Laskar Mimpi | Bab 4

2.1K 390 20
                                    

Bab 4. Malais

•••

Acha menendang dedaunan kering dibawah kakinya. Jam istirahat baru saja berbunyi enam menit lalu, tapi gadis itu justru pergi ke halaman belakang sekolah yang sepi. Entah kenapa tempat itu menjadi tempat yang paling ia suka.

Acha bosan, perutnya lapar tapi ia terlalu malas pergi berdesak-desakan di kantin. Permintaan ayah kembali berdenging di kepalanya seolah telah menjadi bagian traumatis yang ia punya.

Nafas Acha terhela dengan pelan. Dadanya sesak, pandangan matanya kabur, bibirnya ia kulum kedalam dengan rapi. Tiba-tiba saja, suasana menjadi sentimentil. Acha tidak tau apakah ini termasuk hormon pms atau memang pada dasarnya ia adalah gadis cengeng?

"Hati."

Mendapati panggilan yang membuatnya terkejut, Acha mendongak. Pria tinggi berdada bidang yang luas menatap dengan wajah datar. Bukankah itu Arka? Sahabatnya—Elena— memberitahukan bahwa pria tersebut termasuk kedalam jajaran lelaki tanpa ekspresi yang digadang-gadang sebagai most wanted boy Garuda Bangsa.

"Jadi nama lo Acha Ayunandya?" Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, sepiring nasi goreng yang ia pesan dari warung kantin Bu Inep belum ia sentuh.

Sedangkan Acha Ayunandya mengangguk, "lo?"

"Gue?" Gadis itu menunjuk dirinya sendiri. "Gue Elena Aqira Calandra, salam kenal."

Acha terkekeh, kemudian menyambut tangan Elena yang tergantung di udara. "Iya."

"Lo kenapa pindah ke sini? Lo salah satu fans Kevin juga?" Elena menyendok nasi tersebut, menyiapkannya ke mulut.

"Hah? Kevin?"

"Oh, atau karena ada si gaje Andi Skipper?"

"Lo ngomong apa, Elena? Gue baru pindah." Acha mendengus kesal, tangannya mengaduk-aduk segelas jus jeruk yang ia pesan.

"Arka? Lo kesini gara-gara si es satu itu?"

"Arka?"

"Jangan bilang lo gak kenal Arka?" Elena memicingkan matanya curiga. Mendapati gadis itu mengangguk polos, Elena melotot terkejut.

"Arka Deovano Anggara. Dia tuh di kenal cowok es Garuda Bangsa selain Kevin Leoner! Kabar anginnya sih, dia anak keluarga kaya. Bokapnya salah satu donatur sekolah ini. Dia juga sering wara-wiri di televisi dan majalah sebagai cowok pintar! Gila lo, gitu aja gak tau!"

Acha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Pokoknya, cowok itu yang harus paling lo hindari! Kevin dan Andi juga! Lo harus jauh-jauh sama tiga cowok itu."

"Lo butuh hati?" Arka menatap gadis di bawahnya dengan pandangan datar. Sebungkus rokok di tangan kanannya dan pemantik api di tangan kirinya membuat kening Acha berkerut kebingungan.

"Ayo kita pacaran." Arka menatap wajah polos tersebut lamat-lamat. "Gue bisa kasih lo hati yang banyak."

"Kenapa?"  Gadis itu menyeruput jus. "Dia abnormal? Gila?"

"Bisa di bilang gitu." Elena menyerobot segelas jus milik Acha. Meminumnya tanpa izin, "minta."

Acha mendengus, mencibir memutar kedua bola matanya jengah.

"Lo tau, di dunia ini gak ada makhluk sempurna. Jadinya, Arka juga kabarnya sih punya mental yang rusak." Elena memelankan suaranya. "Mana ada manusia hidup tanpa ekspresi! Lagipula bokap nyokap nya juga, alumni sekolah ini."

