody. Gadis yang sudah berhasil membuat Rasyid jatuh cinta.

Zaskia hanya tersenyum tipis. Semua orang akan tahu jika itu senyuman penuh luka. Senyuman palsu untuk menunjukkan jika Zaskia baik-baik saja.

"Hati dan perasaan saya tertuju pada orang lain," lanjut Rasyid.

"Apa orang itu Melody?" tanya Zaskia. Sebulir air Zaskia jatuh disudut matanya berakhir di atas bantal.

Dengan mengalihkan tatapannya, Rasyid mengangguk pelan. Rasyid harus jujur, ia tidak ingin jika gadis itu terus tersakiti olehnya.

"Apa aku jahat, udah ambil kebahagiaan kalian?" tanya Zaskia pilu, jujur hatinya sangat sakit, sebisa mungkin Zaskia menahan sakit di dadanya. Jantungnya seakan lemah menerima kenyataan ini.

Rasyid yang mendengar suara lirih Zaskia, langsung menatap mata Zaskia. Rasyid kembali meringis saat melihat airmata keluar di sudut mata Zaskia. Sudah berapa kali Rasyid membuat airmata Zaskia keluar? Ia memang pria jahat. Menyakiti perempuan yang hatinya sangat tulus padanya.

"Tidak, Kia," balas Rasyid pelan. Satu jempolnya menghapus airmata Zaskia dengan lembut, membuat Zaskia memejamkan matanya sejenak.

"Aku rela dimadu Rasyid, asal kamu tidak menceraikan aku dan kamu akan bahagia," suara Zaskia terdengar menahan isak tangis, terlihat jika bibir Zaskia bergetar dan mata yang memerah. "Karena aku sangat mencintai kamu, hanya kamu yang aku pinta sama Allah."

"Kia, masih banyak jalan menuju surga. Kamu akan tetap jadi istri saya tanpa ada istri kedua."

"Tapi kamu tidak bahagia denganku, Rasyid."

"Kia, saya sudah pernah bilang kalau saya akan belajar mencintai kamu. Saya mohon, buat saya jatuh cinta sama kamu," kata Rasyid memohon, telapak tangannya menempel pada pipi mulus Zaskia. Lalu mengelusnya pelan. "Dengan begitu kita akan sama-sama bahagia, Kia."

Bibir Zaskia melengkung indah, matanya menatap Rasyid sungguh-sungguh. Berharap pada Allah jika ia bisa membuat Rasyid jatuh cinta kepadanya.

"Tetap bertahan sama aku, Rasyid, sampai Allah panggil aku." Zaskia bangkit dari baringnya, lalu memeluk Rasyid erat-erat, menumpukan dagunya di bahu Rasyid.

"Pasti, Kia!" rasanya sungguh menyejukkan bagi Rasyid setelah mengatakan yang sejujurnya. Ia langsung membalas pelukan Zaskia, mencium sekilas bahu Zaskia."Terimakasih, Kia. Saya harap kamu terbiasa dengan sikap buruk saya."

Perlahan keduanya melepas pelukan, dan saling, menatap satu sama lain. Zaskia dengan senyuman manisnya dan Rasyid yang meneliti wajah cantik Zaskia. Tapi, kenapa gadis secantik Zaskia tidak bisa menggetarkan hatinya?

"Nanti bilang sama aku kalau kamu tetap nggak bahagia sama aku, Rasyid," kata Zaskia.

"Iya, Kia." Rasyid tersenyum tipis, kedua tangannya menangkup wajah Zaskia lalu membawa lebih dekat dengan wajahnya, kemudian bibir Rasyid mendarat lembut di kening Zaskia. Membuat hati Zaskia terasa damai dan tenang. Ia merasa dicintai dengan sungguh-sungguh.

***

Alaska langsung menutup pintu kamar dengan kasar, ia berjalan menuju balkon kamar dengan Senja yang mengikutinya dari belakang. Alaska takut, takut jika anak keduanya memang akan menjadi seperti dirinya. Kasar, suka membentak dan mudah emosi. Alaska tidak ingin Rasyid menjadi seperti itu.

"Sayang," lirih Senja sambil menempelkan telapak tangannya pada punggung tangan Alaska yang sedang menggenggam erat pembatas balkon.

Mata Alaska terus menatap ke depan. Mengingat jika ia mendengar suara bentakan Rasyid pada Zaskia tadi. Apalagi Rasyid berteriak persis seperti dirinya waktu dulu.

"Senja, kita harus bagaimana? Aku gak mau Rasyid jadi kayak aku," kata Alaska, menoleh pada Senja disampingnya.

Senja tersenyum tipis, menatap Alaska dalam-dalam.

"Kamu ingat kita dulu, sayang? Kamu juga gak mencintai aku kan? Tapi seiringnya berjalannya waktu dan kita terus tinggal disatu atap yang sama, rasa cinta itu hadir pada diri kamu, sampai kita bisa bahagia sekarang ini," kata Senja lembut dan sungguh menenangkan bagi Alaska yang mendengarnya. "Aku yakin, Rasyid pasti bisa mencintai Kia."

Alaska menghela napas panjang, ia langsung memeluk Senja menyembunyikan wajahnya di ceruk leher istrinya, mendekap wanita itu dalam-dalam. Hanya wanita inilah yang mampu membuat Alaska tenang dan damai.

"Tapi, kalo Rasyid tidak bisa mencintai Kia, aku akan menikahkan Rasyid sama Melody," ucap Alaska.

Kini giliran Senja yang menghela napas panjang sambil melonggarkan pelukannya, dan menangkup wajah Alaska.

"Sayang, perempuan mana yang gak sakit hatinya saat dirinya dimadu? Kia pasti sakit. Aku tahu kamu mikir kebahagiaan Rasyid, tapi Allah sudah pasti menyiapkan kebahagiaan Rasyid di depan sana. Kita cuma bisa berdoa semoga Allah bisa memberikan rasa cinta untuk Rasyid pada Kia."

Satu kecupan singkat mendarat mulus di kening Senja, membuat Senja lekas memejamkan matanya.

"Kalo Kia setuju dimadu, aku akan menikahkan Rasyid sama Melody."

-----SEE U!-----

Assalammualaikum TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang