bag 8. Rencana

245 33 0
                                    

Lagi lagi jam pelajaran kosong sampai pulang. Padahal dulu sewaktu kelas 1 dan 2 sangat susah untuk merasakan jam kosong. Tapi semenjak kelas 3, hal itu sangat lancar. Mungkin karena teman teman selalu berharap setiap harinya adalah jam kosong. Atau mungkin anak kelas 3 diberi waktu istirahat terlebih dahulu karena baru saja melaksanakan Ujian semester.

Aku, Daneen, Bulan, Fauzan dan Ervan memutuskan untuk bersantai di balkon belakang ruang musik. Selain sepi, tidak ada guru guru yang mau berpatroli ke tempat itu. Rumornya ruang musik adalah ruang berhantu. Karena guru guru yang berpatroli sering melihat alat alat musik yang menyala di ruangan tersebut. Begitu dilihat, tidak ada orang sama sekali.

Kami memutuskan untuk bermain kartu remi. Jika biasanya Bulan yang sering tertidur, kali ini digantikan oleh Daneen. Dia sudah tertidur beralaskan jaket Fauzan dan Ervan dengan bantal yang sengaja dia ambil dari sanggar pramuka. Katanya kemarin malam dia habis rapat online bersama anak pramuka lainnya.

"Siapa nih yang dapet 3 keriting?" tanya aku sambil menata remi yang kudapat. Kali ini kami memainkan permainan poker.

"Nyoh," ujar Ervan sembari melempar 2 kartu berangka 3. 3 keriting dan 3 love.

Setelah itu kami semua melanjutkan permainan secara urut. Bulan lagi lagi kalah permainan untuk ke 3 kalinya. Dia mengerucutkan bibirnya sembari mengocok remi.

"Sialan kalah mulu," umpatnya. Hal itu membuat Fauzan menarik bibir Bulan. "Ih sakit jan," ujar Bulan dengan alis mengkerut sembari menepis tangan Fauzan.

Ervan yang melihat hal itu langsung mengeplak kepala Fauzan. "Udah dibilangin kurang kurangi baperin anak orang."

Fauzan menoleh sebentar padaku lalu menatap Ervan. "Siapa juga yang baperin? aku cuma mau larang dia buat gak ngomong kasar."

"Gak bisa udah kebiasaan," kata Bulan. Lalu dia membagikan kartu yang sudah dia kocok.

Fauzan mendengus pelan sembari mengambil kartunya. Dia menatapku sebentar membuat aku menaikkan alisku. "Eh eh bentar lagikan liburan semester. Kita piknik bareng gitu yok. Kemah atau nyewa villa gitu," ucap Ervan memecah keheningan kami.

"Kemana?" tanyaku.

"Gak ah. Gak kira dapet izin," jelas Bulan.

"Aku yang ijinkan," ujar Ervan. "Pasti diijinkan kalo aku yang minta."

"Iya tenang aja Lan. Aku sama Ervan bakal minta ijin. Ranu Kumbolo gimana nye?" tanya Fauzan.

"Kejauhan bgst," ucap Ervan ngegas.

"Pasir Putih?" saran aku.

"Kedekatan bgst," ucap Ervan lagi disertai umpatan.

"Bgst bgst mulu. Terserah deh yang penting ikut," ucap Fauzan kesal. Dia melempar 3 kartu AS membuat dirinya menang.

"Menurutmu lan?" tanya Ervan.

"Terserah sih yang penting dapat ijin," ujar Bulan.

Ervan mendengus lalu menatap Daneen yang masih tertidur. Dia mengambil barang yang ada di dekatnya yaitu snack yang masih dibungkus dan dilemparkan ke Daneen.

"Aduh." Daneen terkejut. Dia membuka matanya yang masih memerah lalu menatap sekitar. "Sapa ini yang lempar?" tanyanya.

"Pilih Ranu Kumbolo atau Pasir Putih," ucap Ervan tidak mempedulikan pertanyaan Daneen tadi. Sedangkan Daneen kebingungan. "Cepetan pilih."

"Ranu Kumbolo," katanya lalu kembali tertidur.

"Oke fiks kita ke Ranu Kumbolo. Nah sekarang kertas sama pulpen lan. Buat pembagian barang barang yang harus dibawa," kata Ervan antusias. Bulan langsung melemparkan kertas dan pulpen yang ada di sampingnya ke Ervan.

Bunga Anyelir [#2.SGS]Where stories live. Discover now