"Bokapnya dikenal banyak orang kayak, anak dari mafia gitu. Daniel juga katanya pernah bekerja sebagai algojo pembunuh di situs gelap."

Acha membulatkan matanya syok. "Bukannya apa yang lo ceritain terlalu fiktif?"

"Sialan lo!" Elena tertawa. "Gue serius, ego. Pokoknya jauh-jauh dari tuh es balok!"

"Gue anggap diam nya lo sebagai iya." Arka menatap manik hazel Acha yang indah. "Sekarang lo pacar gue, jadi gak ada penolakan karena gue benci sesuatu yang gue benci."

Acha berkedip tak mengerti. Bukankah pria ini Arka Deovano Anggara? Cowok dingin yang dikenal jarang berbicara lebar? Apakah yang Elena katakan adalah kebohongan?

Acha berdeham, menggelengkan kepalanya mengusir segala bentuk yang yang memusingkan. "Tapi gue gak mau pacaran."

"Bukannya lo mau hati?"

"Hah?"

"Hati." Arka berbicara mempertegas. "Telepon waktu itu, gue denger sedikit omongan lo."

"Penguping!" Cibir gadis itu pelan. "Iya, bener. Tapi gue gak mau jadi pacar lo."

"Kenapa?"

"Karena lo ..." Acha mengetuk dagunya berpikir. "Lo cacat?"

Arka mengangkat alisnya tak mengerti. "Murid-murid lain pada bilang lo cacat mental mangkanya lo gak bisa berekspresi."

"Oh."

Acha menatap lekat wajah Arka yang datar. Pria itu tampan, tanpa pori-pori wajahnya terlihat putih bersih.

"Kenapa lo jadi ngomong santai ke gue?"

"Bukannya kata lo gue pacar lo?"

"Sekarang udah ngakuin?" Arka melirik tempat kosong di samping Acha. Pria itu mendaratkan bokongnya segera, duduk di samping Acha yang memasang raut keheranan.

"Engga."

"Barusan lo bilang?"

"Kok lo jadi bawel?" Acha melotot tak terima. "Semua itu tergantung sama hati yang lo kasih."

"Banyak."

Acha menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Hah?"

Arka tertegun. Wajah cantik Acha terlihat polos dengan senyuman lebar yang lekat, tapi kenapa Arka hanya mendapati kekosongan di manik matanya?

"Gue bakal kasih hari yang banyak. Sebanyak yang lo minta."

"Kenapa gue harus percaya sama lo?"

Arka membuang muka, kepalanya mendongak menatap rimbunnya pohon rambutan siang itu. "Daniel Radcliffe. Bokap gue, anak kandung dari Sergio Aguero. Mafia pembunuhan dan penjualan organ manusia."

"Percaya?"

Acha berkedip. Keheningan menyapa mereka beberapa saat sebelum akhirnya gadis itu bangkit, "ayo kita pacaran. Gue butuh hati, dan lo punya banyak hati."

Arka mengangkat ujung bibirnya tipis. "Bagus."

"Kenapa?"

"Gue suka seseorang yang bisa ngandelin gue kapanpun dan dimana pun." Arka memperhatikan rambut Acha yang bergerai terbawa angin. "Jadi, lo bisa pamerin gue."

Acha mendelik. "Kenapa?"

"Karena gue ..." Arka mengetuk dagunya berpikir. Acha mempoutkan bibirnya kesal. "Karena gue ganteng, kaya, pinter, dan yang pastinya gue gak cacat. Gue bisa ngomong panjang, bisa berekspresi, gue juga bisa membunuh."

Acha tertegun.

"Gue paling gak suka pengkhianatan, Acha." Arka ikut berdiri. Acha yang lebih pendek, sedikit mendongak untuk menatap wajah Arka yang datar. "Jadi jangan coba-coba khianati gue atau kaki lo hilang selama-lamanya."

•••

TBC

Laskar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang