Chapter 3

88 59 101
                                    

Heii yoo!
Btw, check my 1st story "Deal With Hurts"

Happy Reading!

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••


Hai kamu, perempuan! Kamu itu cantik! Hai kamu, laki-laki! Kamu itu tampan!”
-Sienna


Pagi ini, jalanan cukup sepi. Tidak seperti biasanya yang dipenuhi dengan suara-suara deru kendaraan yang memekakkan telinga. Kenyataan jalan yang memang saat ini sepi biasanya membuat anak-anak gadis takut untuk berjalan sendirian. Tapi, lain halnya dengan gadis satu ini. Dia malah bernyanyi keras-keras sepanjang jalan karena tidak ada orang yang akan melihatnya.

Biasanya ia jalan hanya dengan menyenandungkan lagu dengan suara kecil karena ia takut jika mulutnya terbuka lebar-lebar saat bernyanyi, malah debu  yang akan memenuhi mulutnya. Ia kan pemakan nasi, bukan debu!

Saking asyiknya bernyanyi, Sienna tidak menyadari bahwa Petra sudah ada dibelakangnya menertawakan kelakuan Sienna yang bernyanyi seperti orang yang kesurupan. Petra pun memegang pundak Sienna guna menyadarkan dirinya dari kesurupan lagu Jessie J yang berjudul "Price Tag" itu.

“Huaaaaa, siapa itu?!” tanya Sienna yang tidak berani menoleh kebelakang.

Hening.

“Woy! Yang megang pundak gue! Lo manusia kan?”

“Enggak, gue dajjal,”

“Huaaa,” Sienna pun menoleh kebelakan melihat dajjal tersebut karena merasa familiar dengan suaranya. Setelah menyadari bahwa itu adalah Petra, ia pun memukul Petra dengan tasnya.

“Dasar kamu, ya! Nih, rasain!”

“Eh, udah udah. Ampun, nyai!” kata Petra mengeluh.

“Makanya kamu jangan ganggu-ganggu dan nakuti-nakutin,” ucap Sienna sambil berkacak pinggang.

“Hehe iya deh. Lagian lu ngapain dah berisik amat dijalanan gini,”

“Lah, sirik aja! Lagian ya, jalan lagi sepi. So, kesempatan bagi rumput-rumput dan bangunan-bangunan mendengar suara emasku,”

“Prett, liat noh pada layu rumputnya!” ucap Petra sembari menunjuk rumput yang memang tengah layu.

“Ih, bener! Jangan-jangan suaraku mengandung pestisida ya?”

“Lah, pestisida mah ga bunuh rumput tapi hama,”

“Iya, tau! Noh, coba liat! Ulatnya berjatuhan men!” ucap Sienna dengan heboh.

“Wih, gila! Kalau gitu ayo gue taruh lo di sawah kakek gue biar panennya lancar tanpa hama!”

“Dih, ogah!”

Kemudian mereka pun berjalan berdua menuju sekolah tercinta mereka sembari bercanda bergurau seperti Upin Ipin yang senang sepanjang jalan, membicarakan apa pun yang membuat hati senang. Jangan mengira mereka kembar, tapi percayalah dekatnya kalian dengan seseorang akan “memiripkan” tingkah laku dan selera humor.

Ya, begitulah, pada dasarnya kita mencari lingkar pertemanan yang cocok dengan “selera” kita. Biar bisa julid-in orang lain ya kan? Eh maksudnya biar bisa saling bertumbuh dalam komunikasi dan relasi. Tapi, bukan berarti semuanya sama karena pada dasarnya juga setiap orang memiliki karakter unik yang tidak ada pada diri orang lain.

Setelah menghabiskan waktu sekitar 7 menit, akhirnya dua sejoli ini sampai ke kelas mereka dan disambut oleh sahabat-sahabat bertampang ceria yang menyebalkan. Kenapa ya saat sahabat kita menampilkan wajah ceria tapi bagi kita itu terlihat menyebalkan? Apa karena terlalu sering melihatnya sehingga muak? Ya, mungkin karena kita tahu dibalik ekspresi itu ada makna terselubung. Tidak jauh-jauh, pasti ada yang ingin dilaporkan layaknya stasiun televisi menyiarkan berita. Tapi anehnya, ekspresi itu malah membuat hati damai dan nyaman bersama mereka. Begitulah persahabatan, kan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S I E N N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang