Chapter 1

235 121 157
                                    

Hellas, all!😊😊😊😊😊
This is my 2nd story after "Deal With Hurts". If you have not seen my 1st story please visit my account! 😅😅

Btw, HAPPY READING!😊

GIMME VOTE AND COMMENT ALSO:)

ENJOY^^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Di sinilah kisahku dimulai,  dari jabatan tangan hingga berjalan berdampingan.
-Sienna

SMAN 1 Jakarta, menjadi pilihan pertamaku untuk melanjutkan sekolah. Sekolah yang diminati berbagai kalangan murid dari kalangan bawah sampai yang tajir abis. Sebelumnya, aku tidak tahu seberapa besar istimewanya sekolah ini, tetapi begitu aku menginjakkan kaki ku yang kurus ini, terlihatlah sekumpulan anak baru sepertiku memenuhi lapangan yang keren ini.

Sebenarnya aku sangat gugup, mengingat aku tidak mengenal siapa pun di tempat ini karena aku baru 2 bulan yang lalu pindah ke kota Jakarta ini. Masih dengan tatapan adaptasi, ku lihat ke selilingku banyak anak-anak yang berpenampilan mewah, memakai kalung emas, anting panjang, tas branded, dan jenis sepatu yang ku tafsir menjapai 3 juta itu. Tentu saja mereka sangat mencolok di antara anak-anak yang berpenampilan biasa saja atau bahkan yang berpakaian lusuh.

Seketika, aku menjatuhkan pandanganku ke bawah, melihat sepatuku yang sudah ku cuci bersih dan kuberi parfum biar tidak bau .Walaupun, di bagian samping sepatuku terlihat menganga.Aku mengedikkan bahuku dan berpikir, setidaknya bersih dan masih bisa dipakai.

Aku melihat di ujung sana ada segerombolan yang pastinya anggota OSIS. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tetapi sepertinya mereka sedang berdiskusi mengenai OSPEK ini. Aku pun mengedarkan pandangan mencari tempat untuk duduk. Aku pun menemukan tempat duduk tepat di bawah pohon yang di duduki beberapa orang, tetapi saat aku ingin melangkahkan kakiku ke sana, aku merasakan tubuhku hampir terjatuh akibat terdorong sesuatu. Kutolehkan pandanganku ke belakang, melihat dua gadis yang ku yakini anak baru menunjukkan ekspresi terkejut.

“Aduh, aduh maaf ya. Kami gak sengaja,” ucap salah satu dari mereka.
Aku pun tersenyum karna tidak mungkin kan aku marah-marah di saat seperti ini?

“Iya, gak papa kok,” kataku membalas permintaan maafnya.

“Iya, nih. Maaf ya, tadi kami tidak melihat ada kamu di depan kami karna keasyikan tertawa hehe,”
Aku pun mengangguk pertanda memaafkan ketidaksengajaan mereka.

“oh, iya. Kamu pasti anak baru seperti kita kan? Perkenalkan aku Stephani dan ini temanku Grena, senang bertemu denganmu,” kata gadis yang bernama Stephani itu sambil menjabat tangan ku.

“Namaku Sienna, senang bertemu dengan kalian juga,”

Aku pun memperhatikan keduanya dan berasumsi bahwa mereka adalah teman dekat. Stephani memiliki rambut bergelombang sebahu, kurus, tinggi, berkulit kuning langsat, dan terlihat sangat manis jika tersenyum. Sedangkan Grena, ia berambut keriting, cukup pendek, berkulit putih, serta mata yang seperti kucing, sangat indah! Keduanya juga memiliki sifat yang friendly.

Aku pikir akan sulit bagiku mendapatkan teman, karena banyak yang bilang aku memiliki muka yang jutek. Ternyata, aku langsung mendapatkan dua orang teman. Semoga mereka kuat berteman dengan ku yang berwajah jutek ini. Hehe.

Perkiraan ku benar bahwa Stephani dan Grena merupakan teman dekat. Bayangkan saja, mereka dari TK sudah bersekolah di tempat yang sama. Sungguh mengesankan!

“Bayangkan aja, Sienna. Betapa bosannya selalu bersama-sama dengan dia sejak TK!” kata Grena pura-pura jengkel.

Aku pun tertawa melihatnya, sedangkan Stephani menunjukkan wajah kesalnya.

S I E N N AWhere stories live. Discover now